2 Guru menyampaikan materi atau permasalahan
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Permasalahan tersebut
yang natinya akan didiskusikan bersama di dalam kelompok.
3 Setiap siswa dalam kelompok berdiskusi untuk
memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap anggotanya harus benar-benar memahami
materi yang didiskusikan dan bagaimana cara penyelesaian soalnnya.
4 Setelah diskusi selesai, pembahasan dilakukan
dengan cara guru menyebutkan satu nomor. Siswa di masing-masing kelompok dengan nomor
yang dipilih guru harus menyiapkan jawaban dari pertanyaan
guru yang
sebelumnya telah
didiskusikan untuk memaparkannya di dalam kelas.
5 Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan
jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
c.4. Group Investigation GI
Pendekatan ini dirancang oleh Herbert Thelen Arends. 2008:13 dan disempurnakan oleh Sharan
dan rekan-rekan sejawatnya di Tel Aviv University. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
GI merupakan pendekatan kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit diimplementasikan.
Dalam pendekatan ini, guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen. Kemudian siswa
memilih topik-tpoik untuk dipelajari, melakukan investigasi mendalam terhadap sub-sub topik yang
dipilih, kemudian
menyiapkan dan
mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
c.5. Think-Pair-Share Pendekatan pembelajaran ini dikembangkan
oleh Frank Iyman Arends, 2008:15. Dengan struktur pembelajaran sebagai berikut:
1 Thinking: Guru mengajukan sebuah pertanyaan
yang terkait dengan pelajaran dan meminta siswa untuk
menggunakan alokasi
waktu dan
memikirkan sendi jawabannya. 2
Pairing: Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan segala sesuatu yang siswa
pikirkan atas pertanyaan dari guru . 3
Sharing: Guru meminta pasangan-pasangan siswa untuk berbagi sesuatu yang sudah dibicarakan
berpasangan masing-masing dengan seluruh kelas.
c.6. Jigsaw
Pada awalnya metode ini dikembangkan oleh Elliot Arronson dari Universitas Texas dan
kemudian diadaptasi oleh Slavin Sugiyanto, 2010:45.
Metode Jigsaw
adalah teknik
pembelajaran kooperatif dimana siswa, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam
melaksanakan pembelajaran. Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling
fleksibel Slavin, 2005:246. Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model
Collaborative Learning
yaitu proses
belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan
informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya,
untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman
seluruh anggota.
Pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw
adalah suatu
tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa
anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan
mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota
lain dalam kelompoknya Sudrajad, 2001:18.
Metode ini memiliki dua versi tambahan, Jigsaw I Slavin, 1989 dan Jigsaw II Kagan,
1990. Sepintas sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II hampir sama dengan
Jigsaw I, tetapi ada beberapa perbedaan penting.
Salah satunya dalam Jigsaw II, siswa membaca atau dijelaskan oleh guru terlebih dahulu semua materi
karena dapat membantu mereka untuk mendapatkan gambaran besar sebelum mereka membaca kembali
untuk menemukan informasi yang berkaitan dengan
topik yang ditugaskan. Apabila siswa harus
membaca di kelas, bacaan tersebut harus dapat diselesaikan dalam waktu tidak lebih dari setengah
jam. Kelebihan dari Jigsaw II adalah bahwa semua siswa membaca semua materi yang akan membuat
konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah dipahami. Dalam Jigsaw I, siswa menerima
penjelasan potongan materi dari teman dari kelompok asal. Hal ini sangat mengkhawatirkan
karena bisa jadi siswa tersebut belum memahami materi.