Simulasi Kombinasi Tarif Impor, Harga Gula Tingkat Petani,

meningkatkan produktivitas gula hablur menyebabkan produksi gula Indonesia meningkat sebesar 25.348 persen 2011-2014 dan 28.987 persen 2015-2020. Peningkatan produksi gula akan menurunkan impor gula Indonesia. Namun, impor gula Indonesia dari China tidak mengalami penurunan sehingga impor gula Indonesia secara keseluruhan menurun pada periode 2011-2014 sebesar 0.900 persen dan masih meningkatkan sebesar 0.234 persen 2015-2020 karena peningkatan impor gula dari China yang lebih besar. Penurunan impor gula Indonesia pada periode 2011-2014 akan menurunkan impor gula dunia sebesar 0.028 persen, sedangkan pada periode 2011-2015 peningkatan impor gula Indonesia yang lebih besar dari penurunan impor gula China 0.006 persen membuat impor gula dunia masih mengalami peningkatan sebesar 0.008 persen. Penurunan impor gula dunia pada periode 2011-2014 akan menurunkan harga gula dunia sebesar 0.098 persen, sedangkan peningkatan impor gula dunia pada periode 2015-2020 akan meningkatkan harga gula dunia sebesar 0.025 persen. Penurunan harga gula dunia akan ditransmisikan pada harga impor gula Indonesia. ada periode 2011-2014 mengalami penurunan sebesar 0.054 persen dan peningkatan harga gula dunia akan menyebabkan peningkatan harga impor gula Indonesia pada periode 2015-2020 sebesar 0.017 persen. Penurunan harga impor gula pada periode 2011-2014 ini akan ditransmisikan pada harga gula eceran yang akan menurun 1.554 persen, sedangkan penurunan harga impor gula pada periode 2015-2020 tidak akan menurunkan harga eceran gula. Hal ini disebabkan kebijakan peningkatan luas areal yang meningkatkan produksi dan menurunkan impor gula serta diikuti dengan peningkatan stok gula sebesar 20 persen akan meningkatkan penawaran gula Indonesia pada periode 2015-2020 sebesar 19.386 persen. Penawaran gula Indonesia yang juga mengalami peningkatan ini menyebabkan harga gula eceran turun sebesar 1.579 persen. Penurunan harga gula eceran ini akan meningkatkan permintaan gula rumah tangga sebesar 0.894 persen 2011-2014 dan 0.899 persen 2015-2020. Penurunan harga gula eceran lebih lanjut akan menurunkan harga gula tingkat pedagang besar sebesar 1.520 persen 2011-2014 dan 1.540 persen 2015-2020. Harga gula tingkat pedagang besar yang menurun ini akan meningkatkan permintaan gula industri sebesar 0.048 persen 2011-2014 dan 0.068 persen 2015-2020. Secara keseluruhan peningkatan permintaan gula Indonesia adalah sebesar 0.461 persen 2011-2014 dan 0.481 persen 2015-2020 seiring dengan peningkatan permintaan gula rumah tangga dan industri. Karena harga gula tingkat petani telah dilindungi oleh kebijakan peningkatan sebesar 30 persen, maka harga gula petani tidak akan terimbas dampak penurunan harga gula dunia.

8.2. Peramalan Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Pertanian dan

Perubahan Faktor Eksternal terhadap Kesejahteraan Pelaku Ekonomi Gula Indonesia

8.2.1. Peramalan Dampak Simulasi Tunggal Kebijakan Ekonomi di Sektor

Pertanian Tabel 55 merupakan kompilasi dari peramalan dampak kebijakan ekonomi di sektor pertanian terhadap kesejahteraan pelaku ekonomi gula Indonesia sebelum periode 2011-2014 dan 2015-2020. Adapun kebijakan ekonomi di sektor pertanian terdiri dari simulasi 1 peningkatan harga gula tingkat petani 30 persen, 2 penguatan peran BULOG stok gula meningkat 20 persen, 3 peningkatan luas areal perkebunan 30 persen dan 4 swasembada absolut gula atau impor gula sama dengan nol. Pada simulasi 7 S7 peningkatan harga gula tingkat petani sebesar 30 persen berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa skenario kebijakan tersebut mampu memberikan dampak peningkatan surplus produsen gula yang paling besar diantara skenario kebijakan tunggal yang lain, baik apabila diterapkan sebelum periode liberalisasi perdagangan gula ACFTA maupun pada periode liberalisasi perdagangan gula ACFTA. Surplus produsen meningkat sebesar Rp 2.191 triliun pada periode 2011-2014 dan sebesar Rp 1.765 triliun pada periode 2015-2020. Peningkatan tersebut disumbangkan oleh peningkatan surplus produsen pada perkebunan rakyat yang meningkat sebesar Rp 2.201 triliun 2011-2014 dan Rp 1.777 triliun 2015-2020. Peningkatan surplus produsen perkebunan rakyat ini dikarenakan kebijakan peningkatan harga gula tingkat petani 30 persen akan menyebabkan peningkatan produksi gula kristal putih petani perkebunan rakyat sebesar 11.296 persen 2011-2014 dan 12.417 persen 2015-2020. Namun, pada skenario kebijakan ini terjadi trade off dimana perkebunan besar negara dan swasta mengalami penurunan surplus produsen. Perkebunan besar negara menurun sebesar Rp 3.25 miliar 2011-2014 dan Rp 3.37 miliar 2015-2020 sedangkan perkebunan besar swasta menurun sebesar Rp 7.44 miliar pada 2011-2014 dan Rp 9.03 miliar pada 2015-2020. Penurunan ini disebabkan adanya penurunan harga gula tingkat pedagang besar sebesar 0.149 persen 2011-2014 dan 0.136 persen 2015-2020 yang menyebabkan produksi perkebunan besar negara dan swasta mengalami penurunan. Ditinjau dari sisi konsumen, karena harga gula eceran mengalami penurunan sebesar 0.154 persen 2011-2014 dan 0.139 persen 2015-2020 maka permintaan gula rumah tangga mengalami peningkatan sebesar 0.086 persen 2011-2014 dan 0.078 persen 2015-2020 sehingga konsumen memperoleh tambahan surplus dengan adanya kebijakan ini. Surplus konsumen rumah tangga meningkat lebih tinggi pada periode 2015-2020 yaitu sebesar Rp 24.28 miliar, sedangkan pada periode 2011-2014 sebesar Rp 25.11 miliar. Harga gula tingkat pedagang besar yang menurun menyebabkan permintaan gula industri meningkat sebesar 0.004 persen 2011-2014 dan 0.005 persen 2015-2020 sehingga surplus konsumen gula industri meningkat lebih tinggi daripada surplus konsumen rumah tangga yaitu sebesar Rp 23.21 miliar dan Rp 23.64 miliar. Secara keseluruhan surplus konsumen gula Indonesia mengalami peningkatan sebesar Rp 47.49 miliar pada 2011-2014 dan Rp 48.75 miliar pada 2015-2020. Penurunan impor yang terjadi akibat kebijakan ini juga menyebabkan penerimaan pemerintah dari tarif impor dan devisa impor mengalami penurunan. Penerimaan tarif pada periode 2011-2014 menurun Rp 24.05 miliar dan pada periode 2015-2020 menurun Rp 30.02 miliar. Demikian pula dengan devisa impor negara juga menurun Rp 80.23 miliar pada periode 2011-2014 dan Rp 81.20 miliar pada periode 2015-2020. Namun demikian, dengan adanya redistribusi pendapatan secara keseluruhan kesejahteraan masyarakat mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp 2.214 triliun 2011-2014 dan Rp 1.784 triliun 2015-2020. Pada simulasi 8 S8 peningkatan stok gula 20 persen yang merepresentasikan penguatan peran BULOG akan akan menyebabkan penurunan surplus produsen sebesar Rp 22.26 miliar 2011-2014 dan Rp 14.04 miliar 2015- 2020. Seluruh produsen mengalami penurunan surplus yang terjadi akibat