Proyeksi Kebutuhan Listrik Sumatera Utara 2010-2019

295 Pembangunan Gardu Induk Untuk melayani peningkatan beban, meningkatkan keandalan pasokan wilayah Sumatera Utara, memperbaiki mutu tegangan serta mengantisipasi masuknya beberapa pembangkit dalam beberapa tahun kedepan, direncanakan pembangunan Gardu induk. Disamping pembangunan GI – GI yang telah mendesak karena kondisi tegangan yang sangat rendah karena jarak GI yang terlalu jauh dari konsumen seperti Labuhan Bilik dan penyabungan, pembangunan GI Dolok sanggul, kami usulkan dipercepat agar energi listrik yang dibangkitkan oleh PLTM - PLTM disekitar Dolok sanggul seperti PLTM Simonggo 7,5 MW, Hutaraja 5 MW, PLTM Pakkat 4 MW dapat terserap dengan mengalirkannya ke sistim transmisi, karena beban puncak yang ada di daerah Dolok Sanggul dan Siborong borong sebagai unit pelayanan terdekat hanya memiliki beban puncak sekitar 5 MW. Rencana pembangunan GI dapat dilihat pada tabel-3.4 berikut. Tabel-3.4. Rencana Pembangunan GI sd tahun 2019 No. Gardu Induk Tegangan ExtBaru Kapasitas MW Biaya M USD COD 1 GIS Listrik 15020 kV Extension 60 2,1 2010 2 Paya Geli 15020 kV Extension 60 2,1 2010 3 Kisaran 15020 kV Extension 30 1,4 2010 4 Labuhan 15020 kV Extension 60 2,1 2010 5 Gunung Para 15020 kV Extension 30 1,4 2010 6 KIM 15020 kV Extension 60 2,1 2010 7 Tele 15020 kV Extension 30 1,4 2010 8 Gunung Tua 15020 kV Extension 30 1,4 2010 9 Gunung Sitoli 7020 kV Baru 30 2,2 2012 10 Teliuk Dalam 7020 kV Baru 20 1,9 2012 11 Tebing Tinggi 15020 kV Extension 60 2,1 2011 12 Glugur 15020 kV Extension 60 2,1 2011 13 Binjai 15020 kV Extension 60 2,1 2011 14 Rantau Prapat 15020 kV Extension 60 2,1 2011 15 Sidikalang 15020 kV Extension 30 1,4 2011 296 No. Gardu Induk Tegangan ExtBaru Kapasitas MW Biaya M USD COD 16 Tarutung 15020 kV Extension 30 1,4 2011 17 Sibolga 15020 kV Extension 30 1,4 2011 18 Padang Sidempuan 15020 kV Extension 30 1,4 2011 19 Namurambe 15020 kV Extension 60 2,1 2011 20 Tanjung Marowa 15020 kV Extension 60 2,1 2011 21 Denai 15020 kV Extension 60 2,1 2011 22 Aek Kanopan 15020 kV Extension 30 1,4 2011 23 Kuala Namu 15020 kV Baru 30 2,6 2011 25 Dolok Sanggul 15020 kV Baru 30 2,6 2011 28 Pematang Siantar 15020 kV Extension 30 1,4 2012 29 Sei Rotan 15020 kV Extension 60 2,1 2012 30 Kisaran 15020 kV Extension 60 2,1 2012 31 Brastagi 15020 kV Extension 60 2,1 2013 32 Perbaungan 15020 kV Extension 60 2,1 2013 33 Panyabungan 15020 kV Baru 30 2,6 2013 35 Pancor Batu 15020 kV Baru 60 3,3 2013 37 Glugur 15020 kV Extension 60 2,1 2014 38 Porsea 15020 kV Extension 30 1,4 2014 39 Titi Kuning 15020 kV Extension 60 2,1 2015 40 Lamhotma 15020 kV Extension 30 1,4 2015 41 Tanjung Pura 15020 kV Baru 60 3,3 2015 42 Pangururan 15020 kV Baru 30 2,6 2012 43 Tebing Tinggi 15020 kV Extension 60 2,1 2016 44 Kisaran 15020 kV Extension 60 2,1 2016 45 Denai 15020 kV Extension 60 2,1 2016 46 Sei Rotan 15020 kV Extension 60 2,1 2017 47 Glugur 15020 kV Extension 60 2,1 2017 48 Binjai 15020 kV Extension 60 2,1 2017 49 Rantau Prapat 15020 kV Extension 60 2,1 2017 50 Padang Sidempuan 15020 kV Extension 60 2,1 2017 51 Tanjung Marowa 15020 kV Extension 60 2,1 2017 52 Tanjung Pura 15020 kV Extension 60 2,1 2017 53 Pancor Batu 15020 kV Extension 60 2,1 2017 54 Paya Geli 15020 kV Extension 60 2,1 2018 55 Titi Kuning 15020 kV Extension 60 2,1 2018 56 Pematang Siantar 15020 kV Extension 60 2,1 2018 57 Pangkalan Brandan 15020 kV Extension 60 2,1 2018 58 Sibolga 15020 kV Extension 30 1,4 2018 59 Namurambe 15020 kV Extension 60 2,1 2018 60 GIS Listrik 15020 kV Extension 60 2,1 2018 61 Tebing Tinggi 15020 kV Extension 60 2,1 2019 62 Kisaran 15020 kV Extension 60 2,1 2019 63 Glugur 15020 kV Extension 60 2,1 2019 64 KIM 15020 kV Extension 60 2,1 2019 65 Kota Pinang 15020 kV Extension 30 1,4 2019 66 Asahan I 275150 kV Baru ‐ 10,3 2010 67 Simangkok 275150 kV Baru 250 16,3 2010 68 Pangkalan Susu 275150 kV Baru ‐ 10,3 2011 69 Binjai 275150 kV Baru 500 25,9 2011 70 Galang 275150 kV Baru 1.000 33,6 2011 71 Padang Sidempuan 275150 kV Baru 500 23,4 2012 72 Binjai 275150 kV Extension 250 13,4 2013 73 Pangkalan Susu 275150 kV Extension 250 13,4 2013 74 PLTP Sarulla 275150 kV Baru 500 20,6 2013 75 Rantau Prapat 500150 kV Baru 1.000 28,8 2018 76 Tebing Tinggi 500150 kV Baru 1.000 28,8 2018 77 Belawan 500150 kV Baru 1.000 26,6 2018 Jumlah 9.240 378,2 297 Dari tabel di atas terlihat bahwa penambahan GI Baru sampai 2019 adalah 17 lokasi. Selain itu diperlukan juga extension banyak GI eksisting dengan menambah unit trafo hingga tambahan kapasitas seluruhnya mencapai 9.210 MVA . Pengembangan Distribusi Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, dengan tambahan pelanggan baru sekitar 1346650 pelanggan sampai dengan 2019 atau rata-rata 130.000 pelanggan setiap tahunnya. Selaras dengan penambahan pelanggan tersebut, diperlukan pembangunan Jaringan Tegangan Menengah JTM 16.718 kms, Jaringan Tegangan Rendah JTR sekitar 7294 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 5296 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel-3.5 berikut. Tabel-3.5. Pengembangan Sistem Distribusi di Sumatera Utara JTM JTR Trafo kms kms MVA 2010 897.0 850.1 298.7 120,034 2011 1,017.1 933.0 373.2 129,143 2012 1,304.0 859.8 601.6 128,158 2013 1,402.6 778.1 583.3 128,093 2014 1,534.0 682.2 579.0 129,683 2015 1,667.8 537.9 553.6 119,324 2016 1,943.8 771.1 793.6 136,317 2017 2,132.9 607.5 588.3 144,717 2018 2,322.3 639.3 527.4 152,481 2019 2,497.2 634.7 397.1 158,742 2010-2019 16,718.6 7,293.7 5,296.0 1,346,693 Propinsi Sumatera Utara Tahun delta Pelanggan PROYEKSI KEBUTUHAN FISIK DISTRIBUSI A4.5. RINGKASAN Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi adalah untuk membangun sistim kelistrikan Nias adalah seprti tabel berikut: 298 Tabel 4.1. Rangkuman rencana proyeksi kebutuhan listrik Energy Sales GWh Produksi Energi GWh Beban Puncak MW Pembangkit MW Gardu Induk MVA Transmisi kms 2010 6,781.9 7,474.0 1,292.7 304.1 610 26 422.0 2011 7,410.6 8,157.9 1,432.7 440.0 2,130 786 688.4 2012 8,093.5 8,884.1 1,567.5 31.2 700 220 167.8 2013 8,834.8 9,676.7 1,712.6 630.7 1,210 552 1,301.4 2014 9,638.2 10,533.5 1,858.5 420.0 90 46 575.3 2015 10,502.4 11,452.9 2,011.7 45.0 150 30 408.3 2016 11,488.7 12,501.3 2,189.1 160.0 180 80 232.4 2017 12,568.0 13,646.1 2,382.3 580.0 480 698.1 2018 13,749.3 14,896.3 2,592.6 155.0 3,390 620 546.5 2019 15,042.3 16,261.9 2,821.2 410.0 270 518.0 Jumlah 104,109.7 113,484.8 19,861.0 3,004.0 9,210 2,360 5,558.2 Tahun Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan Juta US 299 LAMPIRAN A.5 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN Persero DI PROVINSI RIAU A5.1. KONDISI SAAT INI Sistem Interkoneksi 150 kV Pada sistem kelistrikan di provinsi Riau pada sistem interkoneksi 150 kV Riau terdapat 8 gardu induk GI 150 kV, yaitu Koto Panjang, Bangkinang, Garuda Sakti, Teluk Lembu, Duri, Dumai, Bagan Batu dan Taluk Kuantan. Sebagian GI tersebut sudah mengalami overload dan perlu segera dimitigasi. Kebutuhan beban sistem Riau yang dipasok dari sistem 150 kV sistem Sumatera pada saat ini sebesar 284 MW. Kapasitas pembangkit PLN yang ada di sistem Riau yang tersambung ke sistem interkoneksi Sumatera adalah 170 MW, dimana 76 dari kapasitas tersebut adalah PLTA Koto Panjang. Kekurangan pasokan daya untuk memenuhi kebutuhan sistem Riau sebesar lebih dari 114 MW diperoleh dari transfer energi dari sistem interkoneksi Sumatera Bagian Selatan Tengah maupun sistem interkoneksi Sumatera Bagian Utara. Secara keseluruhan sistem Sumbagselteng mempunyai kebutuhan beban sebesar 1.626 MW yang dilayani oleh pembangkit dengan kapasitas daya mampu sebesar 1.874 MW. Dari total kapasitas pembangkit sebesar 1.874 MW tersebut, sebesar 656 MW atau 35 berasal dari PLTA dan 1.218 MW atau 65 berasal dari pembangkit thermal PLTU, PLTG dan PLTD. Sistem Sumbagselteng sering mengalami defisit pasokan akibat variasi musim hujan yang berdampak pada menurunnya kemampuan pasok dari PLTA. Defisit yang terjadi juga terkait dengan pemeliharaan unit pembangkit yang terjadwal, atau saat terjadi gangguan unit pembangkit. Mengingat faktor dominan yang menyebabkan keterbatasan pasokan tersebut adalah kekurangan pasokan air ke PLTA, maka kondisi defisit pasokan terjadi pada musim kemarau, dengan waktu tidak hanya pada saat waktu beban puncak WBP tetapi 300 juga pada saat luar WBP. Peta kelistrikan sistem interkoneksi di provinsi Riau diperlihatkan pada Gambar-1. Gambar-1. Sistem Kelistrikan Interkoneksi 150 kV di Provinsi Riau Daftar pembangkit terpasang yang memasok ke sistem interkoneksi 150 kV ditunjukkan pada Tabel-1.1. 301 Tabel-1.1. Kapasitas Pembangkit Terpasang di Provinsi Riau No. Nama Pembangkit Jenis Jenis Pemilik Kapasitas Pembangkit B. Bakar Terpasang MW 1 PLTA Koto Panjang PLTA Air PLN 114 2 PLTG Teluk Lembu PLTG Gas Alam PLN 43.1 3 PLTD Teluk Lembu PLTD HSD PLN 7.5 4 PLTDDumaiBg Besar PLTD HSD PLN 12.5 5 PLTG Riau Power PLTG Gas Alam PTRiau- Power 20 Jumlah 197.2 Sistem Isolated Sistem isolated di provinsi Riau tersebar di kabupaten Indragiri Hulu, Indragiri Hilir di wilayah kerja PLN Cabang Rengat dan sebagian di kabupaten Bengkalis dan Meranti di wilayah kerja PLN Cabang Dumai. Seluruh sistem isolated tersebut dipasok oleh PLTD berbahan bakar minyak. Di wilayah kerja PLN Cabang Pekanbaru jumlah PLTD relatif sedikit. Jumlah pasokan energi untuk seluruh sistem isolated di provinsi Riau terdiri dari pembangkit PLTD tersebar dengan total kapasitas terpasang sebesar 83.2 MW dan daya mampu 44.3 MW. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, sebagian besar sistem isolated sedang mengalami krisis. Upaya jangka pendek yang dilakukan PLN adalah sewa diesel yang dimaksudkan hanya untuk memenuhi kewajiban obligation to supply, bukan untuk memenuhi pertumbuhan pemasaran. Tabel-1.2 Kondisi Pembangkit Isolated di Provinsi Riau UNIT Jumlah unit DAYA Beban Puncak MW Terpasang MW Mampu MW MESIN SENDIRI 1. Cab. Pekanbaru 42 7,645 4,585 4,509 2. Cab. Dumai 80 37,010 21,579 16,103 3. Cab. Rengat 115 38,556 18,098 17,095 JUMLAH 237 83.211 44.262 37.707 MESIN PEMDA 1. Cab. Pekanbaru 7 2,500 1,539 1,834 2. Cab. Dumai 23 31,966 12,330 12,532 302 UNIT Jumlah unit DAYA Beban Puncak MW Terpasang MW Mampu MW 3. Cab. Rengat 13 7,320 4,230 4,520 JUMLAH 33 41,786 18,699 18.886 MESIN SEWA 1. Cab. Pekanbaru 3 1,200 1,050 1,201 2. Cab. Dumai 2 2,400 2,030 2,055 3. Cab. Rengat 2 2,000 2,000 JUMLAH 10 5,600 3,080 5,256 Kondisi krisis kelistrikan pada sistem isolated disebabkan oleh hal-hal berikut : – Sistem isolated yang dipasok PLTD: keterbatasan daya mampu mesin pembangkit karena usia mesin yang sudah tua dan sering mengalami gangguan. Meningkatnya pertumbuhan pemakaian tenaga listrik alami bahkan tanpa pennyambungan baru juga memperberat kondisi. – Sistem isolated yang dipasok dari sistem 20 kV: sistem 20 kV dan grid 150 kV secara umum juga sedang mengalami krisis, sehingga daya yang disalurkan kurang dari kebutuhan. – Sistem isolated yang dipasok dari excess power : kontrak jual beli telah melebihi dari kesepakan perjanjian jual beli. A5.2. PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK Ekonomi Riau dan Kepulauan Riau tumbuh cukup pesat yaitu sekitar 5.65 pada tahun 2008 termasuk migas dan kondisi ini diperkirakan masih akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan seiring dengan kebijakan otonomi daerah, dimana percepatan pembangunan ekonomi lebih diarahkan pada upaya pemerataan dengan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada golongan masyarakat menengah kebawah. Target pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi perhatian Pemerintah Daerah dengan memberikan kemudahan kepada investor untuk menanamkan modalnya di Riau. Semua rencana tersebut akan dapat dicapai apabila ada dukungan ketersediaan tenaga listrik di provinsi Riau. Perekonomian provinsi Riau diperkirakan akan makin meningkat, ditandai oleh adanya rencana pembangunan kawasan-kawasan industri pada beberapa kabupaten 303 yang telah dicanangkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus KEK, seperti Kawasan Industri Khusus Dumai, Kawasan Buton di kabupaten Siak Indrapuri, Kawasan Kuala Enok kabupaten Indragiri Hilir dan Kawasan Industri Tenayan di Pekanbaru.

a. Asumsi

9 Pertumbuhan ekonomi diasumsikan rata-rata 5,65 per tahun dan tidak dipengaruhi oleh gejolak yang bersifat jangka pendek seperti krisis finansial global. 9 Pertumbuhan penduduk diproyeksikan 2,28 pertahun 9 Susut distribusi ditargetkan turun menjadi 7,06 pada tahun 2010 dan pada tahun 2019 dengan target 7,81. 9 Rasio elektrifikasi pada tahun 2019 mencapai 87,7 . 9 Elastisitas rasio pertumbuhan listrik terhadap pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 1,24.

b. Proyeksi Kebutuhan Listrik Provinsi Riau 2010-2019

Dari realisasi pengusahaan lima tahun sebelumnya dan dengan menggunakan asumsi tersebut diatas, kebutuhan listrik dihitung dengan menggunakan sebuah model demand forecast. Hasil proyeksi kebutuhan listrik 2010 – 2019 dapat dilihat pada Tabel-2.1: Tabel-2.1, Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik Tahun Energy Produksi Beban Pelanggan Sales Energi Puncak GWh GWh MW 2010 2053.8 2219.3 382.7 646064.7 2011 2247.3 2424.0 418.2 695482.8 2012 2488.6 2677.1 462.2 749377.5 2013 2780.7 2992.0 516.9 816935.5 2014 3170.4 3413.4 590.0 910246.0 2015 3609.9 3889.1 672.5 1016615.3 2016 4097.3 4416.2 763.7 1134043.2 2017 4604.8 4964.6 858.6 1252811.4 2018 5133.3 5535.2 957.2 1372843.4 2019 5649.6 6161.2 1065.4 1485482.8 Growth 12.1 11.8 11.8 8.9 304 Produksi energi tumbuh hingga 11.8 yang seiring dengan pertumbuhan energi jual, beban puncak dan jumlah pelanggan. Apabila jumlah kapasitas pembangkit yang tersedia mencukupi, pertumbuhan listrik di provinsi Riau dapat lebih tinggi lagi, karena seiring dengan perkembangan yang sangat pesat pada setiap kabupaten dan adanya rencana perkembangan wilayah menjadi kawasan industri di Dumai, Buton, Kuala Enok dan Tenayan-Pekanbaru. A5.3. PENGEMBANGAN SARANA KELISTRIKAN Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan pembangkit pada sistem isolated dan sistem interkoneksi 150 kV serta pengembangan jaringan transmisi dan distribusi untuk menjangkau pelanggan. Potensi Energi Primer Sumber energi primer yang tersedia di provinsi Riau untuk membangkitkan energi listrik terbatas pada sumber-sumber gas alam pada lapangan gas Seng, Segat di kabupaten Pelalawan, lapangan gas Bento dan lapangan gas “Baru” di Pekanbaru yang saat ini dikelola PT Kalila yang sebagian produksi gasnya dialokasikan untuk PLTG Teluk Lembu Pekanbaru dan saat ini juga sedang dalam pelaksanaan proyek instalasi pipa dari lapangan gas Seng menuju lapangan “Baru” dengan panjang 50 km, yang direncanakan dapat meningkatkan alokasi kapasitas gas hingga menjadi 30 mmscfd. Disamping itu potensi batubara juga banyak terdapatt di propinsi Riau. Potensi batubara di provinsi Riau tersebar di kabupaten Indragiri Hulu, kabupaten Kuantan Singingi dengan cadangan 1.546.599.267 metrik ton. Potensi PLTA skala besar terdapat di kabupaten Kampar dan kabupaten Kuantan Singingi. Menurut pre-feasibility study oleh konsultan Tokyo Electric Power Service CO LTD di Kabupaten Kuantan Singingi dan Sungai Kampar Kiri, kedua lokasi tersebut mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagaimana diperlihatkan pada Tabel-3.1. 305 Tabel-3.1, Potensi Sumber Daya Air Provinsi Riau No Lokasi Potensi Kondisi Saat Ini Type MW I PLTA 1 KUANTAN Reservoir Type Series KAB. KUANTAN SINGINGI, PROV RIAU Kuantan Series Upper 115 Pada Juli 1983 sudah pernah dilakukan Pre Feasibility‐ PLN CAB RENGAT Kuantan Series Lower 372 Study oleh Tokyo Electric Power Service CO LTD, Conslting Engineres Tokyo Japan TEPSCO. Reservoir Type Single Kuantan Single 350 2 KAMPAR Reservoir Type Single KAMPAR KIRI‐1 Kampar Kiri Single ‐1 131 Sudah dilakukan Pre Feasibility Study oleh KAMPAR KIRI‐2 Kampar Kiri Single ‐2 40 Japan International Cooperation AgencyJICA. KAB. KAMPAR, PROV RIAU PLN CAB PEKANBARU Namun perlu dilakukan studi ulang karena saat ini kondisi lingkungan sudah banyak berubah dan dapat mempengaruhi potensi debit air. Pengembangan Pembangkit Kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2019 dipenuhi dengan mengembangkan kapasitas pembangkit di sistem Interkoneksi 150 kV dan sistem isolated dan pengembangan jaringan transmisi 150 kV yang memasok sistem Riau. Pembangkit yang direncanakan akan dibangun di provinsi Riau berkapasitas sekitar 913 MW seperti ditampilkan pada Tabel-3.2. 306 Tabel-3.2. Pengembangan Pembangkit di Provinsi Riau Kapasitas Tahun NO Nama Proyek Jenis Pemilik Status MW Operasi 1 Sel. Panjang rencana PLTD PLN Rencana 5,0 2014 2 Sel. Panjang rencana PLTD PLN Rencana 5,0 2015 3 Bengkalis PLTD PLN Rencana 4,0 2016 4 Bengkalis PLTD PLN Rencana 4,0 2017 5 Kuala Enok Loan Belgia PLTD PLN Rencana 2,4 2012 6 Kuala Enok PLTD PLN Rencana 2,4 2014 7 Bengkalis FTP1 PLTU PLN On Going 10,0 2011 8 Bengkalis FTP1 PLTU PLN On Going 10,0 2011 9 Sel. Panjang FTP1 PLTU PLN On Going 7,0 2011 10 Sel. Panjang FTP1 PLTU PLN On Going 7,0 2011 11 Tembilahan PLTU PLN Rencana 7,0 2012 12 Tembilahan PLTU PLN Rencana 7,0 2012 13 Riau FTP1 PLTU PLN Rencana 100,0 2012 14 Riau FTP1 PLTU PLN Rencana 100,0 2013 15 Rengat PLTU Swasta PPA Terkendala 7,0 2013 16 Rengat PLTU Swasta PPA Terkendala 7,0 2013 17 Tembilahan PLTU Swasta PPA Terkendala 7,0 2013 18 Tembilahan PLTU Swasta PPA Terkendala 7,0 2013 19 Riau Mulut Tambang PLTU Swasta Rencana 300,0 2016 20 Riau Mulut Tambang PLTU Swasta Rencana 300,0 2017 Total 898,8 Rencana pembangunan pembangkit pada tabel tersebut merupakan upaya memenuhi kebutuhan energi listrik, dan harus diupayakan dapat terlaksana sesuai jadwal. Salah satu PLTU skala menengah yang direncanakan adalah PLTU Riau 2x100 MW di kawasan industri Tenayan Kota Pekanbaru dan diharapkan beoperasi tahun 2012. Selain itu PLN akan megundang pihak swasta untuk membangun PLTU 2x300 MW di mulut tambang untuk beroperasi pada tahun 2014 – 2015. Dengan adanya proyek- proyek tersebut diharapkan kebutuhan energi listrik di provinsi Riau akan terpenuhi pada tahun 2015 dan rasio elektifikasi akan dapat ditingkatkan. 307 Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk GI Pengembangan GI Guna menyalurkan energi listrik yang berasal dari pembangkit yang masuk ke sistem interkoneksi 150 kV, hingga tahun 2019 diperlukan pengembangan 59 buah GI 150 kV seperti diperlihatkan pada Tabel-3.3. Tabel-3.3. Pengembangan Gardu Induk di Provinsi Riau No Tegangan Kap Biaya M USD COD 1 Garuda Sakti 15020 kV 60 2.10 2010 2 Bagan Batu 15020 kV 20 1.15 2010 3 Pasir Pangarayan 15020 kV 20 1.15 2011 4 Bangkinang Ext LB 15020 kV 2 LB 1.23 2011 5 Rengat 15020 kV 30 2.62 2011 6 Teluk Kuantan Ext LB 15020 kV 3 LB 1.85

2011 7

Pasir Putih 15020 kV 60 4.00 2012 8 Garuda Sakti Ext LB 15020 kV 2 LB 1.23 2012 9 New Garuda Sakti 15020 kV 60 3.34 2012 10 Bangkinang 15020 kV 30 1.39 2012 11 Tenayan 15020 kV 30 2.62 2012 12 Tembilahan 15020 kV 30 2.62 2012 13 Rengat Ext LB 15020 kV 2 LB 1.23 2012 14 Bagan Siapiapi 15020 kV 20 2.38 2012 15 Dumai Ext LB 15020 kV 2 LB 1.23 2012 16 Duri 15020 kV 30 1.39 2013 17 Dumai 15020 kV 30 1.39 2013 18 Teluk Kuantan 15020 kV 30 1.39 2013 19 Pangkalan Kerinci 15020 kV 30 2.62 2013 20 Pasir Putih Ext LB 15020 kV 2 LB 1.23 2013 21 Rengat 15020 kV 30 1.39 2014 22 Perawang 15020 kV 30 2.62 2014 23 Siak Sri Indra Pura 15020 kV 30 2.62 2014 24 Tenayan Ext LB 15020 kV 2 LB 1.23 2014 25 Tenayan Ext LB 15020 kV 2 LB 1.23 2014 26 Pasir Pangarayan 15020 kV 30 1.39 2015 27 Duri 15020 kV 60 2.10 2016 28 Pasir Putih 15020 kV 60 2.10 2016 29 Bagan Batu 15020 kV 30 1.39 2016 30 KID Dumai 15020 kV 30 2.62 2016 31 Dumai Ext LB 15020 kV 2 LB 1.23 2016 32 Tenayan 15020 kV 30 1.39 2017 33 Dumai 15020 kV 60 2.10 2018 34 Teluk Kuantan 15020 kV 30 1.39 2018 35 Tembilahan 15020 kV 30 1.39 2018 36 Bagan Siapi‐api 15020 kV 20 1.15 2018 37 Kandis 15020 kV 30 2.62 2018 38 Bangkinang 15020 kV 60 2.10 2019 39 New Garuda Sakti 15020 kV 30 1.39 2019 40 New Garuda Sakti 275150 kV 500 26.54 2012 41 Rengat 275150 kV 500 26.81 2015 42 New Garuda Sakti 500275 kV 1000 36.22 2018 43 Garuda Sakti HVDC Stasion Converter 250 kV DC 600 72.92 2015 jumlah 3670 234.08 Nama Gardu Induk