Kebijakan Harga Patokan Petani Gula

Penetapan HPP gula oleh pemerintah sebesar P 1 mengakibatkan jumlah produksi gula menjadi sebesar Q 2 dan jumlah yang diminta oleh konsumen Q 1 . Keadaan ini terjadi sebagai akibat dari respon konsumen yang menurunkan volume permintaan gula jika harga gula naik, sehingga kebijakan ini akan efektif jika pemerintah membeli kelebihan produksi gula excess supply sebesar Q 2 – Q 1 , sehingga besarnya pengeluaran pemerintah sebesar Q 1 EGQ 2 . Kebijakan HPP gula ini akan berdampak pada perubahan surplus konsumen dan produsen. Sebelum adanya kebijakan HPP surplus konsumen sebesar P BC dan surplus produsen P BA, sedangkan setelah adanya kebijakan HPP surplus konsumen sebesar P 1 EC dan surplus produsen sebesar P 1 GA. Kebijakan HPP ini mengurangi surplus konsumen sebesar P BEP 1 dan meningkatkan surplus produsen sebesar P 1 GBP .

3.4.3. Kebijakan Tarif Impor

Kebijakan perdagangan dibidang impor akan diartikan sebagai tindakan yang langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk melindungi atau mendorong pertumbuhan industri didalam negeri. Kebijakan dibidang impor ini dapat dikelompokkan menjadi kebijakan tarif dan non tarif. Oktaviani 2010 mengemukakan apabila ditinjau dari aspek asal komoditinya, terdapat dua macam tarif yaitu tarif ekspor dan tarif impor. Apabila ditinjau dari mekanisme perhitungannya terdapat tiga macam tarif yaitu tarif ad valorem ad valorem tariff, tarif spesifik specific tariff, dan tarif campuran compound tariff. Tarif ad valorem adalah pajak yang dikenakan berdasarkan angka presentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor. Tarif spesifik dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang diimpor dan tarif campuran merupakan gabungan dari tarif ad valorem dan tarif spesifik. Tarif merupakan pajak yang dikenakan atas impor suatu barang dimana suatu tarif akan cenderung menaikkan harga dan menurunkan jumlah yang dikonsumsi, dan menaikkan produksi domestik Samuelson dan Nordhaus, 2001. Kebijakan tarif ini disatu sisi bertujuan untuk mengurangi volume impor, namun disisi lain akan meningkatkan produksi dalam negeri melalui perbaikan harga. Pemberlakuan tarif impor akan menyebabkan kenaikan harga produk di negara importir, penurunan konsumsi, peningkatan produksi, penurunan volume impor, dan adanya penerimaaan pemerintah yang berasal dari tarif impor tersebut. Pemberlakuan tarif impor ini akan menguntungkan produsen domestik karena harga impor suatu komoditas cenderung lebih mahal daripada harga domestiknya. Dampak ekonomi dari pengenaan tarif impor oleh negara importir ditunjukkan oleh Gambar 5 dengan menggunakan asumsi-asumsi antara lain 1 hanya ada dua negara yaitu negara A sebagai importir, 2 tarif impor yang dilakukan adalah tarif impor spesifik, dan 3 negara impor adalah negara besar dimana perubahan jumlah impor dapat mempengaruhi harga dunia. a Negara Importir b Pasar Dunia c Negara Eksportir Sumber : Tweeten, 1992 Gambar 5. Dampak Pengenaan Tarif Impor Esensi dari kebijakan tarif impor adalah untuk melindungi produsen domestik. Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui apabila pemerintah memberlakukan kebijakan tarif sebesar t maka menyebabkan biaya impor menjadi lebih tinggi sehingga menggeser kurva ED sejajar ke bawah dengan jarak vertikal sesuai dengan besarnya tarif menjadi ED-t. Kondisi ini menyebabkan harga dunia turun menjadi Pw’ sedangkan harga impor yang diterima konsumen di negara importir Gambar 5a akan meningkat menjadi P w ’+ t. Meningkatnya harga impor ini menyebabkan permintaan konsumen terhadap komoditas yang perdagangkan menjadi turun sebesar q c ’, sebaliknya produksi domestik akan meningkat sebesar q p ’. Adanya kebijakan tarif ini membuat volume impor negara importir menjadi turun menjadi q p ’- q c ’, sedangkan pada negara eksportir, dengan harga dunia P w ’ Q c Q c ’ Q p ’ Q p d b 2 3 4 P w q p ’ q c ’ q c Q 1 q e q p q e ’ α β c e P P w ’ + t P w ’ P a P ED - t Q ES Q ED D B S B S A D A Q P P P