Analitycal Hierarchy Process untuk Penyusunan Strategi Kelembagaan

37

3.4.4 Analitycal Hierarchy Process untuk Penyusunan Strategi Kelembagaan

Analisis ini dimaksud untuk menetapkan strategi kelembagaan yang tepat dalam mendukung pengelolaan sumberdaya ikan lestari berbasis otonomi daerah. Penetapan prioritas strategi dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan semua komponen atau stakeholders terkait menggunakan suatu analisis hierarki yang dikenal dengan Analitical Hierarchy Process AHP. Analitical Hierarchy Process AHP merupakan suatu analisis dengan pendekatan organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Terkait dengan ini, penyusunan strategi interaksi kelembagaan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan semua komponen terkait dengan kegiatan perikanan dan otonomi daerah. AHP menganalisis berbagai komponen yang berinteraksi dengan kegiatan perikanan dan otonomi daerah tersebut akan dikelompokkan ke dalam beberapa levelhierarki, misalnya level goal tujuan, level kriteria, level pembatas limit factor, dan level opsi strategi Maarif, 2004. Harapan akhir dari analisis AHP Analitical Hierarchy Process ini adalah diketahui prioritas dari setiap strategi kelembagaan pengeloalan perikanan berbasis otonomi daerah, beserta kestabilansensitivitas dari strategi kelembagaan tersebut dalam aplikasi nyata pada pengelolaan perikanan di Selat Bali. Hal tersebut penting, supaya dapat dilakukan antisipasi di kemudian hari dan model yang dikembangkan menjadi akomodatif terhadap setiap perubahan nyata di lapanganan. Adapun tahapan analisis dalam analisis strategi kelembagaan pengelolaan perikanan berbasis otonomi daerah adalah : 1 Pendefinisian komponen Pada tahapan ini, semua komponen yang berkaitan dengan kelembagaan perikanan dan otonomi daerah ditetapkan dan didefinisikan. Lingkup komponen yang didefinisikan mencakup kriteria pengembangan kelembagaan yang harus dicapai, pembatas limit factor dalam pengembangan kelembagaan perikanan, dan opsi strategi interaksi kelembagaan pengelolaan perikanan lestari berbasis otonomi daerah. 2 Penyusunan struktur hirarki Pada tahapan ini, semua interaksi komponen yang telah didefinisikan disusun secara bertingkat dalam bentuk struktur hirarki AHP yang dimulai dari tingkat paling atas berupa tujuan umum level 1, dilanjutkan dengan sub 38 tujuankriteria level 2, pembatas atau limit factor level 3 dan strategi interaksi kelembagaan pengelolaan perikanan lestari berbasis otonomi daerah level 4. 3 Penetapan skala banding dan pembobotan Pada tahapan ini, skala banding satu sama lain komponen yang mempengaruhi strategi kelembagaan ditetapkan. Hal ini dibutuhkan untuk menganalisis kepentingan setiap kriteria pengembangan kelembagaan yang perlu dicapai setiap komponen di level 2, menganalisis kepentingan setiap pembatas limit factor pengembangan kelembagaan perikanan untuk setiap kriteria pengembangan setiap komponen di level 3 pada setiap komponen di level 2, dan menganalisis kepentingan setiap strategi interaksi kelembagaan pengelolaan perikanan lestari berbasis otonomi daerah untuk setiap pembatas pada setiap kriteria pengembangan kelembagaan komponen di level 4 untuk setiap komponen di level 3 pada setiap komponen di level 2. Penetapan skala banding ini dan sistem pembobotannya mengacu kepada skala banding berpasangan menurut Saaty 1991 pada Tabel 9. 39 Tabel 9 Ketentuan skala banding berpasangan Intensitas pentingnya Definisi Penjelasan 1 3 5 7 9 2,4,6,8 Kebalikan Kedua komponen sama pentingnya Komponen yang satu sedikit lebih penting dibandingkan komponen yang lainnya. Komponen yang satu esensial atau sangat penting dibanding komponen yang lainnya. Suatu komponen jelas lebih penting dari komponen lainnya. Satu komponen mutlak lebih penting ketimbang komponen yang lain. Nilai-nilai antara dua pertimbangan dua yang berdekatan. Jika suatu aktivitas mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila di bandingkan dengan j. Dua komponen menyumbangkan sama besar pada sifat itu. Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu komponen atas lainnya. Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu komponen atas komponen lainnya. Suatu komponen dengan kuat di sokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktek. Bukti yang menyokong komponen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. Kompromi diperlukan antara pertimbangan. Sumber : Saaty 1991 Lebar dan jumlah skala yang dibuat disesuaikan dengan kemampuan untuk membedakan dari setiap komponen yang disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapanganan. Pembobotan diberikan berdasarkan taraf relatif pentingnya suatu komponen dibandingkan dengan komponen lainnya di level yang sama. Dalam pembobotan, diusahakan agar setiap komponen mempunyai skala yang sama sehingga antara komponen satu dengan komponen lainnya dapat diperbandingkan. 4 Formulasi data Formulasi data merupakan kegiatan menginput data hasil analisis skala banding perpasangan ke dalam struktur hirarki. Pembuatan hirarki dan input data ini dilakukan menggunakan Program Expert Choice 9.5, sedangkan data yang diinput disiapkan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel. 40 5 Simulasi Simulasi dilakukan setelah data terkait diinput ke dalam program. Simulasi merupakan kegiatan menganalisis dan membandingkan data semua komponen yang ada dengan prinsip hasil banding antar dua pasangan komponen diperbandingkan dengan hasil banding antar dua pasangan komponen lainnya di level sama dan hasil perbandingan tersebut dilanjutkan ke level di atasnya hingga berakhir di level 1. Simulasi seperti ini merupakan upaya pertimbangan terhadap kepentingan semua komponen yang terkait sehingga strategi yang menjadi prioritas benar-benar merupakan strategi interaksi kelembagaan perikanan terbaik. 6 Pengujian konsistensi dan sensitivitas Tahapan ini bertujuan untuk menguji konsistensi dan sensitivitas dari hasil simulasi yang telah dilakukan. Bila dari hasil simulasi diperoleh rasio inconsistency 0,1 atau lebih berarti data yang digunakan tidak konsistensi dan harus dilakukan pengambilan data ulang. Sedangkan untuk uji sensitivitas diharapkan hasil simulasi yang tidak terlalu sensitif. Bila hasil simulasi terlalu sensitif berarti strategi interaksi kelembagaan yang dipilih sebagai prioritas terlalu labil terhadap dinamika yang berkembang dalam pengelolaan perikanan yang berbasis otonomi daerah. Kriteria yang digunakan uji konsistensi dan uji sensitivitas AHP disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Kriteria uji konsistensi dan uji sensitivitas Kriteria Persyaratan Nilai Rasio inconsistency 0,1 Sensitivity test Diharapkan tidak terlalu sensitif Sumber : Expert Choice 9.5 7 Interpretasi hasil Tahapan interpretasi ini merupakan tahapan penggunaan hasil analisis AHP dalam menjelaskan dan memberikan rekomendasi prioritas strategi interaksi kelembagaan pengelolaan perikanan dengan basis otonomi daerah, serta kestabilansensitivitas-nya terhadap berbagai perubahan yang terjadi secara nyata di kawasan Selat Bali. 41

3.4.5 Pengembangan Model Pengelolaan Kawasan menggunakan Structural Equation Modeling SEM