90
Secara ekologi, fluktuasi produksi ikan layang di perairan Selat Bali ini belum memperlihatkan efek yang negatif karena tanda-tanda pengelolaan destruktif pada
sumberdaya ikan layang ini belum terlihat, seperti isu penggunaan bom dalam penangkapan dan hasil tangkapan dengan trend menurun terus. Menurut Yusron
et.al. 2001 aspek ekologi menjadi hal penting dalam pengelolaan sumberdaya alam bila kegiatan pengelolaan tersebut ingin dibuat bertahan lama. Aspek ekologi
harus diberi perhatian yang minimal sama dengan kegiatan pengelolaan. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi 2010, konflik pengelolaan
yang terjadi selama ini bukan karena penggunaan bahan atau peralatan illegal dalam penangkapan ikan tetapi lebih berupa konflik perebutan fishing ground dan
tambat labuh, namun hal ini juga jarang terjadi.
5.2.4 Pendugaan Produksi Ikan Lainnya
Ikan lainnya yang dimaksud dalam pendugaan produksi ini diantaranya ikan kembung, teri, layur, selar, cakalang, kuwe, cucut, pari, ekor merah, dan cumi-cumi.
Bila dibandingkan dengan ikan lemuru, tongkol, dan layang, maka produksi setiap jenis ikan ini umumnya lebih sedikit di perairan Selat Bali. Hasil analisis data lapang
menunjukkan bahwa produksi ikan lainnya ini sekitar 1.95 dari total produksi ikan di perairan Selat Bali. Dari jenis ikan ini, ada yang dapat diproduksi sepanjang
tahun seperti kembung, teri, layur, cakalang, kuwe, dan cucut, dan ada yang produksinya sangat tergantung pada musim seperti bulan tertentu seperti selar
dan ekor merah. Menurut Mumby et al. 1999 jenis ikan yang berkembang dan dapat diproduksi di suatu kawasan perairan berbeda-beda untuk setiap lokasi
tergantung kondisi osenografi perairan tersebut. Hasil analisis remote sensing yang beragam untuk setiap kawasan perairan menunjukkan perbedaan potensi ikan yang
dimilikinya. Gambar 29 menyajikan fluktuasi produksi bulanan untuk ikan lainnya di perairan Selat Bali tahun 2009.
Berdasarkan Gambar 29, tampak bahwa fluktuasi produksi ikan lainnya kembung, teri, layur, selar, cakalang, kuwe, cucut, pari, ekor merah, dan cumi-
cumi termasuk tinggi sepanjang tahunnya di perairan Selat Bali. Hal ini cukup wajar mengingat jenis ikan ini tidak menjadi produk perikanan utama di lokasi dan
diduga karena populasinya relatif lebih rendah daripada ikan lemuru, tongkol, dan layang. Menurut Bintoro 1995, ikan dengan populasi lebih rendah umumnya lebih
fluktuative hasil tangkapannya di suatu kawasan perairan.
91
412.13 338.65
252.63 283.44
597.51
419.63 621.31
91.36 67.44
97.90 221.14
206.40 -
100.00 200.00
300.00 400.00
500.00 600.00
700.00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Bulan
P ro
d u
k s
i to
n
Gambar 29 Fluktuasi produksi bulanan untuk ikan lainnya di perairan Selat Bali tahun 2009
Tabel 28 menyajikan kinerja tiga jenis metode moving average simple moving average, moving average berbobot, dan exponential smoothing moving
average dalam pendugaan produksi ikan lainnya kembung, teri, layur, selar, cakalang, kuwe, cucut, pari, ekor merah, dan cumi-cumi di perairan Selat Bali.
Hasil lengkap ketiga metode moving average tersebut dalam pendugaan produksi ikan tongkol di perairan Selat Bali disajikan pada Lampiran 15, 16, dan 11.
Tabel 28 Kinerja tiga jenis metode moving average dalam pendugaan produksi ikan lainnya di perairan Selat Bali
No Metodel Peramalan
Forecasts 2010 ton
MSE
1 Simple Moving Average
Produksi Forecasts Ordo 3 Y3 1,890.85
912.02 Produksi Forecasts Ordo 5 Y5
1,247.31 952.78
2 Moving Average Berbobot
Produksi Forecasts w = 3 Y3 1,746.88
938.23 Produksi Forecasts w = 5 Y5
877.41 999.66
3 Exponential Smoothing Moving Average
Produksi Forecasts a = 0.3 Y3 1,625.36
863.09 Produksi Forecasts a = 0.5 Y5
2,268.51 846.20
Tabel 28 menunjukkan bahwa metode exponential smoothing moving average berkonstanta 0.5 mempunyai MSE yang paling kecil dibandingkan metode
moving average lainnya, yaitu 846.20. Dengan demikian, maka metode exponential
92
smoothing moving average berkonstanta 0.5 ini akan digunakan dalam analisis pendugaan produksi tahunan ikan lainnya kembung, teri, layur, selar, cakalang,
kuwe, cucut, pari, ekor merah, dan cumi-cumi di perairan Selat Bali Gambar 30.
Moving Average Type : Exp. Smoothing
Length : 0.5 Accuracy Measures
MSE : 846.20
- 500.00
1,000.00 1,500.00
2,000.00 2,500.00
3,000.00 3,500.00
4,000.00 4,500.00
1974 1975
1976 1977
1978 1979
1980 1981
1982 1983
1984 1985
1986 1987
1988 1989
1990 1991
1992 1993
1994 1995
1996 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
Tahun P
ro d
u k
s i
to n
Produksi Aktual X Produksi Forecasts a = 0.5 Y5
Gambar 30 Exponential smoothing moving average berkonstanta 0.5 pendugaan produksi tahunan ikan lainnya di perairan Selat Bali
Gambar 30 menunjukkan produksi ikan lainnya kembung, teri, layur, selar, cakalang, kuwe, cucut, pari, ekor merah, dan cumi-cumi cenderung meningkat
sejak penurunan drastis pada tahun 1996. Berdasarkan hasil analisis exponential smoothing moving average berkonstanta 0.5, produksinya pada tahun 2010
diperkirakan mencapai 2,268.51 ton. Bila dibandingkan produksi aktual tahun 2009 3,609.54 ton memang ada penurunan, tetapi bila dibandingkan dengan produksi
aktual tahun-tahun sebelumnya, misalnya tahun 2007 748.00 ton dan tahun 2008 1,315.00 ton, maka ada peningkatan signifikan. Bila hal ini berlanjut, maka produk
perikanan ini dapat menjadi alternatif bila hasil tangkapan ikan lemuru sepi di perairan Selat Bali. Menurut Tungki 2005 produksi lemuru di perairan Selat Bali
memang termasuk dominan, tetapi produk perikanan lainnya harus juga dikembangkan sehingga nelayan dapat bertahan bila hasil tangkapan lemuru
kurang menggembirakan. Hal ini karena dari evaluasi surplus produksi menunjukkan jumlah hasil tangkapan yang tidak seirama dengan peningkatan
93
upaya penangkapan, sehingga mengindikasi bahwa potensi lemuru bisa habis di perairan Selat Bali.
5.2.5 Pendugaan Produksi Ikan Menggunakan Exponensial Cubic Spline