Proyeksi Kebutuhan Listrik Sumatera Utara 2010-2019
295
Pembangunan Gardu Induk
Untuk melayani peningkatan beban, meningkatkan keandalan pasokan wilayah Sumatera Utara, memperbaiki mutu tegangan serta mengantisipasi masuknya
beberapa pembangkit dalam beberapa tahun kedepan, direncanakan pembangunan Gardu induk. Disamping pembangunan GI – GI yang telah mendesak karena kondisi
tegangan yang sangat rendah karena jarak GI yang terlalu jauh dari konsumen seperti Labuhan Bilik dan penyabungan, pembangunan GI Dolok sanggul, kami
usulkan dipercepat agar energi listrik yang dibangkitkan oleh PLTM - PLTM disekitar Dolok sanggul seperti PLTM Simonggo 7,5 MW, Hutaraja 5 MW, PLTM Pakkat 4
MW dapat terserap dengan mengalirkannya ke sistim transmisi, karena beban puncak yang ada di daerah Dolok Sanggul dan Siborong borong sebagai unit
pelayanan terdekat hanya memiliki beban puncak sekitar 5 MW. Rencana pembangunan GI dapat dilihat pada tabel-3.4 berikut.
Tabel-3.4. Rencana Pembangunan GI sd tahun 2019
No. Gardu
Induk Tegangan
ExtBaru Kapasitas
MW Biaya
M USD
COD 1
GIS Listrik
15020 kV
Extension 60
2,1 2010
2 Paya
Geli 15020
kV Extension
60 2,1
2010 3
Kisaran 15020
kV Extension
30 1,4
2010 4
Labuhan 15020
kV Extension
60 2,1
2010 5
Gunung Para
15020 kV
Extension 30
1,4 2010
6 KIM
15020 kV
Extension 60
2,1 2010
7 Tele
15020 kV
Extension 30
1,4 2010
8 Gunung
Tua 15020
kV Extension
30 1,4
2010 9
Gunung Sitoli
7020 kV
Baru 30
2,2 2012
10 Teliuk Dalam
7020 kV
Baru 20
1,9 2012
11 Tebing Tinggi
15020 kV
Extension 60
2,1 2011
12 Glugur 15020
kV Extension
60 2,1
2011 13 Binjai
15020 kV
Extension 60
2,1 2011
14 Rantau Prapat
15020 kV
Extension 60
2,1 2011
15 Sidikalang 15020
kV Extension
30 1,4
2011
296
No. Gardu
Induk Tegangan
ExtBaru Kapasitas
MW Biaya
M USD
COD 16
Tarutung 15020
kV Extension
30 1,4
2011 17
Sibolga 15020
kV Extension
30 1,4
2011 18
Padang Sidempuan
15020 kV
Extension 30
1,4 2011
19 Namurambe
15020 kV
Extension 60
2,1 2011
20 Tanjung
Marowa 15020
kV Extension
60 2,1
2011 21
Denai 15020
kV Extension
60 2,1
2011 22
Aek Kanopan
15020 kV
Extension 30
1,4 2011
23 Kuala
Namu 15020
kV Baru
30 2,6
2011 25
Dolok Sanggul
15020 kV
Baru 30
2,6 2011
28 Pematang
Siantar 15020
kV Extension
30 1,4
2012 29
Sei Rotan
15020 kV
Extension 60
2,1 2012
30 Kisaran
15020 kV
Extension 60
2,1 2012
31 Brastagi
15020 kV
Extension 60
2,1 2013
32 Perbaungan
15020 kV
Extension 60
2,1 2013
33 Panyabungan
15020 kV
Baru 30
2,6 2013
35 Pancor
Batu 15020
kV Baru
60 3,3
2013 37
Glugur 15020
kV Extension
60 2,1
2014 38
Porsea 15020
kV Extension
30 1,4
2014 39
Titi Kuning
15020 kV
Extension 60
2,1 2015
40 Lamhotma
15020 kV
Extension 30
1,4 2015
41 Tanjung
Pura 15020
kV Baru
60 3,3
2015 42
Pangururan 15020
kV Baru
30 2,6
2012 43
Tebing Tinggi
15020 kV
Extension 60
2,1 2016
44 Kisaran
15020 kV
Extension 60
2,1 2016
45 Denai
15020 kV
Extension 60
2,1 2016
46 Sei
Rotan 15020
kV Extension
60 2,1
2017 47
Glugur 15020
kV Extension
60 2,1
2017 48
Binjai 15020
kV Extension
60 2,1
2017 49
Rantau Prapat
15020 kV
Extension 60
2,1 2017
50 Padang
Sidempuan 15020
kV Extension
60 2,1
2017 51
Tanjung Marowa
15020 kV
Extension 60
2,1 2017
52 Tanjung
Pura 15020
kV Extension
60 2,1
2017 53
Pancor Batu
15020 kV
Extension 60
2,1 2017
54 Paya
Geli 15020
kV Extension
60 2,1
2018 55
Titi Kuning
15020 kV
Extension 60
2,1 2018
56 Pematang
Siantar 15020
kV Extension
60 2,1
2018 57
Pangkalan Brandan
15020 kV
Extension 60
2,1 2018
58 Sibolga
15020 kV
Extension 30
1,4 2018
59 Namurambe
15020 kV
Extension 60
2,1 2018
60 GIS
Listrik 15020
kV Extension
60 2,1
2018 61
Tebing Tinggi
15020 kV
Extension 60
2,1 2019
62 Kisaran
15020 kV
Extension 60
2,1 2019
63 Glugur
15020 kV
Extension 60
2,1 2019
64 KIM
15020 kV
Extension 60
2,1 2019
65 Kota
Pinang 15020
kV Extension
30 1,4
2019 66
Asahan I
275150 kV
Baru ‐
10,3 2010
67 Simangkok
275150 kV
Baru 250
16,3 2010
68 Pangkalan
Susu 275150
kV Baru
‐ 10,3
2011 69
Binjai 275150
kV Baru
500 25,9
2011 70
Galang 275150
kV Baru
1.000 33,6
2011 71
Padang Sidempuan
275150 kV
Baru 500
23,4 2012
72 Binjai
275150 kV
Extension 250
13,4 2013
73 Pangkalan
Susu 275150
kV Extension
250 13,4
2013 74
PLTP Sarulla
275150 kV
Baru 500
20,6 2013
75 Rantau
Prapat 500150
kV Baru
1.000 28,8
2018 76
Tebing Tinggi
500150 kV
Baru 1.000
28,8 2018
77 Belawan
500150 kV
Baru 1.000
26,6 2018
Jumlah 9.240
378,2
297 Dari tabel di atas terlihat bahwa penambahan GI Baru sampai 2019 adalah 17
lokasi. Selain itu diperlukan juga extension banyak GI eksisting dengan menambah unit trafo hingga tambahan kapasitas seluruhnya mencapai 9.210 MVA .
Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, dengan tambahan pelanggan baru sekitar 1346650 pelanggan sampai dengan 2019 atau rata-rata 130.000 pelanggan
setiap tahunnya. Selaras dengan penambahan pelanggan tersebut, diperlukan pembangunan Jaringan Tegangan Menengah JTM 16.718 kms, Jaringan Tegangan
Rendah JTR sekitar 7294 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 5296 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel-3.5 berikut.
Tabel-3.5. Pengembangan Sistem Distribusi di Sumatera Utara
JTM JTR Trafo
kms kms
MVA
2010 897.0
850.1 298.7
120,034 2011
1,017.1 933.0
373.2 129,143
2012 1,304.0
859.8 601.6
128,158 2013
1,402.6 778.1
583.3 128,093
2014 1,534.0
682.2 579.0
129,683 2015
1,667.8 537.9
553.6 119,324
2016 1,943.8
771.1 793.6
136,317 2017
2,132.9 607.5
588.3 144,717
2018 2,322.3
639.3 527.4
152,481 2019
2,497.2 634.7
397.1 158,742
2010-2019 16,718.6
7,293.7 5,296.0
1,346,693 Propinsi Sumatera Utara
Tahun delta Pelanggan
PROYEKSI KEBUTUHAN FISIK DISTRIBUSI
A4.5. RINGKASAN
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi adalah untuk membangun sistim kelistrikan Nias adalah seprti
tabel berikut:
298
Tabel 4.1. Rangkuman rencana proyeksi kebutuhan listrik
Energy Sales GWh
Produksi Energi GWh
Beban Puncak MW
Pembangkit MW
Gardu Induk MVA
Transmisi kms
2010 6,781.9
7,474.0 1,292.7
304.1 610
26 422.0
2011 7,410.6
8,157.9 1,432.7
440.0 2,130
786 688.4
2012 8,093.5
8,884.1 1,567.5
31.2 700
220 167.8
2013 8,834.8
9,676.7 1,712.6
630.7 1,210
552 1,301.4
2014 9,638.2
10,533.5 1,858.5
420.0 90
46 575.3
2015 10,502.4
11,452.9 2,011.7
45.0 150
30 408.3
2016 11,488.7
12,501.3 2,189.1
160.0 180
80 232.4
2017 12,568.0
13,646.1 2,382.3
580.0 480
698.1 2018
13,749.3 14,896.3
2,592.6 155.0
3,390 620
546.5 2019
15,042.3 16,261.9
2,821.2 410.0
270 518.0
Jumlah 104,109.7
113,484.8 19,861.0
3,004.0 9,210
2,360 5,558.2
Tahun Proyeksi Kebutuhan
Pembangunan Fasilitas Kelistrikan Juta US
299
LAMPIRAN A.5 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN Persero
DI PROVINSI RIAU
A5.1. KONDISI SAAT INI Sistem Interkoneksi 150 kV
Pada sistem kelistrikan di provinsi Riau pada sistem interkoneksi 150 kV Riau terdapat 8 gardu induk GI 150 kV, yaitu Koto Panjang, Bangkinang, Garuda Sakti,
Teluk Lembu, Duri, Dumai, Bagan Batu dan Taluk Kuantan. Sebagian GI tersebut sudah mengalami overload dan perlu segera dimitigasi.
Kebutuhan beban sistem Riau yang dipasok dari sistem 150 kV sistem Sumatera pada saat ini sebesar 284 MW. Kapasitas pembangkit PLN yang ada di sistem Riau
yang tersambung ke sistem interkoneksi Sumatera adalah 170 MW, dimana 76 dari kapasitas tersebut adalah PLTA Koto Panjang.
Kekurangan pasokan daya untuk memenuhi kebutuhan sistem Riau sebesar lebih dari 114 MW diperoleh dari transfer energi dari sistem interkoneksi Sumatera Bagian
Selatan Tengah maupun sistem interkoneksi Sumatera Bagian Utara. Secara keseluruhan sistem Sumbagselteng mempunyai kebutuhan beban sebesar
1.626 MW yang dilayani oleh pembangkit dengan kapasitas daya mampu sebesar 1.874 MW. Dari total kapasitas pembangkit sebesar 1.874 MW tersebut, sebesar 656
MW atau 35 berasal dari PLTA dan 1.218 MW atau 65 berasal dari pembangkit thermal PLTU, PLTG dan PLTD.
Sistem Sumbagselteng sering mengalami defisit pasokan akibat variasi musim hujan yang berdampak pada menurunnya kemampuan pasok dari PLTA. Defisit yang
terjadi juga terkait dengan pemeliharaan unit pembangkit yang terjadwal, atau saat terjadi gangguan unit pembangkit.
Mengingat faktor dominan yang menyebabkan keterbatasan pasokan tersebut adalah kekurangan pasokan air ke PLTA, maka kondisi defisit pasokan terjadi pada musim
kemarau, dengan waktu tidak hanya pada saat waktu beban puncak WBP tetapi
300 juga pada saat luar WBP. Peta kelistrikan sistem interkoneksi di provinsi Riau
diperlihatkan pada Gambar-1.
Gambar-1. Sistem Kelistrikan Interkoneksi 150 kV di Provinsi Riau
Daftar pembangkit terpasang yang memasok ke sistem interkoneksi 150 kV ditunjukkan pada Tabel-1.1.
301
Tabel-1.1. Kapasitas Pembangkit Terpasang di Provinsi Riau
No. Nama Pembangkit Jenis
Jenis Pemilik Kapasitas
Pembangkit B.
Bakar Terpasang
MW 1
PLTA Koto Panjang PLTA
Air PLN
114 2
PLTG Teluk Lembu PLTG
Gas Alam PLN
43.1 3
PLTD Teluk Lembu PLTD
HSD PLN
7.5 4
PLTDDumaiBg Besar PLTD
HSD PLN
12.5 5
PLTG Riau Power PLTG
Gas Alam PTRiau- Power
20 Jumlah
197.2
Sistem Isolated Sistem isolated di provinsi Riau tersebar di kabupaten Indragiri Hulu, Indragiri Hilir di
wilayah kerja PLN Cabang Rengat dan sebagian di kabupaten Bengkalis dan Meranti di wilayah kerja PLN Cabang Dumai. Seluruh sistem isolated tersebut dipasok oleh
PLTD berbahan bakar minyak. Di wilayah kerja PLN Cabang Pekanbaru jumlah PLTD relatif sedikit.
Jumlah pasokan energi untuk seluruh sistem isolated di provinsi Riau terdiri dari pembangkit PLTD tersebar dengan total kapasitas terpasang sebesar 83.2 MW dan
daya mampu 44.3 MW. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, sebagian besar sistem isolated sedang
mengalami krisis. Upaya jangka pendek yang dilakukan PLN adalah sewa diesel yang dimaksudkan hanya untuk memenuhi kewajiban obligation to supply, bukan
untuk memenuhi pertumbuhan pemasaran.
Tabel-1.2 Kondisi Pembangkit Isolated di Provinsi Riau
UNIT Jumlah
unit DAYA
Beban Puncak MW
Terpasang MW
Mampu MW
MESIN SENDIRI
1. Cab. Pekanbaru 42
7,645 4,585
4,509 2. Cab. Dumai
80 37,010
21,579 16,103
3. Cab. Rengat 115
38,556 18,098
17,095 JUMLAH 237
83.211 44.262
37.707 MESIN PEMDA
1. Cab. Pekanbaru 7
2,500 1,539
1,834 2. Cab. Dumai
23 31,966
12,330 12,532
302
UNIT Jumlah
unit DAYA
Beban Puncak MW
Terpasang MW
Mampu MW
3. Cab. Rengat 13
7,320 4,230
4,520 JUMLAH 33
41,786 18,699
18.886 MESIN SEWA
1. Cab. Pekanbaru 3
1,200 1,050
1,201 2. Cab. Dumai
2 2,400
2,030 2,055
3. Cab. Rengat 2
2,000 2,000
JUMLAH 10 5,600
3,080 5,256
Kondisi krisis kelistrikan pada sistem isolated disebabkan oleh hal-hal berikut : –
Sistem isolated yang dipasok PLTD: keterbatasan daya mampu mesin pembangkit karena usia mesin yang sudah tua dan sering mengalami
gangguan. Meningkatnya pertumbuhan pemakaian tenaga listrik alami bahkan tanpa pennyambungan baru juga memperberat kondisi.
– Sistem isolated yang dipasok dari sistem 20 kV: sistem 20 kV dan grid
150 kV secara umum juga sedang mengalami krisis, sehingga daya yang disalurkan kurang dari kebutuhan.
– Sistem isolated yang dipasok dari excess power : kontrak jual beli telah
melebihi dari kesepakan perjanjian jual beli.
A5.2. PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK
Ekonomi Riau dan Kepulauan Riau tumbuh cukup pesat yaitu sekitar 5.65 pada
tahun 2008 termasuk migas dan kondisi ini diperkirakan masih akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan seiring dengan kebijakan otonomi daerah,
dimana percepatan pembangunan ekonomi lebih diarahkan pada upaya pemerataan dengan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada golongan masyarakat
menengah kebawah. Target pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi perhatian Pemerintah Daerah dengan memberikan kemudahan kepada investor untuk
menanamkan modalnya di Riau. Semua rencana tersebut akan dapat dicapai apabila ada dukungan ketersediaan tenaga listrik di provinsi Riau.
Perekonomian provinsi Riau diperkirakan akan makin meningkat, ditandai oleh adanya rencana pembangunan kawasan-kawasan industri pada beberapa kabupaten
303 yang telah dicanangkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus KEK, seperti Kawasan
Industri Khusus Dumai, Kawasan Buton di kabupaten Siak Indrapuri, Kawasan Kuala Enok kabupaten Indragiri Hilir dan Kawasan Industri Tenayan di Pekanbaru.