Peningkatan Luas Areal Perkebunan Tebu

Peningkatan permintaan gula rumah tangga dan industri akan meningkatkan permintaan gula Indonesia sebesar 0.024 persen. Penurunan harga gula tingkat pedagang besar kemudian akan ditransmisikan pada harga gula tingkat petani sehingga harga gula tingkat petani menurun sebesar 0.061 persen. Penurunan harga gula tingkat petani dan pedagang besar ini merupakan disinsentif bagi pengusaha perkebunan tebu baik negara, swasta maupun rakyat yang akan direspon dengan penurunan luas areal perkebunan tebu sebesar 0.039 persen pada perkebunan besar negara, 0.001 persen pada perkebunan besar swasta, dan 0.013 persen pada perkebunan rakyat. Lebih lanjut, penurunan areal ini menyebabkan penurunan produktivitas gula sehingga menurunkan produksi gula Indonesia sebesar 0.018 persen. Namun demikian, sekalipun produksi gula Indonesia mengalami penurunan tidak membuat penawaran gula Indonesia mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa gula impor mendominasi penawaran gula Indonesia.

7.2.5. Penurunan Kuota Impor Gula

Upaya peningkatan produksi gula nasional yang bertujuan untuk mencapai swasembada gula didukung oleh pemerintah dengan mengurangi kuota impor gula sebesar 50 persen dari kuota yang telah ditetapkan oleh sebelumnya. Pembatasan kuota impor ini diharapkan dapat memacu para petani tebu untuk meningkatkan produksinya. Adapun dampak penurunan kuota impor gula sebesar 50 persen dapat dilihat pada Tabel 41. Penurunan kuota impor gula Indonesia sebesar 50 persen menurunkan impor gula dunia sebesar 1.407 persen. Penurunan impor gula dunia menyebabkan penurunan harga gula dunia sebesar 5.542 persen. Hal ini menunjukkan Indonesia merupakan negara besar dalam impor gula, karena perubahan impor gula dalam negeri mampu mempengaruhi harga gula dunia. Penurunan harga gula dunia selanjutnya akan menurunkan harga impor gula Indonesia sebesar 3.087 persen. Penurunan harga impor gula tidak membuat harga gula eceran mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan kebijakan penurunanan kuota impor menyebabkan penawaran gula Indonesia menurun sebesar 12.128 persen. Tabel 41. Dampak Penurunan Kuota Impor Gula 50 Persen terhadap Permintaan dan Penawaran Gula di Indonesia Tahun 2004-2010 No. Variable Endogen Satuan Nilai Dasar Perubahan 1 Areal perkebunan besar negara Ha 83 826.5 0.231 2 Areal perkebunan besar swasta Ha 99 508.5 0.007 3 Areal perkebunan rakyat Ha 213 487 0.075 4 Produktivitas hablur negara TonHa 4.9324 0.286 5 Produktivitas hablur swasta TonHa 7.0486 0.004 6 Produktivitas hablur rakyat TonHa 5.5915 0.068 7 Produksi GKP negara Ton 414 313 0.509 8 Produksi GKP swasta Ton 705 568 0.008 9 Produksi GKP rakyat Ton 1 197 796 0.142 10 Produksi GKP Indonesia Ton 2 317 678 0.167 11 Produksi gula Indonesia Ton 3 658 608 0.106 12 Permintaan gula rumah tangga Ton 2 599 370 -0.210 13 Permintaan gula industri Ton 1 609 852 -0.034 14 Permintaan gula Indonesia Ton 4 209 223 -0.142 15 Penawaran gula Indonesia Ton 5 855 610 -12.128 16 Harga riil gula tingkat petani RpKg 4 880.7 0.369 17 Harga riil gula pedagang besar RpKg 5 279.4 0.343 18 Harga riil gula eceran Indonesia RpKg 5 646.1 0.344 19 Harga riil impor gula Indonesia RpKg 4 424.4 -3.087 20 Impor gula dari Thailand Ton 606 388 0.437 21 Impor gula dari China Ton 8 933.5 -0.629 22 Impor gula Indonesia Ton 1 462 833 -50.000 23 Ekspor gula Brazil Ton 19 535 931 -0.314 24 Ekspor gula Thailand Ton 2 933 704 -0.562 25 Impor gula India Ton 444 435 12.780 26 Impor gula Amerika Serikat Ton 2 198 155 0.025 27 Impor gula China Ton 1 256 535 2.218 28 Harga riil gula dunia USTon 415 -5.542 29 Ekspor gula dunia Ton 46 622 553 -0.167 30 Impor gula dunia Ton 44 691 177 -1.407 Sumber : Data diolah, 2012 Penurunan penawaran gula selanjutnya menyebabkan harga gula eceran meningkat sebesar 0.344 persen. Peningkatan harga gula eceran akan direspon dengan penurunan permintaan gula rumah tangga sebesar 0.210 persen. Penurunan permintaan gula rumah tangga lebih kecil dibandingkan dengan penurunan harga gula ecerannya. Hal ini menunjukkan bahwa gula merupakan kebutuhan pokok bagi sebagian penduduk Indonesia. Penurunan harga gula eceran akan ditransmisikan lebih lanjut pada harga gula tingkat pedagang besar yang akan meningkat sebesar 0.343 persen. Peningkatan harga gula tingkat pedagang besar ini akan menyebabkan permintaan gula industri mengalami penurunan sebesar 0.034 persen. Penurunan permintaan gula rumah tangga dan industri akan menurunkan permintaan gula Indonesia sebesar 0.142 persen. Harga gula tingkat petani juga akan terdorong naik seiring dengan peningkatan harga gula tingkat pedagang besar. Harga gula tingkat petani akan meningkat sebesar 0.369 persen. Peningkatan ini akan menjadi insentif bagi petani dalam meningkatkan produksi tebu yang ditunjukkan oleh peningkatan luas areal dan produktivitas baik pada perkebunan besar negara, swasta, dan rakyat. Produksi gula kristal putih perkebunan besar negara meningkat sebesar 0.286 persen, perkebunan besar swasta meningkat sebesar 0.004 persen dan perkebunan rakyat meningkat 0.064 persen. Secara keseluruhan produksi gula Indonesia akan meningkat sebesar 0.167 persen. Sekalipun produksi gula Indonesia mengalami peningkatan namun besarnya peningkatan produksi gula Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan penurunan impor gula Indonesia, sehingga penawaran gula Indonesia masih mengalami penurunan.

7.3. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Pertanian terhadap

Kesejahteraan Pelaku Ekonomi Gula Indonesia Tahun 2004-2010 Kompilasi dari dampak kebijakan ekonomi di sektor pertanian terhadap kesejahteraan pelaku ekonomi gula dan penerimaan devisa Indonesia tahun 2004- 2010 ditunjukkan pada Tabel 42. Adapun kebijakan ekonomi di sektor pertanian yang disimulasikan yaitu peningkatan harga gula petani sebesar 25 persen, peningkatan harga pupuk 33 persen, penurunan tarif impor gula 49 persen, peningkatan luas areal perkebunan tebu sebesar 20 persen, dan penurunan kuota impor gula 50 persen.