VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA
DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA
6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model
Model ekonometrika perdagangan gula Indonesia dalam penelitian ini merupakan model simultan yang dinamis dan dibangun dari 30 persamaan yang
terdiri dari 20 persamaan struktural dan 10 persamaan identitas. Model tersebut sudah melalui beberapa tahapan respesifikasi model. Data yang digunakan adalah
deret waktu time series dengan periode pengamatan tahun 1981 sampai dengan tahun 2010.
Berdasarkan kriteria ekonomi, semua variabel penjelas telah menunjukkan tanda parameter estimasi yang sesuai dengan harapan hipotesis. Berdasarkan
kriteria statistik, nilai koefisien determinasi R
2
secara umum cukup tinggi. Sebagian besar 83.33 persen persamaan struktural mempunyai nilai R
2
diatas 50 persen. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 83.33 persen variabel penjelas yang
mampu menjelaskan dengan baik lebih dari 50 persen perilaku variabel endogen. Kemudian apabila dilihat dari nilai peluang uji F-statistik, sebesar 86.67 persen
persamaan memiliki nilai peluang uji F-statistik yang lebih kecil dari taraf α = 0.05.
Pengujian asumsi klasik autokorelasi yang menggunakan uji statistik durbin watson
d
w
diperoleh nilai d
w
berkisar antara 1.440 sampai 2.366 sedangkan yang menggunakan uji statistik durbin-h d
h
diperoleh kisaran nilai -2.448 sampai 2.829. Dari hasil tersebut diperoleh 11 persamaan yang mengalami
masalah serial korelasi, 7 persamaan yang tidak terdeteksi serial korelasinya dan 2 persamaan yang mengalami masalah serial korelasi. Terlepas dari ada tidaknya
masalah serial korelasi yang serius, Pindyck dan Rubinfield 1998 menjelaskan bahwa masalah serial korelasi hanya mengurangi efisiensi estimasi parameter dan
serial korelasi tidak menimbulkan bias regresi. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut dan mempertimbangkan model yang cukup besar serta periode
pengamatan yang cukup panjang, maka hasil estimasi model cukup representatif menangkap fenomena ekonomi dari industri gula di pasar domestik maupun pasar
dunia.
6.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran dan Permintaan Gula
di Pasar Domestik dan Dunia 6.2.1.
Areal Perkebunan Tebu Indonesia
Persamaan luas areal perkebunan di Indonesia didisagregasi menjadi 3 persamaan berdasarkan status pengusahaan perkebunan, yaitu : 1 luas areal
perkebunan besar negara, 2 luas areal perkebunan besar swasta, dan 3 luas areal perkebunan rakyat. Luas areal perkebunan besar negara berhubungan positif
dengan harga gula tingkat pedagang besar, sedangkan jumlah pabrik gula, tren waktu, dan luas areal perkebunan besar negara t-1. harga riil gabah dan suku
bunga BI riil berhubungan negatif dengan luas areal perkebunan besar negara di Indonesia. Hasil estimasi pada Tabel 17 menunjukkan bahwa luas areal pada
perkebunan besar negara dipengaruhi secara nyata oleh jumlah pabrik gula dan luas areal perkebunan besar negara tahun t-1
Tabel 17. Hasil Estimasi Persamaan Luas Areal Perkebunan Besar Negara APTN
Variabel Parameter
Estimate Elastisitas
Prob |T| Variabel Label
SR LR
Intercept -58 507.800 0.2182 Intercept
HRGPB 7.019
0.410 0.676
0.1540 Harga riil gula pedagang besar HRGB
-8.931 -0.216
-0.356 0.2310 Harga riil gabah
JPG 1 401.404
1.063 1.752
0.1025 Jumlah pabrik gula LSBR
-235.054 -0.008
-0.014 0.2208 Suku bungaBI riil t-1
T 296.083
0.3051 Tren waktu LAPTN
0.393 0.0286
Luas areal perkebunan besar negara t-1
Prob|F| : 0.1338 R
2
: 0.3482 Dw : 2.0409 Dh : -
Keterangan : taraf signifikansi yang digunakan α= 0.15
Harga riil gula tingkat pedagang besar berpengaruh secara tidak nyata terhadap luas areal perkebunan besar negara. Hal ini menunjukkan bahwa
fluktuasi harga gula tidak mempengaruhi keputusan petani pada perkebunan besar negara mengenai luas areal tanamnya. Harga riil gabah juga berpengaruh secara
tidak nyata terhadap luas areal perkebunan besar negara. Perkebunan besar negara memang spesifik untuk fokus dalam membudidayakan komoditas perkebunan
seperti tebu, sehingga kenaikan harga riil gabah tidak mempengaruhi luas areal perusahaan perkebunan tebu negara untuk beralih mengusahakan tanaman padi.