Perumusan masalah Model pengelolaan perikanan tangkap di Kawasan Selat Bali

4 potensial harus dipertahankan dan didukung pengembangannya. Pemerintah otonomi dari kabupaten dan provinsi yang berbatasan hendaknya dapat bekerjasama dan berkooordinasi dengan baik dan harmonis mewujudkan upaya pengelolaan tersebut demi menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya perikanan bagi kesejahteraan nelayan dan masyarakat sekitar, serta mendukung pembangunan perikanan yang berkelanjutan di kawasan Selat Bali.

1.2 Perumusan masalah

Mengacu kepada latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian empirik untuk mendapatkan model pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan yang berbasis otonomi daerah di lokasi. Untuk mendukung maksud ini, maka diajukan lima permasalahan yang diharapkan dapat dipecahkan melalui penelitian ini, yaitu : 1 Kawasan perairan Selat Bali termasuk kawasan perikanan yang overfishing di Indonesia, dimana sumberdaya ikan sudah mulai menipis di lokasi. Kondisi ini tentu sangat mempengaruhi kesejahteraan nelayan yang mana kehidupannya sangat tergantung dari kegiatan menangkap ikan. Hal ini tentu kurang baik bagi kehidupan keluarga nelayan, dimana daya beli keluarga nelayan menjadi rendah, pemenuhan pendidikan, kesehatan bisa tidak terlayani dengan baik. 2 Produksi hasil perikanan di lokasi berfluktuasi disamping karena kawasan Selat Bali overfishing juga karena pengaruh musim. Bila fluktuasi tersebut berupa hasil produksi yang menurun drastis tentu sangat memprihatinkan bagi kehidupan nelayan. Apalagi bidang perikanan ini menjadi tumpuan dominan sekitar 80 dari ekonomi nelayan dan masyarakat di kawasan. 3 Usaha perikanan yang dilakukan nelayan di kawasan Selat Bali, tidak akan dapat membantu peningkatan kesejahteraan nelayan, bila tidak layak secara finansial. Pertimbangan kelayakan ini sangat penting untuk memastikan dapat atau tidaknya usaha perikanan tertentu untuk dapat dilanjutkan di masa yang akan datang. Hasil produksi yang berfluktuatif di kawasan Selat Bali memberi ancaman besar terhadap usaha perikanan yang dilakukan nelayan sekitar dan sangat mempengaruhi pendapatan nelayan. 4 Kegiatan pengelolaan perikanan yang terjadi di lokasi belum berjalan efektif dan efisien. Hal ini antara lain karena tidak ada koordinasi yang baik diantara lembaga perikanan yang ada, dimana cukup banyak fungsi 5 pengelolaan yang tumpang-tindih bahkan saling menghambat. Di samping itu, stakeholders atau pelaku kelembagaan dari kabupatenprovinsi otonomi terkait mempunyai kepentingan masing-masing dalam pengelolaan perikanan. 5 Kawasan Selat Bali merupakan perbatasan tiga kabupaten dan dua provinsi. Kondisi ini cenderung mempersulit pengelolaan, apalagi di era otonomi daerah dimana setiap kabupaten dan provinsi mempunyai kewenangan masing-masing. Kondisi pengelolaan tersebut langka dan belum ada sistem pengelolaan yang tepat untuk mendukungnya. Model pengelolaan yang mengakomodasikan kondisi tersebut tentu sangat diharapkan sehingga posisi perbatasan tidak menjadi penghambat pengelolaan pasar, pengelolaan SDI, kegiatan penangkapan, industri pengolahan serta tujuan pembangunan nasional di bidang perikanan.

1.3 Tujuan Penelitian