162
Dalam kaitan ini, maka upaya pelestarian keanakeragaman hayati ini perlu dilembagakan di kawasan sehingga berbagai program terkait dapat dilakukan
dengan cepat dan tepat sasaran. PEMDA terkait dengan berkerjasama dengan pemerintah Pusat perlu membuat lembaga yang secara khusus memonitor dan
menjamin kelestarian hayati perairan Selat Bali, misal berupa Balai Perlindungan Laut dan sejenisnya. Selama ini, tugas-tugas memang sudah dilakukan oleh
lembaga lain sperti BPSPL Bali, BKSDA Jatim, BKSDA Bali, dan lainnya, namun lingkup kegiatannya terlalu luas sehingga tidak bisa fokus pada perlindungan
keanekaragaman hayati di perairan Selat Bali. Oleh karena perairan Selat Bali mempunyai potensi perikanan besar yang unik, potensi riset kelautan, namun
rawan dengan ancaman karena tingginya tingkat pemanfaatan dan padat lalu lintas penyeberangan di lokasi, maka lembaga tersebut tidak ada salahnya
dikembangkan di lokasi.
8.2.3 Pola Pengelolaan Usaha Penangkapan
Usaha penangkapan ikan merupakan komponen pengelolaan yang sangat vital di kawasan Selat Bali setelah sumberdaya ikan SDI. Hal ini karena usaha
penangkapan tersebut menopang kehidupan masyarakat pesisir di kawasan Selat Bali, dan juga menjadi sumber bahan baku utama industri pengolahan yang banyak
terdapat di lokasi. Usaha penangkapan seperti purse seine one boat system OBS, purse seine two boat system TBS, gill net dan payang merupakan jenis
usaha penangkapan ikan utama yang banyak dioperasikan oleh nelayan di lokasi. Keempat usaha penangkapan tersebut telah dinyatakan layak dikembangkan di
lokasi Bab 6, sehingga tidak akan menjadi masalah secara finansial di masa datang. Setiap tahunnya, purse seine one boat system OBS, purse seine two
boat system TBS, gill net dan payang dapat menghasilkan penerimaan berturut- turut Rp 992,928,000.-, Rp 1,998,132,000.-, Rp 673,292,000.- dan Rp
636,290.000.-. Dari penerimaan tersebut, purse seine one boat system OBS, purse seine two boat system TBS, gill net dan payang dapat menghasilkan
keuntungan tahunan masing-masing Rp 664,463,000.-, Rp 1,478,762,000.-, Rp 400.662,000.- dan Rp 404,572,500.-.
Namun demikian, keberadaan usaha penangkapan ikan tersebut sangat berkaitan dengan komponen lainnya yang terdapat di kawasan. Usaha
penangkapan ini menentukan tingkat penerimaan pajak di tiga kabupaten terkait, yaitu Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jembrana, dan Kabupaten Buleleng.
163
Seperti disebutkan sebelumnya, usaha penangkapan ikan dibutuhkan oleh nelayan sebagai sumber kesejahteraan dan industri sebagai sumber bahan baku. Begitu
juga secara internal, kegiatan usaha penangkapan tersebut akan mempengaruhi pertumbuhannya, pendapatannya, maupun tingkat penyerapannya untuk tenaga
kerja. Tabel 50 akan menyajikan pengaruh atau posisi tawar dari usaha penangkapan terhadap komponen lainnya di kawasan Selat Bali baik langsung,
tidak langsung, dan maupun berdasarkan pengaruh totalnya. Berdasarkan Tabel 50, pengelolaan usaha penangkapan mempunyai
hubungan langsung dengan kesejahteraaan nelayan, pajak, industri, pertumbuhan X31, penyerapan tenaga kerja X32, dan pendapatan usaha penangkapan ikan
X33. Sedangkan hubungan dengan 14 komponen lainnya bersifat tidak langsung. Hubungan pengelolaan usaha penangkapan dengan penyerapan tenaga kerja
X32 mempunyai koefisien positif paling tinggi, yaitu sekitar 12,649. Hal ini karena usaha penangkapan dominan seperti purse seine one boat system OBS, purse
seine two boat system TBS, gill net dan payang dapat menyerapkan banyak tenaga kerja, yaitu masing-masing 17 orangunit, 34 orangunit, 12 orangunit, dan
15 orangunit. Tingkat penyerapan yang tinggi ini memberi peluang kerja yang besar bagi masyarakat sekitar terutama bagi keluarga nelayan yang sangat
bergantung pada usaha penangkapan ikan.
164
Tabel 50 Koefisien pengaruh langsung, tidak langsung, dan pengaruh total dalam interaksi pengelolaan usaha penangkapan
Komponen Direct Effects
DE Indirect Effects
IE Total Effects
TE
Pasar Kesejateran_Nelayan
-0.076 -0.076
Pajak -0.131
-0.573 -0.704
Pembangunan_Nasional -0.069
-0.069 OTDA
-0.002 -0.002
Industri 6.494
6.494 Penangkapan
SDI X13
X11 X12
X53 -0.109
-0.109 X74
-0.004 -0.004
X73 0.054
0.054 X72
-0.23 -0.23
X71 0.046
0.046 X52
0.178 0.178
X51 -0.069
-0.069 X63
X62 X61
-0.002 -0.002
X43 0.09
0.09 X42
0.804 0.804
X41 6.494
6.494 X31
1.36 1.36
X32 12.649
12.649 X33
1 1
X21 X22
X23 Menurut Dahuri et al. 1996 pengembangan usaha penangkapan akan
memberi efek positif lebih luas bagi kehidupan masyarakat pesisir, dimana kepala nelayan dapat terlibat dalam penangkapan dan isterinya dapat membantu dalam
pelayanan jasa dan pengolahan. Untuk mengetahui lebih jauh, apakah pengaruh siginifikan atau tidaknya pengaruh langsungutama komponen penyerapan tenaga
kerja usaha penangkapan X32 serta komponen lainnya terhadap pengelolaan usaha penangkapan, sehinga perlu mendapat perhatian di lokasi, maka Tabel 51
menyajikan hal tersebut.
165
Tabel 51 Koefisien pengaruh KP dan Probability P dalam interaksi pengelolaan usaha penangkapan
Interaksi KP
S.E. C.R.
P Label
Pajak -- Penangkapan
-0.131 0.403
-0.324 0.746 par-18 Kesejateran_Nelayan -- Penangkapan
-0.076 0.026
-2.917 0.004 par-22 X33
-- Penangkapan 1
Fix X32
-- Penangkapan 12.649 5.509
2.296 0.022 par-3 X31
-- Penangkapan 1.36
0.486 2.795 0.005 par-4
Berdasarkan Tabel 51, faktor yang berpengaruh terhadap usaha penangkapan yang bersifat signifikan P 0.05 adalah pengaruhnya terhadap
kesejahteraan nelayan, penyerapan tenaga kerja usaha penangkapan X32, dan pertumbuhan usaha penangkapan ikan X31, yaitu masing-masing dengan
koefisien pengaruh -0.076 P = 0.004, 12.649 P = 0.022, dan 1.36 P = 0.005. Sifat signifikan kesejahteraan terhadap usaha penangkapan memberi indikasi
kesejahteraan masyarakat sekitar sangat berdampak pada kegiatan penangkapan yang dilakukan selama ini oleh nelayan. Hal ini karena anggota masyarakat yang
terlibat sebagai nelayan sangat banyak daerah pesisir, dan aktivitas ekonomi yang berkembang hampir semuanya di bidang perikanan. Menurut Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Banyuwangi 2010, sekitar 80 ekonomi Kabupaten Banyuwangi bergerak di bidang perikanan dan sebagian besar berpusat di Muncar.
Namun melihat pengaruh yang terjadi saat ini, kesejahteraan masyarakat nelayan berpengaruh negatif terhadap pengelolaan usaha penangkapan KP yang
negatif, yaitu -0.076. Hal ini terjadi diduga karena usaha penangkapan umumnya dimiliki oleh pengusaha perikanan atau nelayan besar, sehingga nelayan kecil yang
banyak di lokasi cenderung tersisihkan. Terkait dengan ini, dalam rangka menjamin keberlanjutan pengelolaan usaha penangkapan ke depan perlu dikembangkan
perhatian penuh pada pemberdayaan nelayan kecil, dimana program-program pemerintah seperti pelatihan, hibah alat tangkap, dan lainnya harus berorientasi
kepada nelayan kecil sehingga usaha penangkapan yang mereka lakukan lebih berkembang dan kesejahteraannya lebih baik.
Namun demikian, hal tersebut harus dilakukan tanpa mengurangi penyerapan tenaga kerja pada usaha perikanan besar, karena dampaknya terhadap
pengelolaan usaha penangkapan seperti disebutkan sebelumnya sangat besar dan signifikan KP = 12.649 pada P = 0.022. Menurut Djadijono, et. al 2006,
pembangunan daerah sangat bergantung pada sinergi pengembangan usaha ekonomi kecil dengan usaha ekonomi menengah dan besar. Usaha ekonomi kecil
menjadi penopang usaha ekonomi besar baik dalam bentuk penyediaan bahan
166
baku, bahan pendukung, maupun menjadi pemasaran usaha ekonomi besar, dan sebaiknya usaha ekonomi besar menjadi pelindung usaha ekonomi kecil dalam
bentuk jaminan pasar, pembinaan usaha, dan lainnya. Kondisi usaha penangkapan ikan yang ada juga sangat layak, akibat dari
tingkat keuntungan yang didapat jauh lebih tinggi dari suku bunga yang bisa diberikan oleh bank, sehingga nelayan yang punya uang lebih, kebanyakan tertarik
berinvestasi pada usaha penangkapan tersebut daripada menyimpan uangnya di bank. Kondisi menyebabkan pertumbuhan usaha penangkapan secara signifikan
mempengaruhi kondisi usaha penangkapan yang ada saat ini KP = 1.36 pada P = 0.005. Hasil analisis sebelumnya menunjukkan bawa purse seine one boat system
OBS, purse seine two boat system TBS, gill net dan payang mempunyai IRR masing-masing 102.55, 140.15, 53.08, dan 66.25, sedangkan suku bunga
bank hanya 6.25. Terkait dengan ini, maka pemerintah juga perlu mengatur secara jelas tentang kuota tangkap yang diperbolehkan, tanpa menghambat
pengembangan usaha penangkapan ikan yang potensial termasuk yang berskala besar. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan eksplorasi daerah penangkapan
ikan yang baru penyerapan tenaga kerja, konservasi sumberdaya dalam bentuk penebaran bibit ikan, dan lainnya. Bila hal ini dapat dilakukan, maka kawasan Selat
Bali benar-benar dapat menjadi sentra perikanan strategis yang produktif, ramah lingkungan dan keberlanjutan. Menurut Liana et al. 2001 keberlanjutan ekonomi
pesisir berbasis perikanan sangat tergantung pada produktivitas pengelolaan yang menyelaraskan kegiatan pemanfaatan dengan kegiatan konservasi, tidak mutlak
karena luasnya perairan yang dikelola.
8.2.4 Pola Pengelolaan Industri Pengolahan