Efektivitas penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw II terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016.

(1)

Kooperatif Tipe Jigsaw II terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di SMP Kanisius Sleman Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi, Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetauan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Untiversitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2016.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw II dan mengetahui efektivitas model pembelajaran Jigsaw II ditinjau dari motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Kanisius Sleman pada materi sistem persamaan linear dua variabel.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (kuasi eksperimen), yang dapat mengetahui efektivitas model pembelajaran ditinjau motivasi dan hasil belajar dengan model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran Jigsaw II. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data keterlaksanaan model pembelajaran, data motivasi belajar dan data hasil belajar. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan proses pembelajaran, lembar observasi motivasi belajar siswa, kuesioner motivasi dan instrumen tes prestasi belajar siswa. Data hasil motivasi dan hasil belajar matematika siswa dianalisis dengan membandingkan rata-rata motivasi dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran Jigsaw II.

Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut, persentase keterlaksanaan model pembelajaran Jigsaw II yang diperoleh yakni 93,85%% dan tergolong sangat tinggi. Pada hasil belajar siswa setelah dilakukan treatment, persentase siswa kelas eksperimen yang tuntas KKM adalah 90,47% sementara pada kelas kontrol hanya 57,14%,sehingga dapat dikatakan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Jigsaw II lebih baik dari kelas dengan model pembelajaran Konvensional.Secara inferensial, nilai signifikasi yang diperoleh adalah 0,046 <2α = 0,10 sehingga �0ditolak, maka dapat dikatakan hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Nilai signifikasi kuesioner motivasi siswa yang diperoleh adalah 0,040 <2.α = 0.10, dan disimpulkan bahwa motivasi siswa kelas eksperimenlebih tinggi dibanding kelas kontrol. Sedangkan nilai signifikasi yang diperoleh dari data pengamaatan motivasi oleh observer adalah 0,442 >2.α, jadi tidak cukup bukti bahwa data pengamatan motivasi belajar oleh observer kelas eksperimen lebih tinggi kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa (1) Keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Jigsaw II tergolong sangat tinggi. (2) Model pembelajaran Jigsaw II efektif ditinjau dari hasil belajar siswa, tetapi tidak cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa model pembelajaran Jigsaw II efektif ditinjau dari motivasi belajar .

Kata-kata kunci: Efektivitas, Model Pembelajaran Jigsaw II, Hasil Belajar, Motivasi Belajar, Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.


(2)

DionisiaRetnoIrnawati (101 414 079). The Effectiveness of Jigsaw II Model on Two Variables Linear Equations System towards Motivation and Learning Achievement Mathematics of year academic 2015/2016 KanisiusSleman Eight Grade Students Undergraduate Thesis, Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Educational Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta. 2016.

The research is aimed to knowthe learning process and the effectiveness of Jigsaw II model in terms of the students’ motivation and Mathematic learning achievement ofKanisiusSleman Eight Grade Students on Two Variables Linear Equations System.

This is a quasi-experimental research, toknowthe effectiveness of thelearning modelin termsof motivationandlearning achievement students withconventional learning modelsandJigsawII learning model. The data required in this research are data learning model, learning motivation and learning achievement data. The instrumentused in this studyincludelearning process sheets, students' motivationobservation sheets, questionnairesmotivation andstudent achievementtest instruments. The data of students’ motivation and students’ mathematics learning achievement were analysed by comparing the average motivation and student learning achievement with conventional learning model and Jigsaw II learning model.

The results of this research are as follows, the percentage enforceability obtained Jigsaw II learning model is 93,85% but the control class just 57,14%, it showed that the result oflearning achievement of studentswith JigsawIIlearning modelis betterthanconventionalclassroomlearning model. Inferentially, the significance value obtained was 0,046 <2α = 0.10, it showed that the result of experimental classroom learning was higher than the control class. Student motivation questionnaire significance value obtained was 0.040 < 2.α = 0.10. It is concluded that the motivation of experimental class was higher than the control class. While the significance values obtained from the observation motivated data by the observer is 0.442 >2.α (0.10)so not enough evidence that the experimental class students motivation was higher than the control class according to the data of observation motivated by the observer. From the results, can be concluded that (1) enforceability learning process using Jigsaw II learning model is very high. (2) Jigsaw II learning model is effective in terms of student learning achievement, but proof less toshowed that Jigsaw II learning model effective in terms of student learning motivation.

Key words: Effectiveness,Jigsaw II, Learning achievement, Motivation, Two Variables Linear Equations System


(3)

i

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

TIPE JIGSAW II TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI

BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM

PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII

SMP KANISIUS SLEMAN TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

dalam Ilmu Pendidikan Matematika

Oleh :

Dionisia Retno Irnawati 101414079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

MOTTO

Kita tidak pernah tau,

usaha keberapa yang akan berhasil,

serta, doa mana yang akan dikabulkan.

Keduanya sama.


(7)

v

PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur, kupersembahkan karya ini kepada :

Tuhan Yang Maha Esa

Kedua orang tuaku tercinta, bapak Yacobus Agus Iriyanto dan Ibu Marceliana Sukarti, yang selalu memberikan perhatian, cinta, kasih

sayang, dukungan serta doa yang tidak pernah habis untukku.

Adikku tercinta Brigita Yulita Dewi yang selalu memberi dukungan dan motivasi kepada mbak ia setiap saat.

Keluarga besarku, Mbah uti balong, mbah uti budur, Pakdhe Romo, Pakdhe Tomo, Budhe Darun, Mas Alex, Mbak Eli yang telah

memberi bantuan, perhatian dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi dan pendidikan ini.


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

Dionisia Retno Irnawati (101414079). Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di SMP Kanisius Sleman Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi, Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetauan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Untiversitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2016.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw II dan mengetahui efektivitas model pembelajaran Jigsaw II ditinjau dari motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Kanisius Sleman pada materi sistem persamaan linear dua variabel.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (kuasi eksperimen), yang dapat mengetahui efektivitas model pembelajaran ditinjau motivasi dan hasil belajar dengan model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran Jigsaw II. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data keterlaksanaan model pembelajaran, data motivasi belajar dan data hasil belajar. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan proses pembelajaran, lembar observasi motivasi belajar siswa, kuesioner motivasi dan instrumen tes prestasi belajar siswa. Data hasil motivasi dan hasil belajar matematika siswa dianalisis dengan membandingkan rata-rata motivasi dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran Jigsaw II.

Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut, persentase keterlaksanaan model pembelajaran Jigsaw II yang diperoleh yakni 93,85%% dan tergolong sangat tinggi. Pada hasil belajar siswa setelah dilakukan treatment, persentase siswa kelas eksperimen yang tuntas KKM adalah 90,47% sementara pada kelas kontrol hanya 57,14%, sehingga dapat dikatakan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Jigsaw II lebih baik dari kelas dengan model pembelajaran Konvensional. Secara inferensial, nilai signifikasi yang diperoleh adalah 0,046 <

2α = 0,10 sehingga ditolak, maka dapat dikatakan hasil belajar kelas

eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Nilai signifikasi kuesioner motivasi siswa yang diperoleh adalah 0,040 < 2.α = 0.10, dan disimpulkan bahwa motivasi siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Sedangkan nilai signifikasi yang diperoleh dari data pengamaatan motivasi oleh observer adalah 0,442 > 2.α, jadi tidak cukup bukti bahwa data pengamatan motivasi belajar oleh observer kelas eksperimen lebih tinggi kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa (1) Keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Jigsaw II tergolong sangat tinggi. (2) Model pembelajaran Jigsaw II efektif ditinjau dari hasil belajar siswa, tetapi tidak cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa model pembelajaran Jigsaw II efektif ditinjau dari motivasi belajar .

Kata-kata kunci: Efektivitas, Model Pembelajaran Jigsaw II, Hasil Belajar, Motivasi Belajar, Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.


(11)

ix ABSTRACT

Dionisia Retno Irnawati (101 414 079). The Effectiveness of Jigsaw II Model on Two Variables Linear Equations System towards Motivation and Learning Achievement Mathematics of year academic 2015/2016 Kanisius Sleman Eight Grade Students Undergraduate Thesis, Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Educational Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta. 2016.

The research is aimed to know the learning process and the effectiveness of Jigsaw II model in terms of the students’ motivation and Mathematic learning achievement of Kanisius Sleman Eight Grade Students on Two Variables Linear Equations System.

This is a quasi-experimental research, to know the effectiveness of the learning model in terms of motivation and learning achievement students with conventional learning models and Jigsaw II learning model. The data required in this research are data learning model, learning motivation and learning achievement data. The instrument used in this study include learning process sheets, students' motivation observation sheets, questionnaires motivation and student achievement test instruments. The data of students’ motivation and

students’ mathematics learning achievement were analysed by comparing the

average motivation and student learning achievement with conventional learning model and Jigsaw II learning model.

The results of this research are as follows, the percentage enforceability obtained Jigsaw II learning model is 93,85% but the control class just 57,14%, it showed that the result of learning achievement of students with Jigsaw II learning model is better than conventional classroom learning model. Inferentially, the significance value obtained was 0,046 < 2α = 0.10, it showed that the result of experimental classroom learning was higher than the control class. Student

motivation questionnaire significance value obtained was 0.040 < 2.α = 0.10. It is

concluded that the motivation of experimental class was higher than the control class. While the significance values obtained from the observation motivated data

by the observer is 0.442 >2.α (0.10) so not enough evidence that the experimental

class students motivation was higher than the control class according to the data of observation motivated by the observer. From the results, can be concluded that (1) enforceability learning process using Jigsaw II learning model is very high. (2) Jigsaw II learning model is effective in terms of student learning achievement, but proof less to showed that Jigsaw II learning model effective in terms of student learning motivation.

Key words: Effectiveness, Jigsaw II, Learning achievement, Motivation, Two Variables Linear Equations System


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw II terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 sebagai salah satu usaha untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc,. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran dan keiklasannya membimbing serta memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak ibu dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang senantiasa membimbing dan memberi masukan kepada penulis sejak awal menjadi mahasiswa di USD.

5. Ibu Nur Sukapti, S.Pd., selaku Kepala SMP Kanisius Sleman yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian skripsi di SMP Kanisius Sleman. 6. Bapak A. Tatag Handaya Kurniawan, S.Pd., selaku guru pengampu mata pelajaran Matematika Kelas VIII SMP Kanisius Sleman yang telah memberi masukan, mendampingi dan membantu saat penelitian berlangsung.

7. Para guru dan staf di SMP Kanisius Sleman yang turut membantu memperlancar penelitian skripsi ini.


(13)

xi

8. Siswa-siswi kelas VIII dan IX SMP Kanisius Sleman yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

9. Bapak Yacobus Agus Iriyanto dan Ibu Marceliana Sukarti selaku orang tua yang selalu memberi dorongan, fasilitas, semangat, kasih sayang dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Untuk keluarga besarku Mbah uti, Pakdhe Romo, Pakdhe Tomo, Budhe Darun, Mas Alex, Mbak Eli, dan adikku Ita telah memberi bantuan, perhatian dan semangat selama menyelesaikan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikannya.

11. Alfonsus Agus Wibowo yang selalu memberikan doa, motivasi dan bantuan pada proses menulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman Pendidikan Matematika, teristimewa sahabat-sahabatku, Weni, Teguh, Dewi, Dea, Mini, Nanda, Dian atas pertemanan yang luar biasa dan telah banyak memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Semua yang telah membantu dalam bentuk apa pun yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari akan segala kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Penulis Dionisia Retno Irnawati


(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xxii

DAFTAR TABEL ... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Batasan Istilah ... 9


(15)

xiii

H. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 14

1. Pengertian Belajar ... 14

2. Pembelajaran ... 16

3. Pembelajaran Matematika ... 17

4. Model Kooperatif ... 19

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 19

b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ... 21

c. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif ... 23

c.1. Student Teams Achievement Division (STAD) ... 23

c.2. Team Assited Individualization atau Team Accelerate Instruction (TAI) ... 24

c.3. Numbered Heads Together (NHT) ... 26

c.4. Group Investigation (GI) ... 27

c.5. Think-Pair-Share ... 28

c.6 Jigsaw ... 29

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 31

a. Pengertian ... 31

b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 32

c. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 33

d. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II . 34 6. Motivasi Belajar Siswa ... 35


(16)

xiv

a. Pengertian Motivasi Belajar ... 35

a.1. Motiviasi Intrinsik ... 35

a.2. Motivasi Ekstrinsik ... 35

b. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 36

c. Aspek-aspek Motivasi Belajar ... 37

1. Minat ... 38

2. Perhatian ... 38

3. Konsentrasi ... 38

4. Ketekunan ... 38

5. Keantusiasan ... 39

6. Keterlibatan ... 39

7. Rasa ingin tahu ... 39

8. Berusaha mencoba dan aktif mengatasi tantangan ... 39

7. Prestasi Belajar ... 40

a. Faktor Internal ... 41

b. Faktor Eksternal ... 41

8. Prestasi Belajar Matematika ... 42

9. Efektivitas Pembelajaran ... 43

10. Materi Pembelajaran ... 46

11. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ... 47

a. Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) ... 47

b. Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV) ... 49


(17)

xv

1. Metode Grafik ... 51

2. Metode Substitusi ... 54

3. Metode Eliminasi ... 56

d. Sistem Persamaan Linear dalam Kehidupan Sehari-hari ... 57

B. Kerangka Berfikir ... 62

C. Hipotesis ... 63

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 64

B. Populasi dan Sampel ... 65

1. Populasi ... 65

2. Sampel ... 65

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 66

1. Waktu ... 66

2. Tempat ... 66

D. Variabel Penelitian ... 66

1. Variabel Bebas ... 66

2. Variabel Terikat ... 66

E. Bentuk Data Penelitian ... 67

1. Data Keterlaksaan Proses Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw II ... 67

2. Data Motivasi Siswa ... 67

3. Data Prestasi Belajar Siswa ... 67


(18)

xvi

1. Instrumen Pembelajaran ... 68

2. Instrumen Penelitian ... 68

a. Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Proses Pembelajaran ... 68

b. Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa ... 68

d. Kuesioner Motivasi ... 71

e. Instrumen Tes Prestasi Belajar Siswa ... 74

1. Validitas Tes Prestasi Belajar ... 78

2. Reliabilitas Tes Prestasi Belajar ... 80

G. Metode Pengumpulan Data ... 82

1. Pengamatan (Observasi) ... 82

2. Penyebaran Kuesioner ... 82

3. Tes ... 83

H. Metode Analisis Data ... 83

1. Kriteria Efektivitas Model Pembelajaran ... 84

2. Keterlaksanaan Proses Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw II ... 85

a. Keterlaksanaan Proses Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw II pada Setiap Pertemuan ... 85

b. Keterlaksanaan Proses Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw II secara Keseluruhan ... 86

3. Analisis Data Prestasi Belajar Siswa ... 87

a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 88


(19)

xvii

c. Uji Perbedaan Nilai Rata-rata (Uji-T) Data Pre-test ... 89

d. Uji Perbedaan Nilai Rata-rata (Uji-T) Data Post-test ... 90

4. Analisis Data Instrumen Kuesioner Motivasi Siswa ... 91

a. Motivasi Belajar Siswa secara Individu ... 91

b. Motivasi Belajar Siswa secara Keseluruhan ... 93

c. Uji Inferensial Motivasi Belajar Siswa ... 96

c.1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 97

c.2. Uji Variansi ... 97

c.3. Uji Perbedaan Data Kuesioner Motivasi (Uji T) Sebelum pembelajaran ... 98

c.4. Uji Perbedaan Data Kuesioner Motivasi (Uji T) Setelah Pembelajaran ... 99

5. Analisis Data Pengamatan Motivasi Siswa oleh Observer ... 100

I. Rencana Tahap-Tahap penelitian ... 101

1. Tahap Perencanaan ... 102

2. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan ... 103

3. Pengolahan Data ... 104

4. Penyusunan laporan penelitian ... 105

BAB IV DESKRIPSI PEMBELAJARAN, HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 106

1. Persiapan Penelitian ... 106


(20)

xviii

1) Uji Coba Instrumen ... 107

2) Hasil Uji Coba Instrumen ... 108

a) Hasil Uji Coba Pre-Test ... 108

a.1. Uji Validitas Pre-test ... 109

a.2. Uji Reliabilitas Pre-test ... 110

b) Hasil Uji Coba Post-Test ... 111

b.1. Uji Validitas Post-test ... 112

b.2. Uji Reliabilitas Post-test ... 112

2. Pelaksanaan Penelitian ... 113

a. Pelaksanaan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw II ... 113

1) Sebelum Pembelajaran ... 114

2) Pertemuan Pertama (2x45 menit) ... 114

3) Pertemuan Kedua (1x 45 menit) ... 117

4) Pertemuan Ketiga (2x45 menit) ... 118

5) Setelah Pembelajaran ... 119

b. Pelaksanaan Model Pembelajaran Konvensional ... 120

1) Sebelum Pembelajaran ... 120

2) Pertemuan Pertama (1x45 menit) ... 121

3) Pertemuan Kedua (2x45 menit) ... 121

4) Pertemuan Ketiga (2x45 menit) ... 122

5) Setelah Pembelajaran ... 123

B. Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 123


(21)

xix

a. Pertemuan Pertama ... 124

b. Pertemuan Kedua ... 125

c. Pertemuan Ketiga ... 126

2. Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 126

a. Data Pre-test ... 126

1) Kelas Kontrol ... 127

2) Kelas Eksperimen ... 128

b. Data Post-test ... 128

1) Kelas Kontrol ... 129

2) Kelas Eksperimen ... 130

3. Data Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 131

a. Sebelum Pembelajaran ... 131

1) Kelas Kontrol ... 132

2) Kelas Eksperimen ... 133

b. Setelah pembelajaran ... 134

1) Kelas Kontrol ... 134

2) Kelas Eksperimen ... 135

4. Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar oleh Observer ... 137

a. Pertemuan Pertama ... 137

1) Kelas Kontrol ... 137

2) Kelas Eksperimen ... 139

b. Pertemuan Kedua ... 140


(22)

xx

2) Kelas Eksperimen ... 141 c. Pertemuan Ketiga ... 142 1) Kelas Kontrol ... 142 2) Kelas Eksperimen ... 143 C. Analisis Hasil Penelitian ... 144 1. Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran Jigsaw II ... 144 a. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Setiap Pertemuan ... 144 b. Keterlaksanaan Model pembelajaran Secara Keseluruhan ... 146 2. Analisis Hasil Belajar ... 146

a. Analisis Hasil Belajar berdasarkan Nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) ... 146 1) Nilai Pre-test ... 147 2) Nilai Post-test ... 149 b. Uji Perbedaan Nilai Rata-rata Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen ... 151 b.1. Uji Normalitas ... 151 b.2. Uji Perbedaan Nilai Rata-rata Pre-test ... 152 b.3. Uji Perbedaan Nilai Rata-rata Post-test ... 154 3. Analisis Data Kuesioner Motivasi Belajar ... 155

3.a. Analisis Data Kuesioner Motivasi Belajar Secara

Deskriptif ... 155 1) Sebelum Pembelajaran ... 155 2) Setelah Pembelajaran ... 159


(23)

xxi

3.b. Analisis Data Kuesioner Motivasi Belajar Secara

Inferensial ... 162 1) Uji Normalitas ... 162 2) Uji Perbedaan Rata-rata ... 164 4. Analisis Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar oleh Observer ... 166

a. Analisis Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar

oleh Observer Secara Deskriptif ... 167 1) Pertemuan Pertama ... 167 2) Pertemuan Kedua ... 170 3) Pertemuan Ketiga ... 173 b. Analisis Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar oleh

Observer Secara Inferensial ... 176 D. Pembahasan ... 178

1. Keterlaksanaan Proses Pembelajaran menggunakan Model

Pembelajaran Jigsaw II ... 178 2. Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw II ... 179 a. Efektivitas ditinjau dari Hasil Belajar ... 179 b. Efektivitas ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa ... 180 E. Keterbatasan Penelitian ... 182 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 183 B. Saran ... 184 DAFTAR PUSTAKA


(24)

xxii

DAFTAR GAMBAR


(25)

xxiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa ... 70 Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Matematika ... 72 Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Tingkat Validitas ... 79 Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi Tingkat Reliabilitas ... 81 Tabel 3.5 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 86 Tabel 3.6 Kriteria Motivasi Belajar Siswa ... 92 Tabel 3.7 Kriteria Motivasi Siswa Secara Keseluruhan ... 94 Tabel 4.1 Data Uji Coba Soal Pre-test ... 108 Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Butir

Soal Pre-test ... 110

Tabel 4.3 Data Uji Coba Soal Post-test ... 111 Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Butir

Soal Post-test ... 112

Tabel 4.5 Pertemuan Pertama (Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran) ... 124


(26)

xxiv

Tabel 4.6 Pertemuan Kedua (Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model

Pembelajaran) ... 125

Tabel 4.7 Pertemuan Ketiga (Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model

Pembelajaran) ... 126

Tabel 4.8 Data Pre-test Kelas Kontrol ... 127 Tabel 4.9 Data Pre-test Kelas Eksperimen ... 128 Tabel 4.10 Data Post-test Kelas Kontrol ... 129 Tabel 4.11 Data Post-test Kelas Eksperimen ... 130 Tabel 4.12 Data Kuesioner Sebelum Pembelajaran Kelas Kontrol ... 132 Tabel 4.13 Data Kuesioner Sebelum Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 133 Tabel 4.14 Data Kuesioner Setelah Pembelajaran Kelas Kontrol ... 134 Tabel 4.15 Data Kuesioner Setelah Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 135 Tabel 4.16 Pertemuan Pertama (Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar oleh Observer Kelas Kontrol) ... 138

Tabel 4.17 Pertemuan Pertama (Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar oleh Observer Kelas Eksperimen) ... 139


(27)

xxv

Tabel 4.18 Pertemuan Kedua (Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar

oleh Observer Kelas Kontrol) ... 140

Tabel 4.19 Pertemuan Kedua (Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar

oleh Observer Kelas Eksperimen) ... 141

Tabel 4.20 Pertemuan Ketiga (Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar

oleh Observer Kelas Kontrol) ... 142

Tabel 4.21 Pertemuan Ketiga (Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar

oleh Observer Kelas Eksperimen) ... 143

Tabel 4.22 Data Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Jigsaw II ... 145

Tabel 4.23 Analisis Nilai Pre-test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 147 Tabel 4.24 Analisis Nilai Post-test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .... 149 Tabel 4.25 Persentase dan Kriteria Motivasi Belajar Per Siswa Sebelum

Pembelajaran ... 155

Tabel 4.26 Jumlah dan Persentase Motivasi Siswa Per Kriteria (Sebelum

pembelajaran) ... 157


(28)

xxvi

Pembelajaran ... 159

Tabel 4.28 Jumlah dan Persentase Motivasi Siswa Per Kriteria (Setelah

pembelajaran) ... 160

Tabel 4.29 Pertemuan Pertama (Persentase dan Kriteria Hasil Pengamatan Motivasi Hasil Belajar oleh Observer) ... 168

Tabel 4.30 Jumlah dan Persentase Data Pengamatan Motivasi Siswa Per

Kriteria oleh Observer (Pertemuan Pertama) ... 169

Tabel 4.31 Pertemuan kedua (Persentase dan Kriteria Hasil Pengamatan

Motivasi Hasil Belajar oleh Observer) ... 171

Tabel 4.32 Jumlah dan Persentase Data Pengamatan Motivasi Siswa Per

Kriteria oleh Observer (Pertemuan kedua) ... 172

Tabel 4.33 Pertemuan ketiga (Persentase dan Kriteria Hasil Pengamatan

Motivasi Hasil Belajar oleh Observer) ... 174

Tabel 4.34 Jumlah dan Persentase Data Pengamatan Motivasi Siswa Per

Kriteria oleh Observer (Pertemuan ketiga) ... 175


(29)

xxvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

LAMPIRAN A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... L-1 LAMPIRAN A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen .. L-7 LAMPIRAN A.3. Daftar Nama Siswa Uji Coba Pre-test dan Post-test ... L-14 LAMPIRAN A.4. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ... L-15 LAMPIRAN A.5. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ... L-16 LAMPIRAN A.6. Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... L-17 LAMPIRAN A.7. Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... L-19 LAMPIRAN A.8. Lembar Pengamatan Motivasi Belajar Siswa

oleh observer. ... L-21

LAMPIRAN A.9. Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Jigsaw II ... L-25

LAMPIRAN A.10. Kisi-kisi Soal Pre-test ... L-31 LAMPIRAN A.11. Soal Pre-test ... L-33 LAMPIRAN A.12. Kisi-kisi Soal Post-test ... L-34 LAMPIRAN A.13. Soal Post-test ... L-36


(30)

xxviii

LAMPIRAN B

LAMPIRAN B.1. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Jigsaw II

LAMPIRAN B.1.a. Pertemuan Pertama ... L-37

LAMPIRAN B.1.b. Pertemuan Kedua ... L-41

LAMPIRAN B.1.c. Pertemuan Ketiga ... L-45

LAMPIRAN B.2. Hasil Belajar Siswa

LAMPIRAN B.2.a. Pre-test Kelas Kontrol ... L-49

LAMPIRAN B.2.b. Pre-test Kelas Eksperimen ... L-52

LAMPIRAN B.2.c. Post-test Kelas Kontrol ... L-55

LAMPIRAN B.2.d. Post-test Kelas Eksperimen ... L-58

LAMPIRAN B.3. Hasil Kuesioner Motivasi Siswa

LAMPIRAN B.3.a. Kuesioner Sebelum Pembelajaran di Kelas

Kontrol ... L-61

LAMPIRAN B.3.b. Kuesioner Sebelum Pembelajaran di Kelas

Eksperimen ... L-65

LAMPIRAN B.3.c. Kuesioner Setelah Pembelajaran di Kelas


(31)

xxix

LAMPIRAN B.3.d. Kuesioner Setelah Pembelajaran di Kelas

Eksperimen ... L-73

LAMPIRAN B.4. Hasil Pengamatan Motivasi oleh Observer

LAMPIRAN B.4.a. Pertemuan Pertama Kelas Kontrol ... L-77

LAMPIRAN B.4.b. Pertemuan Pertama Kelas Eksperimen... L-81

LAMPIRAN B.4.c. Pertemuan Kedua Kelas Kontrol ... L-85

LAMPIRAN B.4.d. Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen ... L-89

LAMPIRAN B.4.e. Pertemuan Ketiga Kelas Kontrol ... L-93

LAMPIRAN B.4.f. Pertemuan Ketiga Kelas Eksperimen ... L-97

LAMPIRAN C

LAMPIRAN C.1. Lembar Analisis Uji Validitas Pre-test ... L-101 LAMPIRAN C.2. Lembar Analisis Uji Reliabilitas Pre-test ... L-102 LAMPIRAN C.3. Lembar Analisis Uji Validitas Post-test ... L-103 LAMPIRAN C.4. Lembar Analisis Uji Reliabilitas Post-test ... L-104 LAMPIRAN C.5. Lembar Analisis Rata-rata Nilai Pre-test Kelas Kontrol dan kelas Eksperimen ... L-105


(32)

xxx

kelas Eksperimen ... L-106

LAMPIRAN C.7. Lembar Analisis Uji Normalitas Nilai Pre-test ... L-107 LAMPIRAN C.8. Lembar Analisis Uji Normalitas Nilai Post-test ... L-108 LAMPIRAN C.9. Lembar Analisis Variansi dan Perbedaan Rata-rata Nilai Pre-test ... L-109

LAMPIRAN C.10. Lembar Analisis Perbedaan Rata-rata Nilai

Post-test ... L-110

LAMPIRAN C.11. Lembar Analisis Uji Normalitas Data Kuesioner Motivasi Sebelum Pembelajaran ... L-111

LAMPIRAN C.12. Lembar Analisis Uji Normalitas Data Kuesioner Motivasi Setelah Pembelajaran ... L-112

LAMPIRAN C.13. Lembar Analisis Variansi dan Perbedaan Rata-rata

Data Kuesioner Motivasi Sebelum Pembelajaran .... L-113

LAMPIRAN C.14. Lembar Analisis Variansi dan Perbedaan Rata-rata Data Kuesioner Motivasi Setelah Pembelajaran ... L-114

LAMPIRAN C.15. Lembar Analisis Data Pengamatan Motivasi


(33)

xxxi LAMPIRAN D

LAMPIRAN D.1. Surat Ijin Penelitian ... L-116 LAMPIRAN D.2. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... L-117 LAMPIRAN D.3. Dokumentasi Kegiatan ... L-118


(34)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, ini berarti bahwa pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi seluruh masyarakat di semua belahan dunia. Salah satu wahana untuk melaksanakan pendidikan adalah lingkungan sekolah atau disebut pendidikan formal. Menurut John Dewey dalam Miftahul Huda (2011), pendidikan merupakan sebuah proses yang dinamis dan berkelanjutan yang bertugas memenuhi kebutuhan siswa dan guru sesuai dengan minat masing-masing. Oleh karena itu, pendidikan harus mendesain pembelajarannya yang berpusat pada siswa agar minat dan aktivitas belajarnya semakin meningkat. Di Indonesia saat ini yang mulai menerapkan kurikulum 2013, sistem pembelajaran juga mulai berubah, dari pembelajaran pasif yang berpusat pada guru, berubah menjadi pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa.

Pada proses pembelajaran di sekolah, ada beberapa mata pelajaran yang harus diikuti. Namun, dari beberapa pelajaran yang ada, sudah bukan menjadi rahasia umum, bahwa mata pelajaran yang kurang disukai dan menjadi momok bagi sebagian besar siswa adalah mata pelajaran matematika. Salah satu karakteristik matematika yang membuat tidak


(35)

disukai oleh banyak siswa adalah karena bersifat abstrak dan rumit, oleh sebab itu pemahaman siswa terhadap materi harus lebih ditingkatkan lagi.

Pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang sudah sering dijumpai oleh siswa, mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi terutama jika mengambil bidang studi yang berkaitan dengan matematika, namun tidak sedikit siswa yang masih berpendapat bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan. Pada observasi sekolah yang dilakukan oleh peneliti di SMP Kanisius Sleman bulan April 2015, sebagian besar siswa menyatakan bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit dimengerti. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, banyak siswa yang kesulitan mengikuti pelajaran karena sangat bergantung pada guru dalam pemahaman materi pelajaran matematika. Hal ini terlihat saat peneliti bertanya pada beberapa siswa di SMP ini mengenai hal apa yang menyebabkan matematika merupakan pelajaran yang membingungkan. Kebanyakan siswa menjawab dalam pemahaman materi siswa hanya tergantung pada bagaimana guru menyampaikan materi di kelas. Para siswa mengaku tidak rajin mengulang dan mempelajari pelajaran matematika di rumah, jadi mereka hanya belajar matematika ketika di sekolah yang didampingi oleh guru matematika. Ketika peneliti melakukan observasi kelas, guru menyampaikan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, tepatnya dengan metode ceramah. Keunggulan metode ceramah dibandingkan dengan metode lain antara lain


(36)

praktis dan mudah dikontrol oleh guru sehingga mudah menentukan kapan selesainya penyampaian isi pelajaran. Namun harus diakui tidak selamanya pembelajaran dengan metode ceramah berlangsung dengan baik. Gejala negatif yang dikeluhkan oleh para siswa adalah siswa menjadi cepat bosan dan tidak memperhatikan materi yang diceramahkan, sebagai akibatnya siswa tidak tertarik sehingga malas untuk mempelajari pelajaran tersebut.

Kegiatan observasi yang telah dilaksanakan peneliti pada saat pelaksanaan pembelajaran matematika tersebut menunjukkan beberapa gejala siswa kurang termotivasi dalam belajar. Ketika pembelajaran matematika berlangsung pada sepuluh menit pertama siswa cukup antusias mengikuti pembelajaran, namun setelah itu beberapa siswa yang mulai jenuh lalu tidak memperhatikan guru yang mengakibatkan perhatian dan konsentrasi siswa mulai pudar ketika guru menanyakan tentang materi yang baru saja disampaikan.

Di sisi lain, pada proses belajar mengajar, faktor utama yang turut mempengaruhi prestasi belajar adalah motivasi belajar. Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai tujuan (Sardiman, 2004). Motivasi dapat menumbuhkan minat, kemauan dan semangat yang tinggi dalam belajar. Dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar mengajar sehingga kualitas hasil belajar siswa dapat terwujud dengan baik.


(37)

Pada paradigma baru mengenai pembelajaran, kegiatan belajar mengajar ditandai dengan aktivitas siswa baik secara fisik maupun secara mental aktif, sebagai konsekuensi bahwa siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Peran guru hanya sebagai pembimbing, motivator dan fasilitator yang berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Oleh karena itu, pada proses pembelajaran diperlukan suatu model yang inovatif dan berpusat pada siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif, salah satu contoh adalah model pembelajaran tipe Jigsaw II.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan suatu model pembelajaran yang mengedepankan pada aktivitas dan interaksi siswa dalam memahami, mengolah dan menyampaikan informasi yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran Jigsaw II untuk melakukan eksperimen kepada siswa di SMP Kanisius Sleman. Model pembelajaran Jigsaw II telah terbukti efektif digunakan dalam pembelajaran matematika di kelas VIII pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Esti Nugrahani, yang merupakan alumni mahasiswa Pendidikan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2011 dan ada beberapa dari mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta salah satunya penelitian oleh Fransiska Siti Sudaryati pada tahun 2012.


(38)

Berdasarkan kurikulum yang berlaku, materi ajar yang disampaikan di kelas VIII semester gasal antara lain: operasi aljabar, fungsi, persamaan garis lurus, sistem persamaan linear dua variabel, sistem koordinat dan persamaan kuadrat. Pada penelitian ini, peneliti memilih materi sistem persamaan linear dua variabel sebagai pokok bahasan penelitian, karena dalam materi tersebut memuat penguasaan konsep aljabar yang matang, logika berfikir dalam menyelesaikan suatu persoalan matematika yang kompleks, persamaan garis lurus dan fungsi, yang semuanya sudah dipelajari dalam materi sebelumnya.

Berdasarkan materi yang ditentukan sebagai pokok bahasan penelitian, keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II serta permasalahan yang dihadapi oleh siswa SMP Kanisius Sleman, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul: “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di SMP Kanisius Sleman Tahun Pelajaran 2015/2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan masalah yang spesifik sebagai berikut:

1. Dari observasi kelas yang dilaksanakan pada bulan April 2015, didapati bahwa keaktifan siswa di dalam kelas masih belum optimal. Pembelajaran matematika masih dilakukan satu arah,


(39)

yaitu berpusat pada aktivitas guru pada proses pembelajaran di kelas.

2. Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa di SMP Kanisius Sleman, banyak siswa beranggapan bahwa matematika itu sulit dan rumit untuk dipelajari karena karakteristik matematika yang abstrak.

3. Pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Kanisius Sleman masih sering menggunakan metode ceramah. Guru kurang memberikan inovasi terhadap model pembelajaran yang digunakan di dalam kelas, sehingga siswa kurang termotivasi dalam belajar.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut serta mempertimbangkan kemampuan, pengetahuan dan waktu maka penelitian akan dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan di SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016.

2. Penelitian ini membahas mengenai efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Kanisius Sleman.


(40)

3. Motivasi belajar yang dimaksud adalah motivasi siswa saat mengikuti pelajaran matematika dan dapat dilihat dari skor kuesioner.

4. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan treatment. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan hasil pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen, serta perbandingan hasil post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen.

5. Kelas kontrol yang dimaksud adalah kelas yang proses pembelajarannya menggunakan model konvensional sedangkan kelas eksperimen adalah kelas yang model pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Jigsaw II. 6. Pre-test dan post-test yang diberikan berdasarkan kompetensi dasar dari pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel yakni menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dan membuat dan menyelesaukan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel. 7. Hasil penelitian sebatas untuk kelas VIII SMP Kanisius


(41)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat diperoleh suatu perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah keterlaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Kanisius Sleman?

2. Bagaimanakan efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Kanisius Sleman?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui keterlaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Kanisius Sleman.

2. Mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Kanisius Sleman.


(42)

F. Batasan Istilah

Dalam penelitian ini, dijelaskan beberapa istilah agar penelitian ini mempunyai makna yang jelas.

1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai keberhasilan atau ketepatan penggunaan model pembelajaran dalam pencapaian tujuan pembelajaran, yang dilihat dengan adanya perilaku belajar siswa yang termotivasi dan keberhasilan belajar siswa dalam belajar.

2. Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku secara keseluruhan pribadi seseorang meliputi perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap yang dihasilkan dari interaksinya dengan lingkungan sekitar.

3. Pembelajaran

Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memperluas pengetahuan yang dilakukan oleh seseorang dengan bantuan orang lain.

4. Model pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para


(43)

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

5. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

5. Jigsaw II

Model pembelajaran Jigsaw II merupakan model pembelajaran dengan siswa yang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang disebut kelompok asal. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama, bertemu dalam kelompok-kelompok yang disebut kelompok ahli. Dari situ kelompok ahli mendiskusikan tentang sub bab yang sama yang kemudian akan kembali lagi ke kelompok asal untuk membahas materi secara keseluruhan.

6. Motivasi Belajar

Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Motivasi belajar seorang siswa sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas, karena motivasi dapat


(44)

menumbuhkan semangat dan arahan dalam mencapai tujuan yang dikehendaki siswa.

7. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil usaha yang diperoleh siswa setelah melalui beberapa proses belajar untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya. Dengan belajar seorang siswa dapat melakukan perubahan terhadap dirinya berupa penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai hasil dari proses belajar.

8. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) adalah suatu hubungan persamaan linear yang pada setiap persamaan terdapat minimum satu variabel yang sama.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan wawasan dalam mengelola pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

2. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa, antara lain: belajar


(45)

bekerja sama, bertanggungjawab dan berinteraksi dengan teman sebaya.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman dan bekal bagi peneliti dalam mengelola pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II saat peneliti memasuki dunia kerja sebagai guru.

G. Sistematika Penulisan Bab I. Pendahuluan

Pada Bab I, peneliti menyajikan latar belakang penulisan, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II. Landasan Teori

Pada Bab II, peneliti menyajikan teori-teori yang mendukung penelitian ini, kerangka berfikir dan hipotesis. Pada kajian teori, teori-teori diambil dari beberapa kutipan buku, jurnal dan literatur-literatur yang sesuai dengan pokok bahasan. Pada bagian ini juga menjelaskan konsep belajar, konsep pembelajaran, pembelajaran kooperatif, metode pembelajaran tipe Jigsaw II, motivasi belajar, prestasi belajar matematika dan efektivitas pembelajaran. Pada subbab kerangka berfikir, peneliti menyajikan diagram kerangka berfikir yang diharapkan pembaca dapat dengan mudah memahami maksud dan


(46)

tujuan penulisan laporan penelitian ini. Selanjutnya pada hipotesis, peneliti memberikan hipotesa terhadap penelitian yang akan dilaksanakan.

Bab III. Metode Penelitian

Pada Bab III, berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, waktu dan tempat penelitian, bentuk data penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, metode analisis data dan rencana tahap-tahap penelitian. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada Bab IV, berisi deskripsi persiapan dan pelaksanaan penelitian, hasil, dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V. Penutup

Pada BAB V, peneliti akan menguraikan kesimpulan yang diperoleh selama penyusunan skripsi ini dan memberikan beberapa saran yang terkait dengan skripsi ini.


(47)

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses untuk mengalami perubahan-perubahan, mulai dari lahir sampai mencapai umur tua. Meskipun demikian tidak semua perubahan yang dialami seseorang berasal dari proses belajar, misalnya perubahan bentuk tubuh dan kematangan alat kelamin, ini lebih disebabkan karena hormon dan jenis makanan yang dikonsumsi (Winkel, 1987:201).

Menurut Suryono dan Hariyanto (2011:9), belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap (Winkel,1992:242). Dalam hal ini, interaksi aktif dengan lingkungan yang dimaksudkan menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 1999:22).


(48)

Menurut para pakar pendidikan, agar pengertian belajar tidak melenceng pada hakikat belajar sendiri, maka dikemukakan definisi tentang belajar (Agus Suparjo, 2009:2) sebagai berikut:

a. Menurut Gagne, belajar adalah perubahan dispososi yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

b. Menurut Harold Spears learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu). c. Menurut morgan learning is any relatively permanent

change in behavior that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar, merupakan suatu proses perubahan tingkah laku secara keseluruhan pribadi seseorang meliputi perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap yang dihasilkan dari interaksinya dengan lingkungan sekitar. Dengan belajar, seseorang akan memiliki bnyak pandangan dan pengetahuan yang sebelumnya


(49)

belum pernah ia mengerti. Manusia diajarkan untuk bertahan hidup dengan perkembangan dunia melaui proses belajar.

2. Pembelajaran

Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Mohamad Surya, 2004:7). Sedangkan menurut Darsono (2002:24-25) pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Arikunto menjelaskan bahwa diperlukan adanya proses penguasaan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap oleh subjek yang sedang belajar dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

Menurut Gal’perin (dalam KartikaBudi, 2001:46)

Pembelajaran memiliki 4 fungsi khusus, yaitu: 1. Orientasi

2. Latihan 3. Umpan balik 4. Tindak lanjut

Serta memiliki 3 fungsi umum, yaitu: 1. Membangkitkan motivasi 2. Mengetahi pengetahuan awal


(50)

3. Informasi tentang sasaran belajar, kriteria, keberhasilan yang dituntut dan contoh-contoh soal ujian.

Jadi secara umum, pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memperluas pengetahuan yang dilakukan oleh seseorang dengan bantuan orang lain. Dalam lingkup pendidikan kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa oleh guru agar mendapatkan hasil yang maksimal. Pada dasarnya, belajar dan pembelajaran diarahkan untuk membangun kemampuan berfikir serta kemampuan siswa untuk menguasai materi pelajaran ataupun pengetahuan baru. Pengetahuan baru tersebut dikonstruksi oleh sisw tersebut sehingga siswa yang belajar akan mampu mengembangkan intelektualnya.

3. Pembelajaran Matematika

Menurut Benny Susetyo (2005), pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien.

Menurut Erman Suherman, dkk (2003:56-57) fungsi pembelajaran matematika adalah sebagai:


(51)

a. Alat

Matematika dapat digunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain, dalam dunia kerja atau dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga dapat digunakan sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan suatu informasi.

b. Pola Pikir

Pembelajaran matematika bagi para siswa juga merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman untuk pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu.

c. Ilmu Pengetahuan

Kita sebagai guru harus mampu menunjukkan betapa matematika selalu mencari kebenaran, dan selalu bersedia meralat kebenaran yang sementara diterima, bila ditemukan kesempatan untuk mencoba mengembangkan penemuan-penemuan sepanjang mengikuti pola pikir yang sah.

Adapun tujuan pembelajaran matematika menurut Asep Jihad (2008: 153) yakni agar siswa memiliki kemampuan dalam:

a. Menggunakan algoritma (prosedur pekerjaan) b. Melakukan manipulasi secara matematika c. Mengorganisasi data


(52)

d. Memanfaatkan simbol, diagram dan grafik e. Mengenal dan menemukan pola

f. Menarik kesimpulan

g. Membuat kalimat atau model matematika

h. Membuat interpretasi bangun dalam bidang dan ruang i. Memahami pengukuran dan satuan-satuannya

j. Menggunakan alat hitung dan alat bantu matematika. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, tujuan pembelajaran matematika adalah untuk mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik, yang kegiatannya dirancang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam menelaah bentuk, struktur, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang abstrak serta hubungannya, dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

a) Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Arends (2008:4), model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berupaya membantu siswa untuk mempelajari isi akademis dan berbagai keterampilan untuk mencapai berbagai sasaran dan tujuan sosial dan hubungan antar manusia yang penting. Menurutnya, tiga tujuan instruksional pembelajaran


(53)

kooperatif adalah prestasi akademik, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman perbedaan, dan pengembangan keterampilan sosial. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggotanya (Priyanto dalam Made Wena,2009:189).

Menurut Slavin (Isjoni, 2011:15) “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the

teacher”. Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Sedangkan menurut Sunal dan Hans (2000) “Cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran”.

Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling


(54)

bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

b) Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Didalam pembelajaran kooperatif terdapat karakteristik yang melekat didalamnya. Menurut Lie (2004 ), karakteristik-karakteristik tersebut yaitu:

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui:

a) Saling ketergantungan mencapai tujuan. b) Saling ketergantungan menyelesaikan

tugas.

c) Saling ketergantungan bahan atau sumber. d) Saling ketergantungan peran.

e) Saling ketergantungan hadiah. b. Interaksi tatap muka

Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka akan berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya juga karena biasanya siswa


(55)

akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan teman sebaya.

c. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelomponya. Pada intinya yang dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota secara individual.

d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa yang


(56)

tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga siswa lainnya. c) Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif

c.1. Student Teams Achievement Division (STAD) Menurut Suyatno (2009:52), tipe STAD adalah tipe pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Savin, dkk dari Universitas John Hopkins (Daryanto, 2012:246).

Menurut Slavin (1995), langkah untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD: 1) Guru membagi kelas ke dalam beberapa

kelompok. Setiap kelompok memiliki anggota 4-6 orang dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda.

2) Guru menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai dan memberikan kuis untuk dikerjakan dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe STAD,


(57)

biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi.

3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat rangkuman materi setelah guru memberikan penegasan terhadap bahan diskusi. 4) Guru memberikan evaluasi kepada siswa secara

individu melalui tes/kuis kepada siswa untuk menguasai penguasaan terhadap materi yang telah diberikan.

5) Guru memberikan penghargaan kepada siswa atau kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar sebelum da sesudah dilakukan diskusi dan penegasan oleh guru. Siswa kelompok dengan peningkatan hasil belajar terbesar berhak atas penghargaan tersebut.

c.2. Team Assited Individualization atau Team Accelerated Instruction (TAI)

Menurut Daryanto (2012:246), pembelajaran tipe TAI ini dikembangkan oleh Robert Slavin. Tipe ini mengembangkan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Menurut Daryanto,


(58)

langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tipe TAI adalah:

1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi secara individual. Materi tersebut harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah siswa mempelajari materi, guru akan memberikan kuis atau evaluasi dengan tujuan mendapatkan nialai awal.

2) Guru membagi kelas ke dalam kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang dengan kemampuan yang berbeda-beda. 3) Masing-masing kelompok diberikan tugas oleh

guru untuk mendiskusikan hasil dari evaluasi yang sebelumnya telah dilakukan. Setiap anggota kelompok nantinya akan saling memeriksa jawaban dari teman sekelompoknya.

4) Guru memfasilitasi diskusi kelompok dan memberikan penegasan bagi kelompok-kelompok yang belum begitu memahami materi. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat rangkuman dari apa yang telah mereka dapatkan selama diskusi kelompok.


(59)

5) Guru memberikan evaluasi secara individu kepada siswa dengan cara memberikan latihan soal atau kuis untuk dikerjakan secara individu. 6) Kelompok dengan peningkatan hasil belajar

tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru.

c.3. Numbered Heads Together (NHT)

Menurut Daryanto (2012), pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kangen. Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

Menurut Daryanto (2012), langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tipe NHT adalah:

1) Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok memiliki 4-6 orang. Setiap anggota kelompok diberi nama atau nomor. Misalnya nomor 1, 2, 3, 4, atau 5. Kelompok tersebut dibentuk dengan anggotanya memiliki kemampuan akademik yang berbeda-beda.


(60)

2) Guru menyampaikan materi atau permasalahan sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Permasalahan tersebut yang natinya akan didiskusikan bersama di dalam kelompok.

3) Setiap siswa dalam kelompok berdiskusi untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap anggotanya harus benar-benar memahami materi yang didiskusikan dan bagaimana cara penyelesaian soalnnya.

4) Setelah diskusi selesai, pembahasan dilakukan dengan cara guru menyebutkan satu nomor. Siswa di masing-masing kelompok dengan nomor yang dipilih guru harus menyiapkan jawaban dari pertanyaan guru yang sebelumnya telah didiskusikan untuk memaparkannya di dalam kelas.

5) Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

c.4. Group Investigation (GI)

Pendekatan ini dirancang oleh Herbert Thelen (Arends. 2008:13) dan disempurnakan oleh Sharan dan rekan-rekan sejawatnya di Tel Aviv University.


(61)

GI merupakan pendekatan kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit diimplementasikan. Dalam pendekatan ini, guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen. Kemudian siswa memilih topik-tpoik untuk dipelajari, melakukan investigasi mendalam terhadap sub-sub topik yang dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.

c.5. Think-Pair-Share

Pendekatan pembelajaran ini dikembangkan oleh Frank Iyman (Arends, 2008:15). Dengan struktur pembelajaran sebagai berikut:

1) Thinking: Guru mengajukan sebuah pertanyaan yang terkait dengan pelajaran dan meminta siswa untuk menggunakan alokasi waktu dan memikirkan sendi jawabannya.

2) Pairing: Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan segala sesuatu yang siswa pikirkan atas pertanyaan dari guru .

3) Sharing: Guru meminta pasangan-pasangan siswa untuk berbagi sesuatu yang sudah dibicarakan berpasangan masing-masing dengan seluruh kelas.


(62)

c.6. Jigsaw

Pada awalnya metode ini dikembangkan oleh Elliot Arronson dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin (Sugiyanto, 2010:45). Metode Jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif dimana siswa, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel (Slavin, 2005:246). Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Sudrajad, 2001:18).


(63)

Metode ini memiliki dua versi tambahan, Jigsaw I (Slavin, 1989) dan Jigsaw II (Kagan, 1990). Sepintas sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II hampir sama dengan Jigsaw I, tetapi ada beberapa perbedaan penting. Salah satunya dalam Jigsaw II, siswa membaca atau dijelaskan oleh guru terlebih dahulu semua materi karena dapat membantu mereka untuk mendapatkan gambaran besar sebelum mereka membaca kembali untuk menemukan informasi yang berkaitan dengan topik yang ditugaskan. Apabila siswa harus membaca di kelas, bacaan tersebut harus dapat diselesaikan dalam waktu tidak lebih dari setengah jam. Kelebihan dari Jigsaw II adalah bahwa semua siswa membaca semua materi yang akan membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah dipahami. Dalam Jigsaw I, siswa menerima penjelasan potongan materi dari teman dari kelompok asal. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena bisa jadi siswa tersebut belum memahami materi.


(64)

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II a. Pengertian

Pembelajaran Jigsaw II merupakan pembelajaran yang dimulai dengan pembelajaran bab atau pokok bahasan, sehingga setiap anggota kelompok memegang materi dengan topik yang berbeda-beda. Dalam tipe Jigsaw II, semua siswa diharapkan mengetahui garis besar materi secara keseluruhan sebelum kegiatan diskusi kelompok berlangsung. Dengan memahami garis besar materi pembelajaran akan mempermudah siswa dalam memahami dan menyampaikan sub bab bagian materi yang diterimanya, serta lebih mudah dalam menangkap sub bagian materi yang disampaikan oleh siswa lain.

Model pembelajaran Jigsaw II merupakan model pembelajaran dengan siswa yang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang disebut kelompok asal. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama, bertemu dalam kelompok-kelompok yang disebut kelompok ahli. Dari situ kelompok ahli mendiskusikan tentang sub bab yang sama yang kemudian akan kembali lagi ke kelompok asal untuk membahas materi secara keseluruhan.


(65)

b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Menurut Sugiyanto (2010), langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran tipe Jigsaw II adalah:

1) Guru membagi kelas kedalam beberapa kelompok. Setiap kelompok memiliki anggota 3-5 orang dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda. Kelompok tersebut diberi nama sebagai kelompok Jigsaw atau kelompok asal. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas materi yang diberikan dengan mempelajari semua materi terlebih dahulu.

2) Setiap anggota kelompok diberikan materi berbeda yang terdiri dari beberapa sub bab dan nantinya akan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.

3) Anggota dari kelompok lain yang akan mempelajari sub bab yang sama, bertemu dalam kelompok-kelompok yang disebut kelompok ahli.

4) Pada kelompok ahli, siswa mendiskusikan tentang sub bab yang sama. Setelah didiskusikan dalam waktu tertentu, setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal. 5) Setiap anggota kelompok asal bertugas menjelaskan

tentang materi yang tadi telah dibahas di kelompok ahli. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, kelompok akan dikenai tagihan berupa presentasi di depan kelas


(66)

untuk pemantapan materi bersama guru, serta siswa diuji secara individu melalui kuis.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw II menurut Sugiyanto (2010).

c. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Menurut Ibrahim (2000), kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II antara lain:

1) Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.

2) Dapat meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan rasa percaya diri dan hubungan interpersonal yang positif. 3) Siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat karena

siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing kelompok. 4) Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena

dipelajari lebih dalam dan sederhana dengan anggota kelompoknya.

5) Siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut kepada teman kelompok belajarnya.

6) Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok .


(67)

7) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif

d.Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Menurut Ratumanan (2002), kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II antara lain:

1) Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan sulit dalam menyampaikan materi pada teman.

2) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.

3) Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.

4) Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.

5) Jika tidak didukung dengan kondisi kelas yang luas metode sulit dijalankan mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan berganti kelompok.

6) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang


(68)

sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

6. Motivasi Belajar Siswa

a. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2001:71), motivasi berasal dari

kata “motif” yang diartikan sebagai daya penggerak yang

telah menjadi aktif. Pendapat lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan (Soeharto dkk, 2003 : 110). Menurut (Made Wena, 2009:33), motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a.1. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri individu. Dalam proses belajar mengajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatan yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya.

a.2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh dari luar. Motivasi


(69)

ekstrinsik bukan merupakan keinginan yang sebenarnya yang ada di dalam diri siswa untuk belajar. Tujuan individu melakukan kegiatan adalah mencapai tujuan yang terletak diluar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak terlibat di dalam aktivitas belajar.

Dari pemaparan diatas disimpulkan bahwa motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Motivasi belajar seorang siswa sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas, karena motivasi dapat menumbuhkan semangat dan arahan dalam mencapai tujuan yang dikehendaki siswa.

b. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi, sebab hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Oleh karena itu, menurut Sadiman (2008:85) ada empat fungsi motivasi yaitu:

1. Mendorong seseorang untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi


(70)

dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.

4. Pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dengan kata lain dengan adanya usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar akan mendapatkan prestasi yang baik.

Sedangkan menurut Nanang dan Cucu (2009: 26), fungsi motivasi adalah alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik, mempengaruhi prestasi belajar belajar peserta didik, memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, dan alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih bermakna.

c. Aspek-aspek Motivasi Belajar

Pada penelitian ini motivasi siswa dapat dilihat dari aktivitas dari aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Menurut Sardiman (2008) aspek-aspek yang menunjukkan karakteristik tingkah laku siswa yang termotivasi antara lain:


(71)

1. Minat

Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu, kecenderungan ini berasal dari rasa tertarik dan perasaan senang yang menetap, sehingga mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu terhadap suatu obyek (Muhibbin Syah,2008:151). 2. Perhatian

Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu obyek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar (Sardiman, 2008:45).

3. Konsentrasi

Konsentrasi belajar adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan pada suatu obyek yang dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan obyek yang dipelajari. Pemusatan dalam hal inilah merupakan aktivitas berfikir dan tindakan untuk memberi tanggapan yang lebih intensif terhadap fokus atau obyek tertentu (Hendra,2011:111). 4. Ketekunan

Ketekunan dalam belajar berarti kesungguhan siswa dalam belajar, ciri-ciri siswa yang termotivasi


(72)

belajar yaitu tekun dan ulet dalam menghadapi tugas, dalam hal ini bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai (Sardiman:2008:83).

5. Keantusiasan

Keantusiasan siswa dalam belajar dapat dilihat dari semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran, memberikan tanggapan pada setiap pertanyaan maupun penjelasan dari guru dan teman dengan semangat yang tinggi (KBBI, 1988:44).

6. Keterlibatan

Keterlibatan siswa dalam belajar merupakan aktivitas dan keikutsertaan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang meliputi diskusi, memberikan pendapat, gagasan atau ide (Dewi, 2012:37).

7. Rasa ingin tahu

Dalam motivasi terdapat hal yang mendorong siswa untuk belajar yaitu rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas (Arden, 2008:46). 8. Berusaha mencoba dan aktif mengatasi tantangan

Pada karakteristik motivasi ini berusaha mencoba terlihat dari rasa senang siswa dalam mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Sedangkan aktif


(73)

mengatasi tantangan ditunjukkan dengan keuletan siswa dalam menghadapi kesulitan dan tidak lekas putus asa (Sardiman, 2008:83).

7. Prestasi Belajar

Definisi prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam

belajar pada bidang pendidikan ditentukan oleh “prestasi belajar”

-nya selama jenjang waktu tertentu.

Hasil proses belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran yang khas yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran akan disebut prestasi belajarapabila hasil proses belajar tersebut merupakan kemampuan yang sungguh-sungguh actual yang diperoleh sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran (Marsidjo, 1995).

Menurut Dimyati Mahmud (1989) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa mencakup: “faktor internal dan faktor eksternal” sebagai berikut:


(74)

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, yang terdiri dari N.Ach (Need For achievement) yaitu kebutuhan atau dorongan atau motif untuk berprestasi.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri pelajar.Hal ini dapat berupa sarana prasarana, situasi lingkungan baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Menurut pendapat Rooijakers yang diterjemahkan oleh Soerono (1982), mengatakan bahwa “Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor yang berasal dari si pelajar (siswa), faktor yang berasal dari si pengajar (guru). Faktor yang berasal dari siswa meliputi motivasi, perhatian pada pelajaran yang berlangsung, tingkat penerimaan dan pengingatan bahan, kemampuan menerapkan apa yang dipelajari, kemampuan memproduksi dan kemampuan menggeneralisasi. Faktor yang berasal dari guru meliputi kemampuan membangun hubungan dengan siswa, kemampuan menggerakkan minat belajar, kemampuan memberikan penjelasan, kemampuan menyebutkan pokok-pokok masalah yang diajarkan, kemampuan mengarahkan perhatian pada pelajaran yang


(75)

sedang berlangsung, kemampuan memberikan tanggapan terhadap reaksi.

Dari paparan diatas, dapat disimpulkan prestasi belajar merupakan hasil usaha yang diperoleh siswa setelah melalui beberapa proses belajar untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya. Dengan belajar seorang siswa dapat melakukan perubahan terhadap dirinya berupa penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai hasil dari proses belajar.

8. Prestasi Belajar Matematika

Berdasarkan dari definisi prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka prestasi belajar Matematika dapat diartikan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran Matematika, hasilnya dapat ditunujukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru maupun tes yang telah distandardisasikan (UN).

Menurut Arikunto (2001), agar diperoleh prestasi belajar matematika yang memuaskan diperlukan sejumlah prasyarat antara lain :

1. Kemampuan keruangan

2. Kemampuan menghitung (numerik)


(76)

4. Kemampuan menarik kesimpulan dari beberapa pernyataan 5. Kemampuan mengadakan generalisasi

Apabila proses belajar Matematika itu baik, maka siswa akan mudah mempelajari dan memahaminya, kemudian diharapkan prestasi prestasi belajar siswa akan baik pula. Dengan demikian siswa akan lebih mudah untuk menerapkan ilmu yang diperolehnya dalam menyelesaikan soal-soal Matematika maupun persoalan lain dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan matematika.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan prestasi belajar matematika merupakan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran Matematika, hasilnya dapat ditunujukkan dengan nilai tes. 9. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kauchak (dalam Kartika Budi, 2001:48) menyatakan pembelajaran yang efektif merupakan kesatuan dari keterampilan, perasaan, penguasaan materi, dan pemahaman arti belajar yang bermuara pada satu perilaku, yaitu kemampuan membangun dan mengembangkan proses belajar siswa secara optimal. Sedangkan efektivitas menurut Peterson ( dalam kartika Budi, 2001:48) menekankan efektivitas pada hasil, yaitu banyaknya yang dapat dicapai, jangka waktu pencapaiannya, dan jangka waktu bertahannya suatu perubahan.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan antara persepsi dan motivasi belajar fisika dengan hasil belajar fisika pokok bahasan energi siswa kelas 1 cawu III SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2001/2002

0 4 69

Hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa di SMK dua Mei Ciputat

0 15 86

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 28

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 25

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 29

Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar siswa melalui pokok bahasan pesawat sederhana di SMP Negeri-4 kelas VIII semester II Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 185

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok tekanan kelas VIII semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 12

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok tekanan kelas VIII semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 21

Perbandingan aktivitas dan hasil belajar siswa antara model kooperatif tipe Jigsaw dan tipe Stad pada pokok bahasan usaha dan energi di SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 89