84
PEMDA Kabupaten Banyuwangi terhadap produksi perikanan sangat besar saat ini karena sumbangan sektor perikanan terutama di Muncar sangat besar bagi PAD
daerah. Sedangkan menurut PEMDA Kabupaten Buleleng 2009, kegiatan produksi perikanan telah memberi lapangan kerja yang cukup besar bagi
masyarakat pesisir, sehingga bila perhatian terhadap hal ini kurang baik dapat menurunkan secara signifikan kontribusi perikanan terhadap ekonomi daerah.
5.2.2 Pendugaan Produksi Ikan Tongkol
Ikan tongkol merupakan hasil produksi perikanan terbesar kedua di Selat Bali. Selama ini produksi tongkol ini menjadi penyumbang sekitar 12.75 dari total
produksi ikan di perairan Selat Bali. Seperti halnya ikan lemuru, produksi ikan tongkol juga dapat dilakukan sepanjang tahun. Gambar 25 menyajikan fluktuasi
produksi bulanan untuk ikan tongkol di perairan Selat Bali tahun 2009.
368.25 239.22
278.69 221.30
246.01 178.64
158.20 121.75
85.97 199.33
623.22
197.56 -
100.00 200.00
300.00 400.00
500.00 600.00
700.00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Bulan
P ro
d u
k s
i to
n
Gambar 25 Fluktuasi produksi bulanan untuk ikan tongkol di perairan Selat Bali tahun 2009
Gambar 25 menunjukkan bahwa fluktuasi produksi ikan tongkol di perairan Selat Bali juga cukup tinggi dengan produksi tertinggi terjadi pada bulan April. Hal
ini antara lain dipengaruhi migrasi ikan-ikan kecil termasuk lemuru yang menjadi sumber makanan bagi ikan tongkol. Menurut Sparre dan Venema 1999 stock ikan
sangat dipengaruhi pola ketersediaan mangsa di perairan, dimana bila populasi ikan kecil kurang, maka stock ikan sedang juga berkurang, begitu juga untuk stock ikan
yang menduduki puncak rantai makanan.
85
Fluktuasi produksi bulanan ikan tongkol, sedikit banyak akan mempengaruhi produksi tahunannya. Hal ini tentu akan menjadi permasalahan tersendiri dalam
pengaturan pola produksi bagi pelaku usaha perikanan dengan produk utama berupa ikan tongkol. Tabel 26 menyajikan kinerja tiga jenis metode moving average
simple moving average, moving average berbobot, dan exponential smoothing moving average dalam pendugaan produksi ikan tongkol di perairan Selat Bali.
Hasil lengkap ketiga metode moving average tersebut dalam pendugaan produksi ikan tongkol di perairan Selat Bali disajikan pada Lampiran 9, 10 dan 11.
Tabel 26 Kinerja tiga jenis metode moving average dalam pendugaan produksi ikan tongkol di perairan Selat Bali
No Metodel Peramalan
Forecasts 2010 ton
MSE
1 Simple Moving Average
Produksi Forecasts Ordo 3 Y3 2,136.05
2801.77 Produksi Forecasts Ordo 5 Y5
1,525.43 3000.69
2 Moving Average Berbobot
Produksi Forecasts w = 3 Y3 2,190.53
2877.28 Produksi Forecasts w = 5 Y5
1,400.95 3189.76
3 Exponential Smoothing Moving Average
Produksi Forecasts a = 0.3 Y3 2,425.35
2762.23 Produksi Forecasts a = 0.5 Y5
2,340.63 2543.23
Metode exponential smoothing moving average berkonstanta 0.5 mempunyai mean square error MSE paling kecil, yaitu 2543.23 Tabel 26.
Sedangkan metode exponential smoothing moving average lainnya berkonstanta 0.3 mempunyai MSE yang lebih tinggi, yaitu sekitar 2762.23. Metode moving
average yang mempunyai MSE paling tinggi paling buruk adalah metode moving average berbobot 5 MSE=3189.76. Sebagai metode dengan MSE paling kecil,
maka metode exponential smoothing moving average berkonstanta 0.5 menjadi metode terpilih dalam analisis pendugaan produksi ikan tongkol di perairan Selat
Bali. Metode terpilih ini sama dengan metode terpilih untuk analisis pendugaan produksi ikan lemuru pada bagian. Hal ini disebabkan oleh pola distribusi data
produksi untuk ikan tongkol mirip dengan pola distribusi data produksi ikan lemuru, meskipun dengan trend atau kecenderungan yang berbeda.
Hasil analisis metode exponential smoothing moving average berkonstanta 0.5 dalam pendugaan produksi tahunan ikan tongkol di perairan Selat Bali disajikan
pada Gambar 26.
86
Moving Average Type : Exp. Smoothing
Length : 0.5 Accuracy Measures
MSE : 2543.23
- 2,000.00
4,000.00 6,000.00
8,000.00 10,000.00
12,000.00 14,000.00
16,000.00
1974 1975
1976 1977
1978 1979
1980 1981
1982 1983
1984 1985
1986 1987
1988 1989
1990 1991
1992 1993
1994 1995
1996 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
Tahun P
ro d
u k
s i
to n
Produksi Aktual X Produksi Forecasts a = 0.5 Y5
Gambar 26 Exponential smoothing moving average berkonstanta 0.5 pendugaan produksi tahunan ikan tongkol di perairan Selat Bali
Secara umum produksi ikan tongkol di perairan Selat Bali cenderung naik- turun dalam periode waktu yang panjang, namun pada tiga tahun terakhir
menunjukkan peningkatan dengan trend yang rendah Gambar 26. Pada tahun 2010, diperkirakan peningkatan tersebut masih terus berlanjut hingga mencapai
mencapai 2,340.63 ton hasil ramalan metode exponential smoothing moving average berkonstanta 0.5. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Banyuwangi 2010 para penyuluh perikanan selalu intensif dalam memberi pengertian kepada nelayan tentang perlunya mengembangkan hasil produksi
alternatif selain lemuru. Produksi ikan tongkol yang menurun setelah harganya sempat anjlok pada tahun 2005 dan 2006 harus ditingkatkan kembali, dan berbagai
upaya konservasi seperti pelepasan benih restocking dan perbaikan selektifitas alat tangkap harus selalui diperhatikan. Menurut Sheppard et al. 1995 kegiatan
konservasi harus selalu menjadi pilihan bila kegiatan pemanfaatan perikanan ingin dipertahankan.
Produksi tertinggi ikan tongkol terjadi pada tahun 1999, yaitu mencapai 14,710.96 ton. Hal ini lebih disebabkan oleh pengembangan alat tangkap purse
seine dan pancing sebagai bagian dari program pemerintah daerah dalam
87
mendukung produksi perikanan dalam menyambut desentralisasi otonomi pengelolaan kawasan. Menurut Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Kelautan
Kabupaten Jembrana 2009 setelah otonomi didengungkan di awal era reformasi, hampir semua sektor ekonomi digiatkan termasuk sektor perikanan. Hal ini
dilakukan karena otonomi akan mengandalkan kemampuan sendiri dari daerah untuk membangun dirinya.
5.2.3 Pendugaan Produksi Ikan Layang