Metode Estimasi Model Prosedur Analisis 1. Identifikasi Model
biaya tanam, biaya tebang, biaya angkut, dan kenaikan harga bahan bakar minyak BBM bukan 14.7 persen seperti survei yang dilakukan oleh tim
independen. Dengan HPP yang ada dan memperhitungkan 10 persen besarnya keuntungan bagi petani dirasa terlalu kecil bagi petani sebab petani
membutuhkan waktu satu tahun untuk mendapatkan keuntungan 10 persen. 2.
Penguatan kembali peran BULOG Melalui Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 25 Tahun
1998, pemerintah telah menghapuskan peranan BULOG sebagai pengendali tunggal tata niaga gula di Indonesia. Penghapusan intervensi gula oleh BULOG
ini juga berarti bahwa stok gula yang ada pada BULOG setelah kebijakan tersebut adalah nol atau tidak ada lagi. Namun kemudian pemerintah
menyadari bahwa selama ini ketika produksi gula di dalam negeri tidak ada karena musim giling sudah selesai, pedagang sering kali memainkan harga gula
di tingkat konsumen. Sementara pemerintah juga tidak dapat menstabilkan harga gula, karena tidak adanya stok gula. Oleh karena itu, muncul wacana dari
Panitia Kerja swasembada gula DPR untuk mengembalikan peran BULOG sebagai buffer stock pengendalikan harga komoditas strategis ini. Wacana
peningkatan kembali peran BULOG sebagai lembaga buffer stock disimulasikan dengan peningkatan stok gula sebesar 20 persen.
3. Peningkatan luas areal perkebunan tebu 30 persen
Peningkatan luas areal perkebunan tebu ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai swasembada gula yang telah dirumuskan melalui
Program Revitalisasi Industri Gula Nasional. Dalam program tersebut pemerintah berharap dapat membuka areal perkebunan baru untuk
pertanaman tebu sebesar 350 ribu hektar atau meningkat sekitar 30 persen, baik yang diupayakan oleh pihak pemerintah maupun swasta.
4. Swasembada absolut gula di Indonesia
Simulasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kesiapan industri gula Indonesia dalam permintaan dan penawarannya apabila pemerintah menutup kran
impor. Hal ini sejalan dengan salah satu varian dari konsep swasembada pangan dengan pemenuhan kebutuhan pangan seluruhnya oleh produksi
dalam negeri tanpa adanya impor gula.
5. Penghapusan tarif impor gula di Indonesia
Sejak tanggal 1 Januari 2010 perjanjian antara China dan Indonesia efektif berlaku. Sesuai dengan skema kesepakatan ACFTA dimana komoditas gula
yang dimasukkan kategori HSL akan mengalami penghapusan atau penurunan tarif pada 1 Januari 2015. Untuk melihat performansi industri gula
di Indonesia terkait dengan impor gula, maka dilakukan simulasi penghapusan tarif yang artinya tarif impor gula sebesar nol.
6. Penurunan Tarif Impor Gula
Simulasi ini dimaksudkan untuk melihat alternatif penurunan tarif impor gula terbaik yang masih dapat diterapkan dalam era liberalisasi perdagangan gula
ACFTA pada komoditas yang masuk dalam kategori HSL. Karena batas penurunan tarif yang diperbolehkan dalam perjanjian tersebut adalah antara 0
sampai 50 persen, maka simulasi kebijakan penurunan tarif impor yang dilakukan antara lain penurunan tarif 10 persen, 30 persen, dan 50 persen.
Skenario Tunggal Simulasi Perubahan Faktor Eksternal
Simulasi perubahan faktor eksternal dalam penelitian ini meliputi : 1 peningkatan produksi gula China sebesar 20 persen dan 2 peningkatan produksi
gula Thailand dan Brazil sebesar 20 persen. Pertimbangan memasukkan China didasarkan pada proyeksi adanya peningkatan produksi gula negara ini akibat
peningkatan efisiensi pabrik gula yang mampu menghasilkan gula lebih banyak, sedangkan pertimbangan memasukkan Brazil dan Thailand sehubungan dengan
terus menurunnya harga gula dunia menyusul keberhasilan panen kedua negara yang notabene menjadi eksportir gula terbesar di dunia. Besarnya perubahan
sebesar 20 persen tersebut semata-mata hanya berdasarkan kecenderungan adanya peningkatan volume produksi dari negara bersangkutan mendekati 20 persen.
Skenario Simulasi Kombinasi Kebijakan Ekonomi di Sektor Pertanian
1. Kombinasi penurunan tarif impor 50 persen dan peningkatan harga gula
tingkat petani 30 persen. Skenario kebijakan kombinasi ini dilakukan untuk melihat bagaimana kebijakan peningkatan harga gula tingkat petani yang
direfleksikan dari peningkatan HPP gula dapat melindungi industri gula khususnya produsen domestik dari derasnya impor gula jika kebijakan
penurunan tarif impor harus dilakukan.
2. Penurunan tarif impor 50 persen, peningkatan harga gula petani 30 persen,
dan peningkatan luas areal 30 persen. Skenario kombinasi ini dilakukan untuk melihat bagaimana kebijakan harga gula tingkat petani dan tercapainya target
perluasan areal dalam Program Revitalisasi Industri Gula Nasional mampu melindungi industri gula dari serbuan gula impor.
3. Kombinasi peningkatan produksi gula China 20 persen, penurunan tarif impor
30 persen, peningkatan harga gula tingkat petani 30 persen, dan peningkatan stok gula 20 persen. Simulasi ini dilakukan untuk melihat efektivitas dari
kebijakan peningkatan harga gula tingkat petani 30 persen dan peningkatan stok dalam melindungi industri gula nasional dari peningkatan produksi gula
China yang diduga akan meningkatkan ekspornya ke Indonesia serta keharusan penurunan tarif impor sesuai skema ACFTA yang menyebabkan
peningkatan impor gula Indonesia. 4.
Penurunan tarif impor 50 persen, peningkatan harga gula tingkat petani 30 persen, peningkatan luas areal 30 persen, dan peningkatan stok gula 20 persen.
Kombinasi simulasi ini dilakukan untuk melihat bagaimana peningkatan luas areal, peningkatan stok gula, dan peningkatan harga gula tingkat petani mampu
melindungi industri gula nasional dan kesejahteraan masyarakat.