Fungsi Impor Gula KERANGKA TEORITIS

besar daripada produksi domestiknya sehingga harga di negara B lebih tinggi. Oleh karena itu, negara B membeli komoditi gula dari negara lain yang harganya relatif lebih murah. Komunikasi yang terjadi antara negara A dan negara B menyebabkan terjadinya perdagangan dengan harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama. Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa sebelum terjadinya perdagangan dunia harga di negara A adalah P A , sedangkan di negara B adalah P B . Penawaran di pasar dunia akan terjadi jika harga dunia lebih tinggi dari P A sedangkan permintaan di pasar dunia akan terjadi jika harga dunia lebih kecil dari P B . Pada saat harga dunia P W sama dengan P A maka di negara A tidak terjadi excess supply ES namun di negara B akan terjadi excess demand ED sebesar s. Tetapi, jika harga dunia P W sama dengan P B maka dinegara A akan terjadi excess supply ES sebesar r, namun di negara B tidak terjadi excess demand ED. Dari P A dan P B tersebut maka akan terbentuk kurva ES dan ED di pasar dunia, dimana perpotongan antara kurva ES dan ED akan menentukan harga yang terjadi di pasar dunia sebesar P W . Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan mengekspor gula sebesar x dan negara B akan mengimpor gula sebesar m. Permintaan impor terjadi karena suatu negara membeli barang dari negara lain yang disebabkan karena berbagai faktor antara lain 1 produksi barang dalam negeri tidak mencukupi untuk kebutuhan konsumsi, 2 barang tersebut sangat penting dalam proses kehidupan namun negara tersebut tidak dapat memproduksi dengan baik akibat adanya keterbatasan teknologi dan iklim, dan 3 suatu negara mempunyai teknologi tetapi tidak mempunyai bahan baku dalam hal ini negara tersebut akan melakukan re-ekspor Purwanto, 2002. Indonesia merupakan negara importir untuk komoditas gula. Salah satu hal yang menentukan jumlah impor adalah konsumsi. Secara sederhana, persamaan impor gula dapat dinyatakan sebagai berikut : � = − + …………………………….….…………………..18 dimana: � = Jumlah impor gula = Jumlah konsumsi gula = Jumlah produksi gula = Jumlah Stok gula Pendekatan selanjutnya didekati dari fungsi konsumsi yang membentuk fungsi permintaan yang dinyatakan sebagai berikut : = � , , , , , ………………………………………..…1λ dimana : = Jumlah konsumsi gula = Harga gula = Tingkat pendapatan = Jumlah Penduduk = Distribusi pendapatan = Selera Dari persamaan 19 dapat diketahui apabila harga gula menurun maka konsumsi akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Selain itu, konsumsi juga akan dipengaruhi oleh 1 harga komoditi lain yang bersifat substitusi dan komplementer, 2 jumlah penduduk, dan 3 laju pertumbuhan konsumsi. Sedangkan untuk impor, suatu negara akan mencari harga yang lebih murah. Oleh karena itu, nilai tukar akan mempengaruhi jumlah barang yang diimpor oleh suatu negara. Dengan demikian, persamaan impor dapat dinyatakan sebagai berikut : � = � , , , , � −1 ……………………………………..…20 dimana : � = Jumlah impor gula = Harga gula = Jumlah konsumsi gula = Nilai tukar = Faktor lain yang mempengaruhi impor � −1 = Impor gula tahun sebelumnya

3.3. Respon Bedakala Produksi Komoditas Pertanian

Salah satu karakteristik utama produk pertanian adalah adanya tenggang waktu gestation period antara menanam dengan memanen. Hasil yang diperoleh petani didasarkan pada perkiraan-perkiraan di masa mendatang serta pengalaman masa lalu. Harga output komoditas pertanian tidak dapat dipastikan pada saat produk tersebut ditanam. Dengan kata lain, petani harus mengambil keputusan produksi berdasarkan perkiraan atas produknya tahun lalu. Hal ini mengacu pada adanya bedakala lag diantara dua periode, yaitu saat menanam dan memanen. Respon petani setelah bedakala sebagai dampak perubahan pada harga-harga input dan produk serta kebijakan pemerintah. Jika peningkatan harga diperkirakan oleh petani akan berlangsung terus pada periode berikutnya, maka petani akan merubah komposisi sumber daya pada masa tanam mendatang, sehingga pengaruh kenaikan harga tersebut baru akan terlihat pada periode tanam berikutnya. Apabila kemungkinan adanya ekspektasi demikian dapat diterima maka hubungan-hubungan yang spesifik diantara harga harapan dengan harga di masa lalu dapat dibuat. Sehingga model dapat dikembangkan menjadi dinamik yang dirintis oleh Nerlove melalui persamaan parsial. Nerlove 1958 menjelaskan bahwa petani pada setiap periode produksi akan merevisi dugaan mereka terhadap apa yang mereka anggap sebagai proporsi yang normal terhadap perbedaan yang terjadi dengan yang sebelumnya dianggap normal. Atau petani juga akan menyesuaikan perkiraan harga dimasa mendatang dalam bentuk proporsi dari selisih antara perkiraan dengan kenyataannya.

3.4. Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Perdagangan Gula

Proses pembentukan harga gula dunia dalam perdagangan internasional ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan dunia. Akan tetapi, karena setiap negara eksportir dan importir mempunyai kepentingan yang berbeda-beda maka pemerintah melakukan intervensinya terhadap perdagangan gula. Intervensi pemerintah ini diperlukan baik untuk mengatur mekanisme perdagangan gula internasional maupun melindungi pelaku ekonomi gula dalam negeri. Beberapa kebijakan yang terkait dengan kinerja pasar gula antara lain kebijakan tarif impor, suku bunga, harga pokok pembelian, subsidi sarana produksi, suku bunga, dan lain-lain. Namun, yang akan dijelaskan dalam penelitian ini hanyalah dampak kebijakan harga pokok pembelian dan kebijakan tarif impor sesuai dengan fenomena yang terjadi sekarang.