Kebijakan Tarif Impor Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Perdagangan Gula

dan adanya penerimaaan pemerintah yang berasal dari tarif impor tersebut. Pemberlakuan tarif impor ini akan menguntungkan produsen domestik karena harga impor suatu komoditas cenderung lebih mahal daripada harga domestiknya. Dampak ekonomi dari pengenaan tarif impor oleh negara importir ditunjukkan oleh Gambar 5 dengan menggunakan asumsi-asumsi antara lain 1 hanya ada dua negara yaitu negara A sebagai importir, 2 tarif impor yang dilakukan adalah tarif impor spesifik, dan 3 negara impor adalah negara besar dimana perubahan jumlah impor dapat mempengaruhi harga dunia. a Negara Importir b Pasar Dunia c Negara Eksportir Sumber : Tweeten, 1992 Gambar 5. Dampak Pengenaan Tarif Impor Esensi dari kebijakan tarif impor adalah untuk melindungi produsen domestik. Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui apabila pemerintah memberlakukan kebijakan tarif sebesar t maka menyebabkan biaya impor menjadi lebih tinggi sehingga menggeser kurva ED sejajar ke bawah dengan jarak vertikal sesuai dengan besarnya tarif menjadi ED-t. Kondisi ini menyebabkan harga dunia turun menjadi Pw’ sedangkan harga impor yang diterima konsumen di negara importir Gambar 5a akan meningkat menjadi P w ’+ t. Meningkatnya harga impor ini menyebabkan permintaan konsumen terhadap komoditas yang perdagangkan menjadi turun sebesar q c ’, sebaliknya produksi domestik akan meningkat sebesar q p ’. Adanya kebijakan tarif ini membuat volume impor negara importir menjadi turun menjadi q p ’- q c ’, sedangkan pada negara eksportir, dengan harga dunia P w ’ Q c Q c ’ Q p ’ Q p d b 2 3 4 P w q p ’ q c ’ q c Q 1 q e q p q e ’ α β c e P P w ’ + t P w ’ P a P ED - t Q ES Q ED D B S B S A D A Q P P P kelebihan penawaran akan turun menjadi Qc’-Qp’ Gambar 5c. Pada pasar dunia, akan terbentuk keseimbangan baru yaitu pada tingkat harga dunia sebesar P w ’ dan volume perdagangan sebesar q e ’ Gambar 5b. Pengenaan tarif impor terhadap suatu komoditas menyebabkan kenaikan harga komoditas tersebut sehingga akan menurunkan konsumsi, peningkatan produksi, penurunan volume impor, dan adanya penerimaan pemerintah dari tarif. Sedangkan di negara eksportir terjadi penurunan harga sehingga menyebabkan berkurangnya volume ekspor. Dampak perubahan kesejahteraan dari adanya pemberlakuan tarif impor dianalisis melalui perubahan-perubahan surplus konsumen dan surplus produsen serta adanya penerimaan pemerintah dari tarif dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Analisis Dampak Kebijakan Tarif Impor terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Negara Eksportir dan Importir Indikator Negara Importir Negara Eksportir Surplus Konsumen – a + b + c + d 1 Surplus Produsen a – 1 + 2 + 3 +4 Penerimaan Pemerintah c + e --- Kesejahteraan nasional bersih e – b – d – 2 + 3 + 4 Kesejahteraan dunia bersih – b – d – 2 – 4 Berdasarkan pada Tabel 4, terlihat bahwa secara umum pengenaan tarif impor ini akan menurunkan kesejahteraan dunia. Di negara eksportir akan terjadi penurunan kesejahteraan nasional bersih sebesar daerah 2 + 3 + 4 sedangkan di negara importir dampaknya terhadap kesejahteraan nasional sangat ditentukan oleh elastisitas penawaran ekspor. Semakin elastis kurva ES maka daerah b + d akan lebih luas dari daerah e, sehingga secara umum negara importir akan semakin dirugikan dengan adanya tarif impor. Pada Tabel 4 dapat diketahui pula bahwa penurunan tarif impor berarti akan memperkecil penurunan kesejahteraan masyarakat dunia. Konsumen di negara importir akan menerima kenaikan harga yang lebih rendah sedangkan produsen di negara eksportir menerima harga yang lebih tinggi.

3.4.4. Kebijakan Kuota Impor

Kuota impor merupakan instrumen pembatasan kuantitas barang yang dapat diimpor dalam kurun waktu tertentu. Kuota impor disebut mengikat binding apabila kuantitas impor yang diperbolehkan berada di bawah kuantitas impor yang terjadi dalam perdagangan bebas. Kondisi sebaliknya berlaku untuk kuota impor yang tidak mengikat non-binding Arifin et al., 2007. Kuota impor digunakan oleh negara-negara berkembang untuk melindungi produsen dalam negeri. Kuota impor akan menyebabkan penawaran domestik turun, yang pada gilirannya akan meningkatkan harga domestik. Dampak pemberlakuan kuota impor terhadap mekanisme perdagangan dunia dapat dilihat pada Gambar 6. a Negara Importir b Pasar Dunia c Negara Eksportir Sumber : Tweeten, 1992 Gambar 6. Dampak Kuota Impor Pada analisis ini diasumsikan terdapat dua negara yaitu negara A sebagai negara importir dan negara B atau gabungan beberapa lainnya sebagai negara eksportir. Negara A juga diasumsikan sebagai negara besar dalam perdagangan. Berdasarkan gambar tersebut keseimbangan mula-mula terjadi pada saat harga dunia sama dengan harga domestik P dan jumlah impor dari negara A sebesar q c -q p = q e . Adanya pembatasan impor oleh negara A sebesar q e ’ menyebabkan kurva permintaan impor negara A menjadi kurva patah ED’ dan berpotongan dengan kurva ES membentuk harga P w ’. Akan tetapi, pada harga ini di negara A terjadi kelebihan permintaan. Kelebihan permintaan ini akan hilang pada tingkat harga domestik P d ’ yaitu pada perpotongan antara kurva permintaan S A dan kurva P S A S A ’ D A Q c Q c ’ Q p ’ Q p d e b ED’ 2 3 4 P P d ’ P w ’ P w y q p ’ q c ’ q c Q a c x q p q e ’ P Q Q ES’ ED 1 D B S B q e penawaran domestik ditambah kuota impor S A ’, dimana kurva S A ’ sejajar dengan jarak horizontal sebesar kuota yang ditetapkan. Dengan demikian terlihat pembatasan impor akan menyebabkan peningkatan harga domestik di negara A dan harga dunia sehingga volume perdagangan menjadi berkurang. Selanjutnya dengan adanya kebijakan pembatasan volume impor maka kebijakan ini akan berpengaruh pada besarnya kesejahteraan yang dapat diperoleh baik oleh eksportir maupun importir. Perubahan kesejahteraan surplus dari Gambar 6 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Analisis Dampak Kebijakan Kuota Impor terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Negara Eksportir dan Importir