16 RUPTL 2010 - 2019
Sejalan dengan kebijakan pengembangan pembangkitan untuk mentransfer energi listrik dari wilayah yang mempunyai sumber energi primer tinggi ke
wilayah lain yang mempunyai sumber energi primer terbatas, maka sistem Sumatera yang pada saat ini tengah berkembang pesat memerlukan jaringan
interkoneksi utama backbone yang kuat mengingat jarak geografis yang sangat luas. Sebagai dampak dari kebijakan tersebut dalam RUPTL ini
direncanakan pembangunan jaringan interkoneksi dengan tegangan 275 kV AC pada tahap awal dan tegangan 500 kV AC pada saat diperlukan, yaitu mulai
tahun 2018. Kebijakan utama lainnya adalah pembangunan sistem transmisi dilaksanakan
dengan mempertimbangkan pertumbuhan beban sampai dengan 10 tahun ke depan.
Pada jaringan yang memasok ibukota negara direncanakan looping antar sub- sistem dengan pola operasi terpisah untuk meningkatkan keandalan pasokan.
Pada saluran transmisi yang tidak memenuhi kriteria keandalan N-1 akan dilaksanakan reconductoring dan uprating.
Perluasan jaringan transmisi dari grid yang telah ada untuk menjangkau sistem isolated yang masih dilayani PLTD BBM grid extension dilaksanakan dengan
mempertimbangkan aspek ekonomi dan teknis.
Penentuan lokasi GI dilakukan atas pertimbangan keekonomian biaya pembangunan fasilitas sistem transmisi tegangan tinggi, biaya pembebasan
tanah, biaya pembangunan fasilitas sistem distribusi tegangan menengah dan harus disepakati bersama antara unit pengelola sistem distribusi dan unit
pengelola sistem transmisi. Pemilihan teknologi seperti jenis menara transmisi, penggunaan tiang, jenis
saluran saluran udara, kabel bawah tanah dan perlengkapan pemutus, pengukuran dan proteksi dilakukan oleh manajemen unit melalui analisis dan
pertimbangan keekonomian jangka panjang, dan pencapaian tingkat mutu pelayanan yang lebih baik, dengan tetap memenuhi standar SNI, SPLN atau
standar internasional yang berlaku. Kebijakan lebih rinci mengenai pengembangan transmisi adalah sebagai
berikut:
RUPTL 2010 - 2019 17
a. Jumlah unit trafo yang dapat dipasang pada suatu GI dibatasi oleh ketersediaan lahan, kapasitas transmisi dan jumlah penyulang keluar yang
dapat ditampung oleh GI tersebut. Dengan kriteria tersebut suatu GI dapat mempunyai 3 atau lebih unit trafo. Sebuah GI baru diperlukan jika GI-GI
terdekat yang ada tidak dapat menampung pertumbuhan beban lagi karena keterbatasan tersebut.
b. Pengembangan GI baru juga dimaksudkan untuk mendapatkan tegangan yang baik di ujung jaringan tegangan menengah.
c. Trafo daya TTTM pada dasarnya direncanakan mempunyai kapasitas sampai dengan 60 MVA, namun dalam situasi tertentu seperti pasokan
untuk konsumen besar dan daerah padat beban dapat digunakan unit size hingga 100 MVA.
d. Trafo IBT GITET 500150 kV dan 275150 kV dapat dipasang hingga 4 unit per GITET dengan pola operasi terpisah dengan 2 unit per sub-sistem.
e. Spare trafo IBT 1 fasa disediakan per lokasi untuk GITET jenis GIS, dan 1 fasa per tipe per propinsi untuk GITET jenis konvensional.
2.4 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DISTRIBUSI
Fokus pengembangan dan investasi sistem distribusi secara umum diarahkan pada 4 hal, yaitu : perbaikan tegangan pelayanan, perbaikan SAIDI dan SAIFI,
penurunan susut teknis jaringan dan rehabilitasi jaringan yang tua. Kegiatan berikutnya adalah investasi perluasan jaringan untuk melayani pertumbuhan
dan perbaikan sarana pelayanan. Pemilihan teknologi seperti jenis tiang beton, besi atau kayu, jenis saluran
saluran udara, kabel bawah tanah, sistem jaringan radial, loop atau spindle, perlengkapan menggunakan recloser atau tidak, termasuk penggunaan
tegangan 70 kV sebagai saluran distribusi ke pelanggan besar, ditentukan oleh manajemen unit melalui analisis dan pertimbangan keekonomian jangka
panjang dan pencapaian tingkat mutu pelayanan yang lebih baik, dengan tetap memenuhi standard SNI atau SPLN yang berlaku.
2.5 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN LISTRIK PERDESAAN
Pembangunan listrik perdesaan merupakan penugasan Pemerintah kepada PLN untuk melistriki masyarakat perdesaan yang pendanaannya diperoleh dari
APBN, dan diutamakan pada provinsi dengan rasio elektrifikasi yang masih
18 RUPTL 2010 - 2019
rendah. Kebijakan yang diambil oleh Direktorat Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi DJLPE dan PLN dalam pembangunan listrik desa untuk menunjang
rasio elektrifikasi 80 dan desa berlistrik 98,9 di tahun 2014 sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Departemen ESDM 2010-
2014 adalah : •
Pembangunan jalur keluar jaringan distribusi untuk mendukung evakuasi daya dari proyek GI Baru atau Extension Trafo GI yang pendanaannya
diperoleh dari APBN. •
Pembangunan jalur keluar jaringan distribusi untuk mendukung evakuasi daya dari proyek PLTU skala kecil tersebar dan pembangkit mikro mini
hidro yang pendanaannya diperoleh dari APBN. •
Pembangunan jalur keluar jaringan distribusi untuk mendukung evakuasi daya dari proyek PLTU skala kecil tersebar yang pendanaannya dari
APLN, dengan catatan jalur keluar jaringan distribusi tersebut belum disediakan dari APLN.
• Melistriki desa baru maupun desa lama yang sebagian dari dusun tersebut
belum berlistrik, daerah terpencil dan daerah perbatasan. •
Dimungkinkan pengadaan PLTD dengan skala terbatas pada daerah dengan kondisi pasokan kritis dan tidak duplikasi dengan rencana sewa
pembangkit. • Dimungkinkan pengadaan hybrid PLTSurya hybrid PLTBayu yang
sistemnya terhubung dengan grid PLN.
2.6 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN
Mendukung kebijakan pemerintah dalam pengembangan energi baru dan terbarukan EBT yaitu menyangkut konservasi energi, efisiensi pemanfaatan
sumber energi setempat, diversifikasi energi dan pelestarian lingkungan. Selain itu PLN menetapkan kebijakan untuk memprioritaskan pemanfaatan EBT di
daerah tertinggal, pulau-pulau terdepan yang berbatasan dengan negara tetangga dan pulau-pulau terluar lainnya, terutama di wilayah Indonesia Timur.
Pemanfaatan EBT tidak selalu berbasis keekonomian namun lebih didorong oleh semangat PLN untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat
terpencil yang tertinggal untuk mendapat akses listrik.
RUPTL 2010 - 2019 19
Dari kebijakan tersebut PLN dalam RUPTL ini merencanakan pengembangan panas bumi yang sangat besar, pembangkit tenaga air skala besar, menengah
dan kecil serta EBT skala kecil tersebar berupa PLTS tenaga surya, PLTB tenaga angin, biomass, bio fuel, gasifikasi batubara energi baru. PLN juga
mendorong penelitian, pengembangan dan penerapan EBT lain seperti OTEC Ocean Thermal Energy Conversion, arus laut dan fuel cell.