Sistem Jawa-Bali PROYEKSI NERACA ENERGI DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKAR

RUPTL 2010 - 2019 77

4.5.3 Wilayah Operasi Indonesia Timur

Selaras dengan kebijakan penurunan pemakaian BBM dalam sektor tenaga listrik, maka komposisi produksi listrik per jenis energi primer di Indonesia Timur diproyeksikan pada tahun 2019 akan menjadi 51 batubara, 15 gas alam, 16 hidro, 9 minyak dan 9 panas bumi seperti diperlihatkan pada Tabel 4.26 dan Gambar 4.7. Proyeksi produksi energi dan kebutuhan bahan bakar untuk Kalimantan, Sulawesi, Maluku Papua dan NTB NTT diperlihatkan pada Lampiran A. Tabel 4.26 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Indonesia Timur GWh No. FUEL TYPE 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 1 HSD 4,738 3,378 2,721 2,304 2,293 1,832 1,968 1,912 2,121 2,437 2 MFO 1,949 2,254 1,819 962 551 492 505 436 442 459 3 Gas 2,561 2,790 3,209 2,812 3,326 4,312 4,427 4,542 4,535 4,660 4 LNG 5 Batubara 2,111 3,733 5,736 8,768 10,143 10,947 12,009 13,579 14,917 16,155 6 Hydro 1,012 1,641 1,861 2,166 2,214 2,336 2,859 3,166 3,839 4,925 Pumped Storage 7 Geothermal 445 462 625 800 1,063 1,583 1,907 2,437 2,790 2,817 8 Nuklir T O T A L 12,815 14,257 15,972 17,813 19,590 21,502 23,675 26,072 28,643 31,453 - 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 GW h Hydro Geothermal Batubara Gas MFO HSD Gambar 4.7 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Timur GWh Kebutuhan bahan bakar dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2019 diberikan pada Table 4.27. 78 RUPTL 2010 - 2019 Tabel 4.27 Kebutuhan Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Timur No. FUEL TYPE 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 1 HSD x 103 kL 1,242.7 884.4 794.1 619.4 628.3 479.9 525.3 519.8 585.1 667.4 2 MFO x 103 kL 564.7 580.7 500.5 244.0 137.6 130.3 138.9 129.2 132.9 136.9 3 Gas bcf 26.8 29.7 28.8 30.0 35.2 43.8 44.8 45.9 45.7 46.6 4 LNG bcf 5 Batubara 103 TON 1,395.5 2,373.3 3,704.1 5,349.2 6,175.0 6,511.0 7,157.5 7,824.0 8,690.7 9,403.4 Kebutuhan gas alam pada Tabel 4.27 yang terus meningkat diasumsikan dapat dipenuhi dari lapangan gasLNG Donggi-Senoro. Kebutuhan akan batubara terus meningkat selaras dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik dan merupakan bahan bakar yang dominan dalam produksi listrik. Kebutuhan batubara pada tahun 2010 sekitar 1,4 juta ton akan meningkat tajam menjadi 9,4 juta ton pada tahun 2019, atau sekitar tujuh kali lipat untuk 10 tahun mendatang.

4.6 ANALISIS SENSITIVITAS

RUPTL 2010–2019 ini disusun sebagai rencana pengembangan sistem kelistrikan dengan skenario tunggal, karena diperlukan adanya rencana program pengembangan kapasitas pembangkit, transmisi dan distribusi yang pasti. Rencana yang pasti ini dilatarbelakangi oleh sifat dari komitmen investasi di sektor ketenagalistrikan yang memerlukan adanya kepastian jadwal dan kapasitas. Namun disadari bahwa penyusunan RUPTL dipengaruhi oleh beberapa variabel ketidakpastian yang di luar kendali PLN, misalnya harga bahan bakar, harga EPC proyek, proyeksi penjualanpermintaan tenaga listrik, dan lain-lain. Untuk memahami pengaruh perubahan variabel tersebut terhadap rencana pengembangan sistem kelistrikan, maka dalam RUPTL ini telah dilakukan analisis sensitivitas. Dari beberapa variabel ketidakpastian yang ada, analisis sensitivitas dalam RUPTL ini hanya dibuat untuk perubahan harga bahan bakar. Hal ini dilakukan karena harga bahan bakar merupakan variabel yang paling volatile dan dapat berubah secara cepat dan lebar, sedangkan pergerakan harga EPC relatif lebih terbatas. Adapun penyimpangan dari proyeksi penjualanpermintaan tenaga listrik akan dikaji tersendiri dalam analisis risiko pada Bab 7. RUPTL 2010 - 2019 79 Analisis sensitivitas dilakukan dengan membuat 4 cases di luar base case 24 untuk sistem Jawa Bali, karena sistem ini merupakan sistem terbesar di Indonesia dan analisis yang diperoleh dapat menggambarkan situasi di wilayah- wilayah lainnya. Perubahan harga bahan bakar dalam analisis sensitivitas diberikan pada Tabel 4.28. Tabel 4.28 Variasi Harga Bahan Bakar Dalam Analisis Sensitivitas Case Harga Crude Oil USbarel Coal USton Gas USmmbtu LNG USmmbtu Base Case 75 70 6 10 Case 1 130 70 6 10 Case 2 75 50 6 10 Case 3 75 100 6 10 Case 4 75 70 7 10 Tabel 4.29 Hasil Analisis Sensitivitas Terhadap Perubahan Harga Bahan Bakar No Case Study Satuan Base Case Case 1 Case 2 Case 3 Case 4 1 Harga bahan bakar Crude Oil USDbarrel 75 130 75 75 75 Batubara USDton 70 70 50 100 70 Gas USDmmbtu 6 6 6 6 7 LNG USDmmbtu 10 10 10 10 10 2 Objective Function Juta USD 58.063 58.090 55.542 65.338 59.550 100 100 96 113 103 3 Penambahan Kapasitas PLTU MW 24.800 24.800 28.800 16.800 29.800 PLTGU MW 6.750 6.750 3.000 15.000 3.000 PLTG MW 1.800 1.800 1.600 1.600 600 Jumlah MW 33.350 33.350 33.400 33.400 33.400 Case 1 dimaksudkan untuk memahami dampak kenaikan harga minyak mentah terhadap rencana pengembangan sistem, Case 2 untuk melihat dampak penurunan harga batubara, Case 3 untuk melihat pengaruh kenaikan harga batubara, dan Case 4 untuk memahami dampak kenaikan harga gas. Hasil simulasi pada Case 1 menunjukkan bahwa kenaikan harga minyak menjadi US130 tidak mengubah konfigurasi pembangkit jenis, kapasitas dan 24 Base case adalah case yang diadopsi dalam RUPTL 2010 – 2019 ini.