Kebijakan Harga Eceran Tertinggi Pupuk

3.4.2. Kebijakan Harga Patokan Petani Gula

Harga patokan petani HPP untuk produk gula ini merupakan harga minimal yang diterima petani. Harga ini menjadi signal atau patokan bagi importir untuk melakukan impor karena impor gula baru dapat dilakukan apabila petani tebu menerima harga minimal sama dengan HPP yang ditetapkan oleh pemerintah. Penentuan harga patokan petani ini menggunakan biaya pokok produksi BPP tebu atau gula petani. Penetapan kebijakan HPP gula diatur melalui seperangkat kebijakan pemerintah melalui SK Menperindag No. 527MPPKep2004 tentang ketentuan impor gula yang telah direvisi dengan mengeluarkan perangkat Peraturan Menteri Perdagangan No. 08M- DAGPER42005. Peraturan Menteri Perdagangan ini tidak hanya mengatur tentang penetapan harga patokan akan tetapi juga mengatur jumlah pasokan gula. Tujuan utama pemerintah menetapkan HPP gula adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan pendapatan petani dalam upaya untuk meningkatkan produksi tebu dan produktivitas lahan menuju swasembada gula. Selain itu, HPP juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gula bagi masyarakat konsumen dengan harga yang stabil dan terjangkau. Dampak kebijakan harga patokan petani terhadap surplus konsumen dan surplus produsen dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 4. Dampak Kebijakan Harga Patokan Petani F P 1 Harga Jumlah S C A P Q 1 Q HPP D Q 2 B E G Penetapan HPP gula oleh pemerintah sebesar P 1 mengakibatkan jumlah produksi gula menjadi sebesar Q 2 dan jumlah yang diminta oleh konsumen Q 1 . Keadaan ini terjadi sebagai akibat dari respon konsumen yang menurunkan volume permintaan gula jika harga gula naik, sehingga kebijakan ini akan efektif jika pemerintah membeli kelebihan produksi gula excess supply sebesar Q 2 – Q 1 , sehingga besarnya pengeluaran pemerintah sebesar Q 1 EGQ 2 . Kebijakan HPP gula ini akan berdampak pada perubahan surplus konsumen dan produsen. Sebelum adanya kebijakan HPP surplus konsumen sebesar P BC dan surplus produsen P BA, sedangkan setelah adanya kebijakan HPP surplus konsumen sebesar P 1 EC dan surplus produsen sebesar P 1 GA. Kebijakan HPP ini mengurangi surplus konsumen sebesar P BEP 1 dan meningkatkan surplus produsen sebesar P 1 GBP .

3.4.3. Kebijakan Tarif Impor

Kebijakan perdagangan dibidang impor akan diartikan sebagai tindakan yang langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk melindungi atau mendorong pertumbuhan industri didalam negeri. Kebijakan dibidang impor ini dapat dikelompokkan menjadi kebijakan tarif dan non tarif. Oktaviani 2010 mengemukakan apabila ditinjau dari aspek asal komoditinya, terdapat dua macam tarif yaitu tarif ekspor dan tarif impor. Apabila ditinjau dari mekanisme perhitungannya terdapat tiga macam tarif yaitu tarif ad valorem ad valorem tariff, tarif spesifik specific tariff, dan tarif campuran compound tariff. Tarif ad valorem adalah pajak yang dikenakan berdasarkan angka presentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor. Tarif spesifik dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang diimpor dan tarif campuran merupakan gabungan dari tarif ad valorem dan tarif spesifik. Tarif merupakan pajak yang dikenakan atas impor suatu barang dimana suatu tarif akan cenderung menaikkan harga dan menurunkan jumlah yang dikonsumsi, dan menaikkan produksi domestik Samuelson dan Nordhaus, 2001. Kebijakan tarif ini disatu sisi bertujuan untuk mengurangi volume impor, namun disisi lain akan meningkatkan produksi dalam negeri melalui perbaikan harga. Pemberlakuan tarif impor akan menyebabkan kenaikan harga produk di negara importir, penurunan konsumsi, peningkatan produksi, penurunan volume impor,