Model Akhir Pengembangan Model Pengelolaan Kawasan Selat Bali

153 Berdasarkan Tabel 44, ternyata nilai model untuk kriteria significance probability, RMSEA, CMINDF, TLI, dan CFI mempunyai perbedaan yang cukup besar dengan standar yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa model belum mencerminkan data yang ada dan ada perbedaan nyata antara matriks kovarian data dengan matriks yang diestimasi. Untuk kriteria chi-square, GFI, dan AGFI sudah masuk jalur kesesuaian fitting, karena capaian nilai model model value sudah di atas 50 dari nilai standar yang diharapkan, meskipun masih perlu perbaikan. Bila melihat capaian keseluruhan kriteria goodness of fit, maka sebagai besar kriteria tersebut belum masuk jalur kesesuaian fitting, sehingga model awal pengelolaan kawasan ini belum fit digunakan untuk menjelaskan pola interaksi komponen perikanan dalam mendukung keberlanjutan pembangunan perikanan di kawasan Selat Bali. Salah satu penyebab mengapa model tidak fit adalah interaksi antar komponen dalam model yang masih terbatas, sehingga belum mencerminkan pola dan dinamika yang terjadi di lokasi. Hal ini juga terlihat dari belum dapat diakomodirnya oleh model awal ini beberapa interaksi penting antar komponen yang menjadi konstrukdimensi konstruk dalam pengelolaan perikanan di kawasan Selat Bali rancangan dalam path diagram, seperti interaksi konstruk penangkapan dengan konstruk kesejahteraan nelayan dan interaksi dimensi konstruk pajak dengan konstruk pembangunan nasional. Interaksi antar komponen ini dapat dikembangkan lanjut dengan mengacu kepada nilai modification index dari model awal tersebut. Modification index tersebut memberi arahan tentang interaksi antar komponen yang bisa dikembangkan sehingga model menjadi lebih fit sesuai atau lebih menyerupai kondisi nyata yang ada.

8.1.3 Model Akhir

Model akhir ini merupakan model hasil modifikasi lanjut dari model awal Bagian 8.1.1 dengan mengembangkan interaksi atau hubungan antar komponen model yang mempunyai nilai modification index MI tinggi. Model akhir ini telah mengikuti arahan modifikasi dalam analisis SEM sehingga model yang diperoleh menjadi lebih sesuai fit. Menurut Ferdinand 2002, model hasil analisis SEM dapat ditingkatkan ketepatan dan kesesuaian bila kita mengembangkan interaksi baru yang mencerminkan data, sehingga model lebih dinamis dan menyeluruh interaksinya sebagaimana yang sebenarnya terjadi pada obyek penelitian. Hasil 154 analisis model akhir pengembangan kawasan Selat Bali disajikan pada Gambar 48, sedangkan hasil analisis lengkapnya disajikan pada Lampiran 45. Pada model akhir tersebut, terlihat bahwa interaksi penting antar komponen yang menjadi konstrukdimensi konstruk dalam pengelolaan perikanan di kawasan Selat Bali telah dapat ditunjukkan, yaitu interaksi konstruk penangkapan dengan konstruk kesejahteraan nelayan dan interaksi dimensi konstruk pajak dengan konstruk pembangunan nasional. Untuk melihat lebih jauh, apakah model tersebut sudah masuh jalur kesesuaian fitting sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan pola interaksi komponen perikanan dalam mendukung keberlanjutan pembangunan perikanan di kawasan Selat Bali, maka perlu dikriscek dengan kriteria goodness of fit yang dipersyaratkan. Tabel 45 menyajikan pencapaian model akhir ini terhadap kriteria goodness of fit dimaksud. Tabel 45 Hasil uji kesesuaian model akhir terhadap kriteria goodness-of-fit Kriteria Goodness of Fit Standar Model Value Keputusan Chi-square Diharapkan kecil 846,209 Fit Significance Probability ≥ 0.05 0.000 Kurang fit RMSEA ≤ 0.08 0.125 Cukup fit GFI ≥ 0.90 0.748 Cukup fit AGFI ≥ 0.90 0.656 Cukup fit CMINDF ≤ 2.00 3.486 Cukup fit TLI ≥ 0.90 0.784 Cukup fit CFI ≥ 0.90 0.828 Cukup fit Berdasarkan Tabel 45, terlihat bahwa Chi-square sudah mengecil dari sebelumnya 2176,997 pada model awal menjadi 846,209 pada model akhir, yang berarti semakin kecil simpangan hasil estimasi model dengan kenyataan yang ada diwakili oleh data, sehingga dari aspek ini model semakin fit sesuai. Selain itu, jika dilihat dari kriteria goodness of fit lainnya, seperti RMSEA = 0.125, GFI = 0.748, AGFI = 0.656, CMINDF =3.486, TLI = 0.784, dan CFI = 0.828, maka tingkat capaiannya sudah 70-80 , yang model sudah masuk jalur kesesuaian fitting. Sedangkan untuk kriteria significance probability belum dapat dipenuhi dengan baik. 155 Gambar 48 Model akhir pengelolaan kawasan Selat Bali SDI X23 .09 d23 1.00 1 X22 .17 d22 .15 1 X21 .18 d21 .23 Penangkapan X33 .15 d33 X32 -.11 d32 X31 .17 d31 1.00 1 12.65 1 1.36 1 Industri OTDA Pembangunan Nasional Kesejahteraan Nelayan X41 1.44 d41 1 X42 .13 d42 .12 1 X43 .02 d43 1 X61 .03 d61 1.00 1 X62 .16 d62 .14 1 X63 .33 d63 .15 1 X51 .81 d51 1.00 1 X52 .34 d52 -2.60 1 Pajak .18 p1 1 X71 .21 d71 1 X72 .01 d72 3.04 1 X73 .21 d73 1 X74 .30 d74 1 .25 z2 .00 z3 .02 z5 -.01 z4 1 .21 z6 .19 Populasi Penduduk X53 .24 d53 1.58 1 Pasar X11 .30 d11 X12 .37 d12 X13 .22 d13 .01 z1 1 -.02 .04 z7 1 .00 .00 Chi-square = 846.209 Sig. Probability = .000 RMSEA = .125 GFI = .748 AGFI = .656 CMINDF = 3.846 TLI = .784 CFI = .828 .05 6.49 .02 .00 -.13 1 1 .45 1.00 1 .14 1 -.89 1 1 -.08 .06 -.03 -.15 .18 1 .30 -.09 .03 .10 .08 -.06 -.02 -.06 .95 .12 .00 -.61 .13 .00 .12 1.00 15.10 1 .00 .00 .01 -.72 .06 1.00 -.05 -.08 156 Oleh karena sebagian besar kriteria sudah masuk jalur fitting, dan output analisis SEM adalah keserupaaan model dengan kenyataan bukan kesamaaan model dengan kenyataan, maka model akhir pengembangan kawasan Selat Bali Gambar 48 sudah dapat diterima dan digunakan untuk menjelaskan pola interaksi komponen perikanan dan tindakan pengelolaan yang tepat untuk mendukung keberlanjutan pembangunan perikanan di kawasan Selat Bali. 8.2 Interaksi Model Untuk Keberlanjutan Pembangunan Perikanan 8.2.1 Pola Pengelolaan Pasar Pengelolaan pasar menjadi hal penting dalam menjamin keberlanjutan pembangunan perikanan di kawasan Selat Bali. Hal ini karena pasar merupakan ujung tombak dari proses produksi yang dilakukan oleh nelayan di kawasan Selat Bali, dimana hasil tangkapan nelayan tidak akan berguna bila tidak ada pasar potensial yang menampungnya. Kondisi pasar yang ada, baik di tingkat lokal, nasional, maupun ekspor akan sangat mempengaruhi pola penangkapan maupun kegiatan produksi yang dilakukan industri perikanan. Tabel 46 menyajikan koefisien pengaruh langsung, tidak langsung, dan pengaruh total dalam interaksi pengelolaan pasar di kawasan Selat Bali. Berdasarkan Tabel 45, terlihat bahwa dinamika pengelolaan yang terjadi pada pasar produk dipengaruhi secara langsung direct effects oleh 5 komponen pengelolaan kawasan, yaitu industri pengolahan, usaha penangkapan, kinerja pasar lokal, kinerja pasar nasional, dan kinerja pasar ekspor dari produk perikanan asal kawasan Selat Bali, dimana masing-masing dengan koefisien pengaruh 15.104, - 0.018, -0.893, 1.000. dan 0.445. Sedangkan komponen yang berpengaruh tidak langsung indirect effects ada 20 pengaruh, yaitu kesejahteraan nelayan, pajak, pembangunan nasional, otonomi daerah OTDA, industri pengolahan, pertumbuhan usaha penangkapan X31, penyerapan tenaga kerja pada usaha penangkapan X32, dan incomependapatan penangkapan X33, pertumbuhan industri X41 penyerapan tenaga kerja pada industri X42, dan incomependapatan industri X43, pertumbuhan pembangunan nasional X61, daya saing pembangunan nasional X62, dan sustainable pembangunan nasional X63, pendapatan nelayan X71, tempat tinggal X72, pendidikan dan kesempatan kerja X73, kesehatan dan kehidupan sosial X74. 157 Tabel 46 Koefisien pengaruh langsung, tidak langsung, dan pengaruh total dalam interaksi pengelolaan pasar Komponen Direct Effects DE Indirect Effects IE Total Effects TE Pasar Kesejateran_Nelayan 0.001 0.001 Pajak -1.145 -1.145 Pembangunan_Nasional -0.112 -0.112 OTDA -0.004 -0.004 Industri 15.104 -0.115 14.989 Penangkapan -0.018 -0.018 SDI X13 -0.893 -0.893 X11 1 1 X12 0.445 0.445 X53 -0.177 -0.177 X74 X73 -0.001 -0.001 X72 0.004 0.004 X71 -0.001 -0.001 X52 0.29 0.29 X51 -0.112 -0.112 X63 -0.001 -0.001 X62 -0.001 -0.001 X61 -0.004 -0.004 X43 0.664 0.664 X42 1.856 1.856 X41 14.989 14.989 X31 -0.024 -0.024 X32 -0.223 -0.223 X33 -0.018 -0.018 X21 X22 X23 Pengaruh tersebut merupakan respon interaksi antara dinamika pengelolaan pasar dengan komponen lainnya. Pengaruh langsung merupakan respon yang diterima langsung dan terasa nyata oleh dinamika pengelolaan pasar setelah komponen lainnya berinteraksi dalam pengelolaan kawasan Selat Bali. Pengaruh tidak langsung merupakan pengaruh turunan dan tidak terasa secara langsung dalam interaksi. Oleh karena itu, maka perhatian analisis interkasi dalam pengelolaan kawasan Selat Bali ini lebih diarahkan pada pengaruh langsung tersebut. Pengaruh langsung industri pengolahan terhadap pengelolaan pasar mempunyai koefisien pengaruh yang paling tinggi KP = 15.104. Pengaruh yang 158 tinggi ini menunjukkan bahwa pola pengelolaan pasar produk yang baik oleh pihak- pihak yang terkait akan mempunyai pengaruh sangat besar terhadap industri pengolahan. Tujuan pasar yang jelas, harga produk yang relatif, serta tidak adanya monopoli pasar akan merangsang akan memacu perkembangan industri pengolahan di kawasan Selat Bali. Namun, apakah hal ini berpangaruh nyata, maka dapat dilihat dari nilai probability P pengaruh dalam interaksinya. Tabel 47 menyajikan probability P pengaruh dari interaksi komponen pengelolaan pasar. Tabel 47. Probability P pengaruh interaksi pengelolaan pasar. Interaksi KP S.E. C.R. P Label Penangkapan -- Pasar -0.018 0.04 -0.441 0.659 par-11 Industri -- Pasar 15.104 5.645 2.676 0.007 par-42 X12 -- Pasar 0.445 0.089 5.027 0 par-19 X11 -- Pasar 1 Fix X13 -- Pasar -0.893 0.402 -2.223 0.026 par-21 Berdasarkan Tabel 47, pengaruh pengelolaan pasar terhadap industri pengolahan mempunyai probability P 0.007. Oleh karena probability tersebut 0.05, maka pengaruh pengelolaan pasar terhadap industri pengolahan bersifat signifikan. Terkait dengan ini, maka pasar produk perikanan perlu dikelola dengan baik oleh pemerintah baik untuk tujuan pasar lokal, nasional maupun ekspor. Kegiatan penangkapan juga mempengaruhi pengelolaan pasar, namun tidak signifikan. Kestabilan harga perlu dijamin oleh pemerintah, monopoli juga perlu dihindari, dan pungutan yang cenderung memberatkan perlu dihindari. Hal ini karena kondisi tersebut akan secara nyata mendukung perkembangan industri pengolahan di kawasan Selat Bali, dimana industri tersebut dapat memberi lapanganan kerja dan kesejahteraan bagi masyarakat kawasan. Hasil analisis lapangan menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja industri pengolahan cukup banyak di lokasi dan berimbang dengan jumlah tenaga kerja pada usaha pennagkapan ikan. Terkait dengan ini, maka pengembangan pasar produk perikanan Selat Bali juga harus sesuai dengan iklim investasi yang adan dan mendukung perkembangan industri pengolahan di lokasi. Dalam kaitan dengan dimensi konstruk, pengelolaan pasar dipengaruh signifikan oleh kinerja pasar nasional X12, yaitu dengan koefisien pengaruh 0.445 pada probability 0.000. Hal ini menunjukkan usaha perikanan Selat Bali telah menghasilkan produk yang diperhitungkan di pasar nasional. Hal ini sangat wajar karena produk perikanan Selat Bali terutama dari jenis ikan lemuru merupakan 159 penyumbang terbesar produksi ikan lemuru olahan di Jawa maupun Bali, terutama dalam bentuk kemasan. Oleh karena sebagian besar penduduk berada di Jawa dan pasar terbesar produk perikanan skala nasional ada di Jawa, maka baik buruknya penanganan pasar ikan lemuru Selat Bali akan dipengaruhi oleh kinerja pasar nasional dari produk perikanan. Terkait dengan ini, maka pola penanganan dan pengembangan pasar produk perikanan Selat Bali, harus memperhatikan kebutuhan produk perikanan di pasar nasional. Pengelolaan pasar produk perikanan Selat Bali cenderung diganggu oleh kinerja pasar lokal yang ditunjukkan oleh koefisien pengaruh KP yang negatif, masing-masing -0.018. Hal ini bisa jadi karena kondisi transaksi di pasar lokal Selat Bali cenderung tidak stabil, dan juga nelayan sering menerima saja nilai jual produk yang diberikan pasar lokal maupun industri sekitar. Posisi pasif ini tentu kurang menguntungkan bagi usaha penangkapan, terutama bila hasil tangkapan tidak banyak. Hal ini juga semakin diperkuat oleh probalitias pengaruh kinerja pasar lokal terhadap pengelolaan pasar yang bersifat siginifikan nilai P = 0.026. Terkait dengan ini, kondisi pasar lokal yang ada saat ini perlu dikembangkan lagi, misalnya dengan melakukan penggiatan pemasaran produk olahan terutama disaat hasil tangkapan kurang, penjualan bentuk segar ke pasar potensial, dan lainnya yang lebih menjanjikan. Hal ini dapat memperbaiki kinerja pasar lokal yang ada karena intensitas transaksi akan menjadi lebih stabil baik pada musim hasil tangkapan sedikit maupun banyak. Usaha penangkapan juga tidak perlu merisaukan monopoli harga oleh investor karena aparat PEMDA seperti yang diatur dalam SKB Propinsi Jawa Timur dan Propinsi Bali, akan terus mengontrol dan mengendalikan kegiatan pengelolaan potensi perikanan Selat Bali Bali termasuk harga jual yang ditawarkan.

8.2.2 Pola Pengelolaan Sumberdaya Ikan