177
Hal ini berjalan cukup baik di Kabupaten Banyuwangi dibandingkan dua Kabupaten lainnya, meskipun masih ada kekurangan terkait pembatasan fishing ground bagi
nelayan berdasarkan administrasi kabupaten. Menurut Wiranto 2005, pembangunan perikanan di era otonomi ini, harus menjadikan daerah sebagai
penggerak utama kegiatan pembangunan tersebut, oleh karena daerahlah yang lebih tahu kebutuhan dan potensi perikanan yang dimililikinya dan daerahlah yang
lebih dekat dengan masyarakat nelayan. Namun demikian, sentimen kedaerahan tidak boleh dimunculkan dalam
pengelolaan tersebut apalagi sampai merugikan masyarakatnya sendiri. Menurut Tinungki 2005 potensi perikanan perairan Selat Bali menyebar melintasi batas
administrasi tiga kabupaten yang berbatasan di kawasan Selat Bali. Terkait dengan ini, maka
ketentuan PERDA yang terkesan membatasi nelayan asal kabupaten lainnya di Selat Bali perlu dihilangkan sehingga tidak mengganggu
produktivitas yang dilakukan oleh nelayan di ketiga kabupaten berbatasan tersebut. Pengaturan alokasi alat tangkap dalam SKB No. 238 Tahun 1992674 tahun 1992
sudah mengatur secara adil tentang pengelolaan potensi perikanan perairan Selat Bali bagi Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Buleleng.
8.4 Faktor Kunci Dalam Pengelolaan Kawasan Selat Bali
Menurut Garrod dan Willis 1999 faktor kunci merupakan faktor atau komponen yang dianggap mempunyai pengaruh serius, signifikan dan nyata dalam
suatu kegiatan pengelolaan sumberdaya dan lingkungan, dimana bila diperhatikan dengan baik akan memberi manfaat yang nyata bagi kegiatan pengelolaan, dan
bila tidak diperhatikan atau diakomodir dengan baik akan memberi dampak yang kuarng bagi kegiatan pengelolaan. Menurut Hou 1997 dan Bank Indonesia.
2007, faktor kunci adalah berbagai faktor yang mempengaruhi berjalannya suatu aktivitas ekonomi atau pembangunan yang bila diperhatikan dengan baik, maka
akan membawa perubahan signifikan yang lebih baik. Dalam semua pembangunan termasuk di bidang perikanan pasti mempunyai faktor kunci yang
sangat menentukan keberhasilannya. Terkait dengan ini, dari pemodelan pengelolaan kawasan di Selat Bali
dalam penelitian ini dapat ditemukan 14 empat belas faktor kunci yang seriussignifikan mempengaruhi kegiatan pengelolaan. Penemuan faktor kunci
tersebut didasarkan pada pola interaksi nyata diwakili oleh data lapangan yang terjadi dalam pengelolaan perikanan kawasan Selat Bali. Oleh karena itu, ke-14
178
faktor kunci tersebut merupakan kebaruan penelitian ini, dan perlu diperhatikan secara serius untuk keterjaminan keberlanjutan pembangunan perikanan, spesifik
untuk kawasan Selat Bali. Tabel 58 menyajikan ke-14 faktor kunci tersebut dalam interaksinya pada kegiatan pengelolaan di kawasan.
Tabel 58. Empat belas faktor kunci dalam pengelolaan kawasan Selat Bali No.
Kegiatan Pengelolaan Faktor Kunci
1. Pengelolaan Pasar
• Kinerja pasar lokal • Kinerja pasar ekspor
• Supply produk industri pengolahan ke pasar
2. Pengelolaan Sumberdaya
Ikan SDI • Keanekaragaman hayati ikan dan biota
laut lainnya 3.
Pengelolaan Usaha Penangkapan
• Kesejahteraan nelayan • Penyerapan tenaga kerja usaha
penangkapan ikan • Pertumbuhan usaha penangkapan ikan
4. Pengelolaan Industri
Pengolahan • Penyerapan tenaga kerja pada industri
pengolahan • Pendapatan industri pengolahan
• Pajak 5.
Peningkatan Kesejahteraan Nelayan
• Pendapatan • Tempat tinggal
• Pendidikan dan kesempatan kerja 6.
Pencapaian Tujuan Pembangunan Nasional
• Sustainable keberlanjutan kegiatan perikanan di kawasan Selat Bali
Seperti disebutkan sebelumnya, guna menjamin keberlanjutan pembangunan perikanan, spesifik untuk kawasan Selat Bali, maka 14 faktor kunci
harus selalu dijadikan perhatian dalam setiap kegiatan pengelolaan perikanan di kawasan Selat Bali. Berdasarkan Tabel 58, ada enam kegiatan pengelolaan di
kawasan Selat Bali, yaitu pengelolaan pasar, pengelolaan SDI, pengelolaan usaha penangkapan, pengelolaan industri pengolahan, upaya peningkatan kesejahteraan
nelayan, dan pencapaian tujuan pembangunan nasional. Satu per satu dari enam kegiatan pengelolaan tersebut akan diberikan
arahan dalam mengakomodasikan 14 faktor kunci yang menjadi novelty penelitian. Arahan ini selanjutnya menjadi acuan untuk pengembangan kegiatan perikanan
yang lebih baik di Selat Bali termasuk dalam mendukung program kawasan minapolitan yang digagas KKP melalui Kepmen No 32MEN2010. Terkait dengan
kegiatan pengelolaan pasar dengan 3 faktor kunci berupa kinerja pasar lokal,
179
kinerja pasar ekspor, dan industri pengolahan, interaksi pengelolaan dapat diarahkan pada : a pengembangan produk perikanan Selat Bali, harus selalu
memperhatikan kebutuhan pasar dan trend permintaan produk di pasar dalam negeri, b PEMDA terkait baik secara langsung maupun melalui lembaga khusus
yang dibentuk bersama harus terus mengontrol kondisi kondusif pasar lokal dan mengendalikan pengelolaan potensi perikanan Selat Bali Bali secara keseluruhan,
dan c kestabilan harga perlu dijamin oleh pemerintah, monopoli juga perlu dihindari, dan pungutan yang cenderung memberatkan perlu dihindari. Kondisi ini
akan mendukung perkembangan industri pengolahan di kawasan Selat Bali, dimana industri tersebut dapat memberi lapanganan kerja dan kesejahteraan bagi
masyarakat kawasan. Menurut Setiawan et al. 2007 ketergantungan antar stakeholders tidak bisa dibindari dalam kegiatan ekonomi perikanan. Oleh karena
itu, harmonisasi interaksi harus selalu dijaga. Pengelolaan sumberdaya ikan mempunyai faktor kunci berupa
keanakeragaman hayati ikan dan biota laut lainnya. Upaya pelestarian keanakeragaman hayati ini dapat diakomodir antara lain dengan mengembangkan
lembaga khusus untuk pelaksanaan berbagai program pelestarian sehingga cepat dan tepat sasaran. PEMDA terkait dengan berkerjasama dengan pemerintah
Pusat untuk pengembangan lembaga ini. Namun bila dihubungkan dengan strategi terpilih terkait pengelolaan kelembagaan sumberdaya ikan lestari berbasis otonomi
daerah pada Bab 7, maka lembaga tersebut tersebut dapat dibentuk bersama oleh PEMDA terkait. Seperti dibahas pada bahasan Bab 7, lembaga khusus juga diberi
peran sebagai pelaksana berbagai kegiatan konservasi sumberdaya ikan dan biota laut, disamping pengelolaan kegiatan perikanan di kawasan Selat Bali.
Pengelolaan usaha penangkapan ikan dapat mengakomodasikan faktor kunci kesejahteraan nelayan, penyerapan tenaga kerja usaha penangkapan ikan,
dan pertumbuhan usaha penangkapan ikan, antara lain dengan : a pengelolaan usaha penangkapan ikan dengan memberikan perhatian penuh pada
pemberdayaan nelayan kecil, dimana program-program pemerintah seperti pelatihan, hibah alat tangkap, dan lainnya harus berorientasi kepada nelayan kecil,
b eksplorasi daerah penangkapan ikan yang baru, sehingga mendukung pengembangan usaha dan penyerapan tenaga kerja. Disamping itu perlu dibangun
sinergi dari usaha perikanan kecil dengan usaha perikanan besar, dimana usaha perikanan kecil sebagai penopang usaha perikanan besar, dan usaha perikanan
besar sebagai pelindung untuk jaminan pasar, pembinaan usaha, dan lainnya.
180
Menurut Soenarno, et.al 2007 sinergi menjadi pendorong usaha perikanan untuk berkembang dan gender menjadi penentu keberlanjutannya.
Pengelolaan industri pengolahan dapat mengakomodasikan faktor kunci antara lain dengan pemerintah daerah mengintensifkan berbagai kegiatan
pembinaan pelatihan dan bimbingan teknis masyarakat sekitar sehingga tetap kompeten dengan kebutuhan industri. Program pendidikan gratis yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah terkait perlu dipertahankan di lokasi. Pemerintah daerah juga mempersingkat jalur birokrasi izin pengiriman, menyederhanakan sistem
karantina barang, dan membasmi pungutan liar oleh oknum aparat. Bila hal ini dapat dilakukan dengan baik, maka produksi biaya tinggi dapat dihindari pada
industri pengolahan, dan alokasi pajak dapat disediakan dengan mudah. Bila hal ini berlanjut, maka industri pengolahan dapat menjadi tulang punggung ekonomi dan
optimalisasi pembangunan kawasan Feeny, 1995. Faktor kunci terkait peningkatan kesejahteraan nelayan, seperti
pendapatan, tempat tinggal, pendidikan dan kesempatan kerja dapat diakomodir antara dengan pengembangan usaha pengolahan ikan di tingkat nelayan
sehingga dapat meingkatkan nilai tambah produk, bantuan pemodalan, program pembangunan MCK umum, program kredit lunak rumah kecil sederhana bagi
nelayan kecil, dan prioritas pelibatan masyarakat nelayan lokal pada semua kegiatan bisnis perikanan. Untuk sustainable keberlanjutan kegiatan perikanan
yang merupakan faktor kunci tujuan pembangan nasional di kawasan Selat Bali dapat diakomodir dengan menjamin konsistensi pelaksanaan SKB No. 238 Tahun
1992674 tahun 1992 antara Propinsi Jawa Timur dengan Propinsi Bali. Untuk lebih menjamin hal ini, PEMDA terkait perlu menertibkan kebijakan turunan yang
lebih teknis dalam bentuk PERDA di tingkat kabupaten yang pelaksanaan diawasi terus-menerus.
8.5 Arahan Implementasi Model Pengelolaan Kawasan Selat Bali