Pertumbuhan Penduduk ASUMSI DALAM PRAKIRAAN KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK

54 RUPTL 2010 - 2019 Rumah Tangga Bisnis Publik Industri 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Indonesia Rumah Tangga Bisnis Publik Industri 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Jawa ‐Bali Rumah Tangga Bisnis Publik Industri 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Indonesia Barat Rumah Tangga Bisnis Publik Industri 0.00 5,000.00 10,000.00 15,000.00 20,000.00 25,000.00 30,000.00 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Indonesia Timur Gambar 4.3 Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN Tahun 2010-2019 4.4 RENCANA PENGEMBANGAN PEMBANGKIT 4.4.1 Kategorisasi Kandidat Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur Kandidat pembangkit yang digunakan pada simulasi penambahan pembangkit di Indonesia Barat dan Timur cukup bervariasi tergantung kepada kapasitas sistem. Untuk sistem Sumatera misalnya, kandidat PLTU batubara adalah 100 MW, 200 MW dan 300 MW, PLTG pemikul beban puncak 100 MW. Untuk sistem Kalimantan, kandidat PLTU batubara adalah 25 MW, 50 MW dan 100 MW dengan PLTG pemikul beban puncak 30 MW dan 50 MW. Sistem lainnya menggunakan kandidat pembangkit yang lebih kecil. Sistem Jawa-Bali Pada sistem Jawa-Bali, kandidat pembangkit yang dipertimbangkan untuk rencana pengembangan adalah PLTU batubara supercritical kelas 1.000 MW dan 600 MW, PLTU batubara kelas 400 MW subcritical, PLTGU LNGgas alam 750 MW, PLTG BBM pemikul beban puncak 200 MW dan PLTA Pumped RUPTL 2010 - 2019 55 Storage 250 MW 18 . Selain itu terdapat beberapa PLTP kelas 55 MW dan 110 MW, serta PLTA. PLTN jenis pressurised water reactor kelas 1.000 MW juga disertakan sebagai kandidat dalam model optimisasi perencanaan pembangkitan. Pemilihan ukuran unit PLTU batubara untuk sistem Jawa-Bali sebesar 1.000 MW per unit didasarkan pada pertimbangan efisiensi 19 dan kesesuaian dengan ukuran sistem tenaga listrik Jawa-Bali yang beban puncaknya sudah akan melampaui 25.000 MW. Asumsi harga bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 4.9. Khusus untuk PLTA pompa perhitungan optimasi baru dipertimbangkan mulai tahun 2013 karena masa konstruksi PLTA membutuhkan waktu 5 tahun. Tabel 4.9 Asumsi Harga Bahan Bakar Jenis Energi Primer Harga Nilai Kalor Batubara – Sub Bituminous USD 70Ton 5.100 kcalkg Batubara – Lignite USD 50Ton 4.200 kcalkg Batubara – Lignite di Mulut Tambang USD 35Ton 4.200 kcalkg Gas alam USD 6MMBTU 252.000 kcalMscf LNG USD 10MMBTU 252.000 kcalMscf HSD USD 0,52Liter 9.070 kcall MFO USD 0,42Liter 9.370 kcall Uap Panas Bumi tidak mempengaruhi hasil simulasi perencanaan karena diperlakukan sebagai fixed plant Uranium USD 120lb Harga tersebut adalah untuk harga crude oil US75barrel

4.4.2. Program Percepatan Pembangkit Berbahanbakar Batubara Perpres No. 712006

Dengan Peraturan Presiden No.71 tahun 2006, Pemerintah telah menugaskan PT PLN Persero untuk membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara sebanyak kurang lebih 10.000 MW untuk memperbaiki fuel mix dan sekaligus juga memenuhi kebutuhan demand listrik di seluruh Indonesia. 18 Mengacu pada desain PLTA Pumped Storage Upper Cisokan 19 Mengambil benefit dari economies of scale dan menggunakan teknologi boiler supercritical yang mempunyai efisiensi jauh lebih tinggi daripada teknologi subcritical.