pada periode 2015-2020 sehingga permintaan gula rumah tangga akan mengalami peningkatan sebesar 2.458 persen 2011-2014 dan 2.875 persen 2015-2020.
Lebih lanjut penurunan harga gula eceran ini menurunkan harga gula tingkat pedagang besar sebesar 4.336 persen 2011-2014 dan 5.042 persen 2015-2020
sehingga juga akan meningkatkan permintaan gula industri sebesar 0.112 persen 2011-2014 dan 0.194 persen 2015-2020. Permintaan gula Indonesia akan
meningkat sebesar 1.258 persen 2011-2014 dan 1.526 persen 2015-2020 seiring dengan peningkatan permintaan rumah tangga dan industri.
Penurunan harga gula tingkat pedagang besar juga akan menurunkan harga gula tingkat petani, yang akan menurun sebesar 4.354 persen 2011-2014 dan
5.154 persen 2015-2020. Penurunan harga gula tingkat petani dan pedagang besar ini tentu saja akan membuat petani tidak bergairah untuk membudidayakan
tebu. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan produksi gula Indonesia yang merupakan dampak dari pengurangan luas areal dan produktivitas perkebunan
baik pada perkebunan besar negara, swasta maupun rakyat. Penurunan produksi gula paling besar terjadi pada periode liberalisasi perdagangan gula ACFTA yaitu
sebesar 1.003 persen, sedangkan pada sebelum liberalisasi perdagangan gula ACFTA hanya menurun 1.271 persen. Karena produksi gula Indonesia mengalami
penurunan maka volume impor gula Indonesia akan meningkat sebesar 1.686 persen pada periode 2011-2014 dan sebesar 1.689 persen pada periode 2015-2020.
Peningkatan impor gula Indonesia ini ternyata juga tidak cukup mampu untuk meningkatkan penawaran gula di Indonesia. Hal ini terlihat dari penawaran
gula Indonesia yang mengalami penurunan yaitu 0.206 persen sebelum periode liberalisasi perdagangan gula ACFTA dan 0.261 persen pada periode liberalisasi
perdagangan gula ACFTA. Hal ini diduga karena adanya penurunan pula pada stok gula Indonesia yang tidak terekam dalam model.
8.1.3. Simulasi Kombinasi Kebijakan Ekonomi di Sektor Pertanian
8.1.3.1.Simulasi Kombinasi Tarif Impor dan Harga Gula Tingkat Petani
Simulasi penurunan tarif impor 50 persen dilakukan sesuai dengan skema ACFTA yang masih memperbolehkan penurunan tarif impor hingga 50 persen,
sedangkan peningkatan harga 30 persen diharapkan dapat menjadi stimulus bagi
petani dalam meningkatkan produksinya. Peramalan dampak kombinasi kedua kebijakan ini terhadap permintaan dan penawaran gula Indonesia baik diterapkan
sebelum era liberalisasi perdagangan gula ACFTA 2011-2014 maupun pada era liberalisasi perdagangan gula ACFTA 2015-2020 ditunjukkan oleh Tabel 51.
Simulasi kombinasi penurunan tarif impor gula 50 persen dan peningkatan harga gula tingkat petani 30 persen menyebabkan peningkatan impor gula
Indonesia sebesar 7.088 persen 2011-2014 dan 7.137 persen 2015-2020. Peningkatan impor terbesar berasal dari China yaitu sebesar 329.171 persen
2011-2014 dan 156.260 persen 2015-2020. Hal ini dikarenakan perilaku China yang sangat respon terhadap perubahan tarif impor Indonesia. Peningkatan impor
Indonesia ini akan meningkatkan impor gula dunia sebesar 0.224 persen pada periode 2011-2014 dan 0.256 persen pada periode 2015-2020. Peningkatan impor
gula dunia meningkatkan harga gula dunia mengingat Indonesia merupakan negara besar dalam perdagangan gula. Harga gula dunia meningkat sebesar 0.859
persen pada periode 2011-2014 dan menurun lebih besar pada periode 2015-2020 yaitu 1.154 persen.
Peningkatan harga gula dunia akan ditransmisikan pada peningkatan harga impor gula Indonesia. Namun peningkatan ini tidak menyebabkan harga gula
eceran mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan penawaran gula mengalami peningkatan sebesar 3.726 persen 2011-2014 dan 4.027 persen 2015-2020
akibat peningkatan impor gula Indonesia. Peningkatan penawaran gula Indonesia menyebabkan harga gula eceran menurun sebesar 0.236 persen 2011-2014 dan
0.218 persen 2015-2020. Penurunan harga gula eceran ini akan meningkatkan permintaan gula rumah tangga sebesar 0.135 persen 2011-2014 dan 0.125 persen
2015-2020. Penurunan harga gula eceran akan menurunkan harga gula tingkat pedagang besar sebesar 0.231 persen 2011-2014 dan 0.214 persen 2015-2020.
Penurunan harga gula tingkat pedagang besar ini akan meningkatkan permintaan gula industri sebesar 0.007 persen 2011-2014 dan 0.009 persen 2015-2020.
Peningkatan permintaan gula rumah tangga dan industri akan menyebabkan permintaan gula Indonesia meningkat sebesar 0.070 persen 2011-2014 dan 0.067
persen 2015-2020.
Tabel 51. Peramalan Dampak Simulasi Kombinasi Tarif Impor dan Harga Gula Tingkat Petani terhadap Permintaan dan Penawaran Gula
Indonesia
No. Variabel Endogen Satuan
Nilai Dasar Perubahan
BA AA
BA AA
1. Areal perkebunan besar negara Ha
88 470.1 91 075
-0.142 -0.141
2. Areal perkebunan besar swasta Ha
126 693 147 670
-0.008 -0.005
3. Areal perkebunan rakyat Ha
238 617 234 361
5.464 6.337
4. Produktivitas hablur negara TonHa
4.3578 4.6109
-0.227 -0.208
5. Produktivitas hablur swasta TonHa
6.9627 7.6122
-0.004 -0.003
6. Produktivitas hablur rakyat TonHa
4.8519 4.1861
5.585 5.834
7. Produksi GKP negara Ton
386 788 421 185
-0.369 -0.351
8. Produksi GKP swasta Ton
885 552 1 128 436
-0.013 -0.008
9. Produksi GKP rakyat Ton
1 161 700 985 199
11.296 12.417
10. Produksi GKP Indonesia Ton
2 434 040 2 534 821
5.328 4.764
11. Produksi gula Indonesia Ton
4 332 967 4 209 037
2.993 2.869
12. Permintaan gula rumah tangga Ton
2 637 506 2 918 284
0.135 0.125
13. Permintaan gula industri Ton
2 763 026 2 954 823
0.007 0.009
14. Permintaan gula Indonesia Ton
5 400 532 5 873 107
0.070 0.067
15. Penawaran gula Indonesia Ton
6 801 666 6 762 361 3.726
4.027 16. Harga riil gula tingkat petani
RpKg 5 402.4
5 663.1 30.000
30.000 17. Harga riil gula pedagang besar
RpKg 5 632.5
5 875 -0.231
-0.214 18. Harga riil gula eceran
RpKg 5 967.1
6 179.7 -0.236
-0.218 19. Harga riil impor gula Indonesia
RpKg 4 805.8
5 156 0.416
0.537 20. Impor gula dari Thailand
Ton 707 776
925 994 12.745
11.973 21. Impor gula dari China
Ton 10 195.2
26 056.9 329.171 156.260 22. Impor gula Indonesia
Ton 1 746 257
2 123 894 7.088
7.137 23. Ekspor gula Brazil
Ton 25 155 099 2 698 8620
0.037 0.046
24. Ekspor gula Thailand Ton
3 492 231 3 872 515
0.072 0.087
25. Impor gula India Ton
1 930 761 2 449 443
-0.447 -0.475
26. Impor gula Amerika Serikat Ton
1 990 763 1 806 342
-0.008 -0.008
27. Impor gula China Ton
2 632 508 2 385 513
-0.121 -0.222
28. Harga riil gula dunia USTon
407.3 407.3
0.859 1.154
29. Ekspor gula dunia Ton
53 615 282 56 434 941 0.022
0.028 30. Impor gula dunia
Ton 50 011 773 52 633 659
0.224 0.256
Keterangan : BA = Periode 2011
– 2014 AA
= Periode 2015 – 2020
Sumber : Data diolah, 2012
Penurunan harga gula tingkat pedagang besar tidak akan menurunkan harga gula tingkat petani karena adanya kebijakan peningkatan harga gula tingkat
petani sebesar 30 persen. Peningkatan harga gula tingkat petani ini menjadi
insentif bagi petani perkebunan rakyat dalam meningkatkan produksinya yang ditunjukkan oleh peningkatan luas areal dan produktivitasnya. Produksi gula
kristal putih rakyat meningkat sebesar 11.296 persen 2011-2014 dan 12.417 persen 2015-2020, sedangkan penurunan harga gula tingkat pedagang besar
menjadi disinsentif bagi pengusaha perkebunan besar negara dan swasta dalam meningkatkan produksinya melalui penurunan luas areal dan produktivitas.
Produksi gula kristal putih pada perkebunan besar negara dan swasta akan menurun masing-masing sebesar 0.3699 persen dan 0.013 persen pada periode
2011-2014 serta 0.351 persen dan 0.008 persen pada periode 2015-2020. Secara keseluruhan produksi gula Indonesia meningkat 2.993 persen 2011-2014 dan
2.869 persen 2015-2020. Peningkatan produksi gula Indonesia yang cukup besar dan peningkatan impor gula Indonesia membuat penawaran gula Indonesia masih
meningkat.
8.1.3.2.Simulasi Kombinasi Tarif Impor, Harga Gula Tingkat Petani, dan Luas Areal Perkebunan
Simulasi penurunan tarif 50 persen merupakan skema penurunan tarif yang masih diizinkan untuk komoditas gula dalam era liberalisasi perdagangan gula
ACFTA. Peningkatan luas areal 30 persen merupakan salah satu target yang tengah diupayakan pemerintah dalam Program Revitalisasi Industri Gula Nasional
untuk mencapai swasembada gula, sedangkan peningkatan harga gula tingkat petani sebesar 30 persen merupakan usulan yang diinginkan petani melalui
APTRI untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Adapun kombinasi ketiga simulasi tersebut ditunjukkan pada tabel 52.
Simulasi penurunan tarif impor gula sebesar 50 persen tidak akan berdampak langsung pada peningkatan impor gula Indonesia karena kebijakan
peningkatan luas areal perkebunan sebesar 30 persen akan meningkatkan produktivitas gula hablur baik pada perkebunan besar negara, swasta maupun
rakyat. Peningkatan produktivitas gula hablur ini pada akhirnya akan meningkatkan produksi gula Indonesia. Apabila kebijakan ini dapat tercapai pada
periode sebelum liberalisasi perdagangan gula ACFTA maka produksi gula akan meningkat 25.366 persen, sedangkan apabila diterapkan pada periode liberalisasi
perdagangan ACFTA akan meningkat produksi gula Indonesia yang lebih besar yaitu 28.999 persen.
Tabel 52. Peramalan Dampak Simulasi Kombinasi Tarif Impor, Harga Gula Tingkat Petani, dan Luas Areal terhadap Permintaan dan
Penawaran Gula Indonesia
No. Variable Endogen
Satuan Nilai Dasar
Perubahan BA
AA BA
AA
1. Areal perkebunan besar negara Ha
88 470.1 91 075
30.000 30.000
2. Areal perkebunan besar swasta Ha
126 693 147 670
30.000 30.000
3. Areal perkebunan rakyat Ha
238 617 234 361
30.000 30.000
4. Produktivitas hablur negara TonHa
4.3578 4.6109
2.974 3.238
5. Produktivitas hablur swasta TonHa
6.9627 7.6122
15.363 16.420
6. Produktivitas hablur rakyat TonHa
4.8519 4.1861
6.278 6.818
7. Produksi GKP negara Ton
386 788 421 185
38.810 40.815
8. Produksi GKP swasta Ton
885 552 1 128 436
50.745 51.592
9. Produksi GKP rakyat Ton
1 161 700 985 199
43.008 47.351
10. Produksi GKP Indonesia Ton
2 434 040 2 534 821
45.156 48.153
11. Produksi gula Indonesia Ton
4 332 967 4 209 037
25.366 28.999
12. Permintaan gula rumah tangga Ton
2 637 506 2 918 284
0.794 0.843
13. Permintaan gula industri Ton
2 763 026 2 954 823
0.042 0.064
14. Permintaan gula Indonesia Ton
5 400 532 5 873 107
0.409 0.451
15. Penawaran gula Indonesia Ton
6 801 666 6 762 361 16.263
18.324 16. Harga riil gula tingkat petani
RpKg 5 402.4
5 663.1 30.000
30.000 17. Harga riil gula pedagang besar
RpKg 5 632.5
5 875 -1.355
-1.445 18. Harga riil gula eceran
RpKg 5 967.1
6 179.7 -1.386
-1.482 19. Harga riil impor gula Indonesia RpKg
4 805.8 5 156
0.027 0.066
20. Impor gula dari Thailand Ton
707 776 925 994
-0.201 0.678
21. Impor gula dari China Ton
10 195.2 26 056.9
83.202 47.062
22. Impor gula Indonesia Ton
1 746 257 2 123 894
0.404 0.873
23. Ekspor gula Brazil Ton
25 155 099 2 698 8620 0.002
0.006 24. Ekspor gula Thailand
Ton 3 492 231
3 872 515 0.004
0.011 25. Impor gula India
Ton 1 930 761
2 449 443 -0.028
-0.058 26. Impor gula Amerika Serikat
Ton 1 990 763
1 806 342 0.000
-0.001 27. Impor gula China
Ton 2 632 508
2 385 513 -0.009
-0.027 28. Harga riil gula dunia
USTon 407.3
407.3 0.049
0.147 29. Ekspor gula dunia
Ton 53 615 282 56 434 941
0.001 0.003
30. Impor gula dunia Ton
50 011 773 52 633 659 0.013
0.031
Keterangan : BA = Periode 2011
– 2014 AA
= Periode 2015 – 2020
Sumber : Data diolah, 2012