Tabel 47. Peramalan Dampak Penghapusan Tarif Impor Gula terhadap Permintaan dan Penawaran Gula Indonesia
No. Variabel Endogen
Satuan Nilai Dasar
Perubahan BA
AA BA
AA
1. Areal perkebunan besar negara Ha
88 470.1 91 075
-0.103 -0.107
2. Areal perkebunan besar swasta Ha
126 693 147 670
-0.005 -0.003
3. Areal perkebunan rakyat Ha
238 617 234 361
-0.029 -0.033
4. Produktivitas hablur negara TonHa
4.3578 4.6109
-0.158 -0.152
5. Produktivitas hablur swasta TonHa
6.9627 7.6122
-0.003 -0.001
6. Produktivitas hablur rakyat TonHa
4.8519 4.1861
-0.031 -0.031
7. Produksi GKP negara Ton
386 788 421 185
-0.261 -0.260
8. Produksi GKP swasta Ton
885 552 1 128 436
-0.008 -0.005
9. Produksi GKP rakyat Ton
1 161 700 985 199
-0.059 -0.065
10. Produksi GKP Indonesia Ton
2 434 040 2 534 821
-0.073 -0.071
11. Produksi gula Indonesia Ton
4 332 967 4 209 037
-0.041 -0.043
12. Permintaan gula rumah tangga Ton
2 637 506 2 918 284
0.098 0.094
13. Permintaan gula industri Ton
2 763 026 2 954 823
0.006 0.008
14. Permintaan gula Indonesia Ton
5 400 532 5 873 107
0.051 0.051
15. Penawaran gula Indonesia Ton
6 801 666 6 762 361 4.074
4.891 16. Harga riil gula tingkat petani
RpKg 5 402.4
5 663.1 -0.165
-0.162 17. Harga riil gula pedagang besar
RpKg 5 632.5
5 875 -0.160
-0.157 18. Harga riil gula eceran
RpKg 5 967.1
6 179.7 -0.164
-0.159 19. Harga riil impor gula Indonesia RpKg
4 805.8 5 156
0.930 1.175
20. Impor gula dari Thailand Ton
707 776 925 994
28.965 26.440
21. Impor gula dari China Ton
10 195.2 26 056.9
724.593 336.675 22. Impor gula Indonesia
Ton 1 746 257
2 123 894 15.970
15.658 23. Ekspor gula Brazil
Ton 25 155 099 2 698 8620
0.082 0.102
24. Ekspor gula Thailand Ton
3 492 231 3 872 515
0.161 0.191
25. Impor gula India Ton
1 930 761 2 449 443
-1.002 -1.040
26. Impor gula Amerika Serikat Ton
1 990 763 1 806 342
-0.018 -0.017
27. Impor gula China Ton
2 632 508 2 385 513
-0.267 -0.484
28. Harga riil gula dunia USTon
407.3 407.3
1.940 2.529
29. Ekspor gula dunia Ton
53 615 282 56 434 941 0.049
0.062 30. Impor gula dunia
Ton 50 011 773 52 633 659
0.504 0.561
Keterangan : BA = Periode 2011
– 2014 AA
= Periode 2015 – 2020
Sumber : Data diolah, 2012
Penurunan harga gula eceran akan ditransimikan pada harga gula tingkat pedagang besar sehingga akan menurunkan harga gula tingkat pedagang besar
sebesar 0.160 persen 2011-2014 dan 0.157 persen 2015-2020. Penurunan harga gula tingkat pedagang besar ini akan menyebabkan permintaan gula industri
mengalami peningkatan sebesar 0.006 persen 2011-2014 dan 0.008 persen 2015-2020. Peningkatan permintaan gula rumah tangga dan industri akan
meningkatkan permintaan gula Indonesia sebesar 0.051 persen baik pada periode 2011-2014 maupun 2015-2020. Penurunan harga gula tingkat pedagang besar
selanjutnya juga akan menurunkan harga tingkat petani sebesar 0.160 persen 2011-2014 dan 0.157 persen 2015-2020. Penurunan harga gula tingkat petani
dan harga gula tingkat pedagang besar ini merupakan disinsentif bagi pengusaha perkebunan baik negara, swasta maupun rakyat yang akan direspon dengan
menurunkan luas areal perkebunan dan produktivitas gula hablur sehingga produksi gula mengalami penurunan 0.041 persen 2011-2014 dan 0.043 persen
2015-2020. Penurunan produksi gula Indonesia ternyata juga tidak membuat penawaran gula Indonesia meningkat. Hal ini semakin memperkuat adanya
dominansi gula impor yang membanjiri penawaran gula Indonesia.
8.1.1.6. Penurunan Tarif Impor Gula
Simulasi ini dilakukan sesuai dengan kesepakatan perjanjian perdagangan ACFTA dimana pemerintah masih dapat mendapatkan pilihan untuk melindungi
komodistas yang dimasukkan dalam kategori produk High Sensitive List HSL dengan penurunan tarif 0-50 persen mulai 1 Januari 2015. Skenario kebijakan
penurunan tarif yang dilakukan pada penelitian ini adalah penurunan tarif 10 persen, 30 persen dan 50 persen untuk melihat kombinasi peramalan dampak
penurunan tarif yang terbaik untuk diterapkan baik sebelum periode liberalisasi perdagangan gula ACFTA maupun pada era liberalisasi perdagangan gula
ACFTA. Adapun dampak peramalan berbagai kombinasi penurunan tarif impor tersebut dapat dilihat pada Tabel 48.
Penurunan tarif 10 persen akan berdampak langsung pada peningkatan impor gula Indonesia sebesar 1.597 persen pada periode 2011-2014 dan 1.566
persen pada periode 2015-2020. Peningkatan impor gula Indonesia paling besar berasal dari China. Impor gula China meningkat 72.460 persen pada periode
2011-2014 dan 33.668 persen pada periode 2015-2020. Hal ini menunjukkan bahwa China sangat responsif terhadap perubahan tarif impor. Namun, secara
jumlah peningkatan impor gula paling besar tetap berasal dari Thailand.
Peningkatan impor gula Indonesia ini menyebabkan impor gula dunia mengalami peningkatan yang selanjutnya akan meningkatkan harga gula dunia. Peningkatan
harga gula dunia ini kemudian akan meningkatkan harga impor gula Indonesia. Peningkatan impor gula Indonesia juga akan menyebabkan penawaran
gula Indonesia meningkat 0.407 persen 2011-2014 dan 0.489 persen 2015- 2020. Peningkatan penawaran gula Indonesia akan menurunkan harga gula
eceran sebesar 0.017 persen 2011-2014 dan sebesar 0.015 persen 2015-2020 sehingga permintaan gula rumah tangga akan meningkat sebesar 0.010 persen
2011-2014 dan 0.009 persen 2015-2020. Penurunan harga gula eceran ini akan ditransmisikan pada harga gula tingkat pedagang besar yang juga akan menurun
sebesar 0.016 persen 2011-2014 dan 0.015 persen 2015-2020. Penurunan harga gula tingkat pedagang besar akan meningkatkan permintaan gula industri
sebesar 0.001 persen baik pada periode 2011-2014 maupun pada periode 2015- 2020. Peningkatan permintaan gula rumah tangga dan industri akan meningkatkan
permintaan gula Indonesia sebesar 0.005 persen baik pada periode 2011-2014 maupun pada periode 2015-2020.
Penurunan harga gula tingkat pedagang besar juga akan menurunkan harga gula tingkat petani sebesar 0.017 persen 2011-2014 dan 0.018 persen 2015-
2020. Penurunan harga gula tingkat petani dan harga gula tingkat pedagang besar merupakan disinsentif bagi petani perkebunan rakyat dan pengusaha perkebunan
besar negara dan swasta dalam membudidayakan tebu. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan produksi gula sebesar 0.004 persen baik pada periode 2011-2014
maupun pada periode 2015-2020 yang merupakan dampak dari penurunan luas areal perkebunan dan produktivitas gula hablur baik pada perkebunan besar
negara, swasta maupun rakyat. Simulasi penurunan tarif impor gula sebesar 30 persen juga memberikan
pengaruh yang lebih besar daripada kebijakan penurunan tarif 10 persen. Pada kebijakan ini, volume impor gula Indonesia meningkat lebih besar yaitu sebesar
4.791 persen pada periode 2011-2014 dan sebesar 4.697 persen pada periode 2015- 2020. Semakin rendahnya tarif impor gula Indonesia akan semakin meningkatkan
impor gula, terutama impor gula yang berasal dari China. Impor gula China meningkat hingga 217.378 persen pada periode 2011-2014 dan 101.003 persen pada
periode 2015-2020. Namun dilihat dari volumenya, impor gula Thailand masih lebih tinggi. Peningkatan volume impor gula ini kemudian akan menyebabkan
meningkatnya volume impor gula dunia sehingga harga gula dunia akan mengalami peningkatan sebesar 0.589 persen pada periode 2011-2014 dan 0.761 persen pada
periode 2015-2020. Selanjutnya, peningkatan harga gula dunia ini akan ditransmisikan pada
harga impor gula Indonesia yang juga mengalami peningkatan. Harga impor gula Indonesia meningkat sebesar 0.279 persen pada periode 2011-2014 dan 0.353
persen pada periode 2015-2020. Selain itu, peningkatan impor gula Indonesia juga akan menyebabkan penawaran gula Indonesia meningkat lebih tinggi dari
penerapan kebijakan penurunan tarif impor gula 30 persen, yaitu sebesar 1.222 persen 2011-2014 dan 1.467 persen 2015-2020. Peningkatan penawaran gula
Indonesia akan menurunkan harga gula eceran sebesar 0.050 persen pada periode 2011-2014 dan sebesar 0.049 persen pada periode 2015-2020 sehingga
permintaan gula rumah tangga akan mengalami peningkatan sebesar 0.029 persen 2011-2014 dan 0.028 persen 2015-2020.
Penurunan harga gula eceran ini akan ditransmisikan pada harga gula tingkat pedagang besar yang juga akan menurun sebesar 0.048 persen baik pada
periode 2011-2014 maupun pada periode 2015-2020. Penurunan harga gula tingkat pedagang besar akan meningkatkan permintaan gula industri sebesar 0.002
persen baik pada periode 2011-2014 maupun pada periode 2015-2020. Peningkatan permintaan gula rumah tangga dan industri akan meningkatkan
permintaan gula Indonesia sebesar 0.015 persen juga pada kedua periode. Penurunan harga gula tingkat pedagang besar juga akan menurunkan harga
gula tingkat petani sebesar 1.222 persen 2011-2014 dan 1.467 persen 2015- 2020. Penurunan harga gula tingkat petani dan harga gula tingkat pedagang besar
merupakan disinsentif bagi petani perkebunan rakyat dan pengusaha perkebunan besar negara dan swasta dalam membudidayakan tebu. Hal ini ditunjukkan dengan
penurunan produksi gula sebesar 0.012 persen pada periode 2011-2014 dan 0.013 persen pada periode 2015-2020 yang merupakan dampak dari penurunan luas
areal perkebunan dan produktivitas gula hablur baik pada perkebunan besar negara, swasta maupun rakyat.