Penghapusan Tarif Impor Gula

periode 2015-2020. Namun dilihat dari volumenya, impor gula Thailand masih lebih tinggi. Peningkatan volume impor gula ini kemudian akan menyebabkan meningkatnya volume impor gula dunia sehingga harga gula dunia akan mengalami peningkatan sebesar 0.589 persen pada periode 2011-2014 dan 0.761 persen pada periode 2015-2020. Selanjutnya, peningkatan harga gula dunia ini akan ditransmisikan pada harga impor gula Indonesia yang juga mengalami peningkatan. Harga impor gula Indonesia meningkat sebesar 0.279 persen pada periode 2011-2014 dan 0.353 persen pada periode 2015-2020. Selain itu, peningkatan impor gula Indonesia juga akan menyebabkan penawaran gula Indonesia meningkat lebih tinggi dari penerapan kebijakan penurunan tarif impor gula 30 persen, yaitu sebesar 1.222 persen 2011-2014 dan 1.467 persen 2015-2020. Peningkatan penawaran gula Indonesia akan menurunkan harga gula eceran sebesar 0.050 persen pada periode 2011-2014 dan sebesar 0.049 persen pada periode 2015-2020 sehingga permintaan gula rumah tangga akan mengalami peningkatan sebesar 0.029 persen 2011-2014 dan 0.028 persen 2015-2020. Penurunan harga gula eceran ini akan ditransmisikan pada harga gula tingkat pedagang besar yang juga akan menurun sebesar 0.048 persen baik pada periode 2011-2014 maupun pada periode 2015-2020. Penurunan harga gula tingkat pedagang besar akan meningkatkan permintaan gula industri sebesar 0.002 persen baik pada periode 2011-2014 maupun pada periode 2015-2020. Peningkatan permintaan gula rumah tangga dan industri akan meningkatkan permintaan gula Indonesia sebesar 0.015 persen juga pada kedua periode. Penurunan harga gula tingkat pedagang besar juga akan menurunkan harga gula tingkat petani sebesar 1.222 persen 2011-2014 dan 1.467 persen 2015- 2020. Penurunan harga gula tingkat petani dan harga gula tingkat pedagang besar merupakan disinsentif bagi petani perkebunan rakyat dan pengusaha perkebunan besar negara dan swasta dalam membudidayakan tebu. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan produksi gula sebesar 0.012 persen pada periode 2011-2014 dan 0.013 persen pada periode 2015-2020 yang merupakan dampak dari penurunan luas areal perkebunan dan produktivitas gula hablur baik pada perkebunan besar negara, swasta maupun rakyat. Tabel 48. Peramalan Dampak Penurunan Tarif Impor Gula terhadap Permintaan dan Penawaran Gula Indonesia No. Variable Endogen Satuan Nilai Dasar Perubahan Tarif Turun 10 Tarif Turun 30 Tarif Turun 50 BA AA BA AA BA AA BA AA 1. Areal perkebunan besar negara Ha 88 470.1 91 075 -0.010 -0.011 -0.031 -0.032 -0.052 -0.053 2. Areal perkebunan besar swasta Ha 126 693 147 670 -0.001 0.000 -0.002 -0.001 -0.002 -0.001 3. Areal perkebunan rakyat Ha 238 617 234 361 -0.003 -0.003 -0.009 -0.010 -0.014 -0.017 4. Produktivitas hablur negara TonHa 4.3578 4.6109 -0.016 -0.015 -0.046 -0.046 -0.078 -0.076 5. Produktivitas hablur swasta TonHa 6.9627 7.6122 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.001 -0.001 6. Produktivitas hablur rakyat TonHa 4.8519 4.1861 -0.004 -0.002 -0.010 -0.010 -0.016 -0.017 7. Produksi GKP negara Ton 386 788 421 185 -0.026 -0.026 -0.078 -0.078 -0.131 -0.130 8. Produksi GKP swasta Ton 885 552 1 128 436 -0.001 0.000 -0.002 -0.001 -0.004 -0.002 9. Produksi GKP rakyat Ton 1 161 700 985 199 -0.006 -0.006 -0.018 -0.019 -0.030 -0.032 10. Produksi GKP Indonesia Ton 2 434 040 2 534 821 -0.007 -0.007 -0.022 -0.021 -0.036 -0.035 11. Produksi gula Indonesia Ton 4 332 967 4 209 037 -0.004 -0.004 -0.012 -0.013 -0.020 -0.021 12. Permintaan gula rumah tangga Ton 2 637 506 2 918 284 0.010 0.009 0.029 0.028 0.049 0.047 13. Permintaan gula industri Ton 2 763 026 2 954 823 0.001 0.001 0.002 0.002 0.003 0.004 14. Permintaan gula Indonesia Ton 5 400 532 5 873 107 0.005 0.005 0.015 0.015 0.025 0.025 15. Penawaran gula Indonesia Ton 6 801 666 6 762 361 0.407 0.489 1.222 1.467 2.037 2.446 16. Harga riil gula tingkat petani RpKg 5 402.4 5 663.1 -0.017 -0.018 -0.050 -0.049 -0.083 -0.081 17. Harga riil gula pedagang besar RpKg 5 632.5 5 875 -0.016 -0.015 -0.048 -0.048 -0.080 -0.078 18. Harga riil gula eceran RpKg 5 967.1 6 179.7 -0.017 -0.015 -0.050 -0.047 -0.082 -0.079 19. Harga riil impor gula Indonesia RpKg 4 805.8 5 156 0.094 0.118 0.279 0.353 0.466 0.588 20. Impor gula dari Thailand Ton 707 776 925 994 2.897 2.644 8.689 7.932 14.483 13.220 21. Impor gula dari China Ton 10 195.2 26 056.9 72.460 33.668 217.378 101.003 362.297 168.339 22. Impor gula Indonesia Ton 1 746 257 2 123 894 1.597 1.566 4.791 4.697 7.985 7.829 23. Ekspor gula Brazil Ton 25 155 099 26 988 620 0.008 0.010 0.025 0.031 0.041 0.051 24. Ekspor gula Thailand Ton 3 492 231 3 872 515 0.016 0.019 0.048 0.057 0.080 0.096 25. Impor gula India Ton 1 930 761 2 449 443 -0.100 -0.104 -0.301 -0.312 -0.501 -0.520 26. Impor gula Amerika Serikat Ton 1 990 763 1 806 342 -0.002 -0.002 -0.005 -0.005 -0.009 -0.009 27. Impor gula China Ton 2 632 508 2 385 513 -0.027 -0.048 -0.080 -0.145 -0.134 -0.242 28. Harga riil gula dunia USTon 407.3 407.3 0.196 0.246 0.589 0.761 0.958 1.277 29. Ekspor gula dunia Ton 53 615 282 56 434 941 0.005 0.006 0.015 0.019 0.025 0.031 30. Impor gula dunia Ton 50 011 773 52 633 659 0.050 0.056 0.151 0.168 0.252 0.280 Keterangan : BA = Periode 2011 – 2014 AA = Periode 2015 – 2020 Sumber : Data diolah, 2012 166 Pada kebijakan penurunan tarif impor gula 50 persen memberikan pengaruh terhadap peningkatan volume impor gula yang paling tinggi diantara kebijakan penurunan tarif sebelumnya. Impor gula Indonesia meningkat sebesar 7.985 persen sebelum periode liberalisasi perdagangan gula ACFTA dan meningkat sebesar 7.829 persen pada periode liberalisasi perdagangan gula ACFTA. Peningkatan volume impor gula yang cukup tinggi ini akan meningkatkan volume impor gula dunia yang juga lebih tinggi dibandingkan pada kebijakan sebelumnya. Selanjutnya, mengingat Indonesia merupakan negara besar pada perdagangan gula maka peningkatan volume impor gula dunia juga akan turut menyebabkan peningkatan harga gula dunia. Meningkatnya harga gula dunia akan meningkatkan harga impor gula Indonesia. Peningkatan harga impor gula ini seharusnya juga akan menyebabkan harga eceran gula Indonesia mengalami peningkatan. Namun hal ini tidak terjadi, dikarenakan peningkatan volume impor gula Indonesia juga akan meningkatkan penawaran gula Indonesia sebesar 2.037 persen 2011-2014 dan 2.446 persen 2015-2020. Peningkatan penawaran gula Indonesia akan menurunkan harga gula eceran sebesar 0.082 persen pada periode 2011-2014 dan sebesar 0,079 persen pada periode 2015-2020 sehingga permintaan gula rumah tangga akan mengalami peningkatan sebesar 0.049 persen 2011-2014 dan 0.047 persen 2015-2020. Penurunan harga gula eceran ini akan ditransmisikan pada harga gula tingkat pedagang besar yang juga akan menurun sebesar 0.080 persen 2011-2014 dan 0.078 persen 2015-2020. Penurunan harga gula tingkat pedagang besar akan meningkatkan permintaan gula industri sebesar 0.003 persen 2011-2014 dan 0.004 persen 2015-2020. Peningkatan permintaan gula rumah tangga dan industri akan meningkatkan permintaan gula Indonesia sebesar 0.025 persen baik pada periode 2011-2014 maupun pada periode 2015-2020. Penurunan harga gula tingkat pedagang besar juga akan menurunkan harga gula tingkat petani sebesar 0.083 persen 2011-2014 dan 0.081 persen 2015- 2020. Penurunan harga gula tingkat petani dan harga gula tingkat pedagang besar merupakan disinsentif bagi petani perkebunan rakyat dan pengusaha perkebunan besar negara dan swasta dalam membudidayakan tebu. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan produksi gula sebesar 0.020 persen 2011-2014 dan 0.021 persen