Kajian Teoritis Model Pengembangan Model Pengelolaan Kawasan Selat Bali

149 kontrukkomponen pelengkapnya akan dijelaskan dalam pengembangan model teroritis pada Bagian 8.1.1. Semua komponen baik utama maupun pelengkap berinteraksi satu sama lain untuk menciptakan aktivitas perikanan di kawasan Selat Bali. Pola interaksi antar komponen tersebut ditunjukkan oleh sifat pengaruh dan signifikasi pengaruh dalam interaksi antar komponen, dan hal ini sangat dibutuhkan untuk memilih tindakan tepat dan cepat pada kegiatan perikanan tangkap di kawasan guna perbaikan pada kesejahteraan nelayan dan efektifitas pelaksanaan pembangunan perikanan. Kesejahteraan nelayan yang lebih baik akan menjadi jaminan bagi keberlanjutan aktivitas penangkapan ikan yang merupakan pilar dari pembangunan perikanan di kawasan Selat Bali.

8.1.1 Kajian Teoritis Model

Kajian teroritis model merupakan kegiatan mengembangkan dan mengkroscek beberapa komponen penyusun model dan interaksinya sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kajian teoritis ini juga penting untuk memperkuat landasan penyusunan model sehingga tidak ada keraguan terhadap struktur model dan interaksi yang dikembangkannya. Menurut Badan Pusat Statistik 2008, tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dapat diukur dari pendapatan, konsumsi, kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja, keadaan tempat tinggal, kehidupan beragama, rasa aman pada masyarakat. Kajian pada Bab 4 juga menunjukkan pentingnya komponen tersebut sebagai penentu kesejahteraan nelayan Selat Bali. Terkait dengan ini, maka pendapatan, tempat tinggal, pendidikan dan kesempatan kerja, kesehatan dan kehidupan sosial yang ditawarkan dalam path diagram sebagai komponen pelengkapdimensi untuk konstruk kesejahteraan nelayan dapat diterima. Menurut Senge 1990 komponen pasar sangat menentukan keberlanjutan kegiatan ekonomi di suatu kawasan. Hasil survai lapangan menunjukkan bahwa tujuan pasar produk perikanan Selat Bali terdiri dari pasar lokal, pasar nasional Surabaya, Denpasar dan Jakarta, dan pasar ekspor Singapura, USA, dll. Terkait dengan ini, maka kinerja pasar lokal, nasional dan ekspor dapat diterima sebagai komponen pelengkapdimensi terkait konstruk pasar. Senge 1990 juga menyatakan bahwa suatu organisasi perlu menjadikan kriteria pertumbuhan growth, return on investment ROI, revenue pendapatan, dan daya saing sebagai ukuran dari kinerja organisasi. Menurut Bygrave 1997 150 dan Asri 2000, kontribusi eksternal seperti pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan pelayanan sosial yang baik dapat menentukan eksistensi organisasi di suatu kawasan. Oleh karena pertumbuhan, penyerapan tenaga kerja, dan income atau pendapatan yang digunakan dalam path diagram masuk lingkup teori tersebut dan ada kesesuaian dengan kondisi lapangan, maka ketiganya dapat diterima sebagai dimensi dari konstruk usaha penangkapan ikan dan dimensi dari konstruk industri pengolahan. Sedangkan pertumbuhan, daya saing, dan layanan yang berkelanjutan sustainable dapat diterima sebagai dimensi dari konstruk pembangunan nasional Stock sumberdaya ikan sangat dipengaruhi oleh kelengkapan komponen rantai makanan keanekaragaman hayati, kondisi lingkungan perairan, dan kegiatan konservasi Monintja, 2007, sehingga ketiganya cukup relevan sebagai dimensi untuk konstruk sumberdaya ikan. Menurut Baiquni 2005, keberadaan Pemerintah Daerah otonomi dengan hak, wewenang, dan kewajibannya diharapkan dapat menjaga iklim investasi yang kondusif, penyiapan infrastruktur, struktur kelembagaan yang dapat menjaga kelangsungan investasi, eksplorasi, dan pemanfaatan sumberdaya alam di wilayahnya. Sedangkan menurut Depdagri 2005, perangkat hukum dan perijinan memegang peranan penting dalam pengembangan suatu aktivitas ekonomi termasuk di bidang perikanan karena menentukan lingkup usaha dan pola penanganan yang dapat dilakukan. Oleh karena infrastruktur, perijinan, dan kelembagaan yang diakomodir dalam path diagram terkait konstruk OTDA, tidak bertentangan dengan teori tersebut dan ketiganya juga penting dalam implementasi kewenangan otonomi Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jembrana, maupun Kabupaten Buleleng, maka ketiga komponen dapat diterima sebagai dimensi untuk konstruk Otonomi Daerah OTDA. Oleh karena rancangan path diagram yang ditawarkan dalam metodologi Bab 3 tidak memuat komponen yang bertentangan dengan hasil kajian teoritis maupun kondisi lapangan yang ada, maka rancangan path diagram tersebut dapat digunakan secara utuh untuk mengembangkan model pengelolaan perikanan tangkap di kawasan Selat Bali. Bahasan berikutnya akan membahas kegiatan pengembangan model dimaksud. 151

8.1.2 Model Awal