Penerimaan Usaha Perikanan Model pengelolaan perikanan tangkap di Kawasan Selat Bali

111 payang membutuhkan solar yang lebih sedikit, yaitu sekitar 150 liter per trip Rp 675,000,- per trip atau sekitar 31,500 liter per tahun Rp 148,500,000,- per tahun. Tabel 37. Kebutuhan operasional per trip usaha perikanan payang Uraian Volume Harga Satuan Rp Nilai Rp Minyak tanah 1.00 12,000.00 12,000.00 Bensin 2.00 4,500.00 9,000.00 Solar 150.00 4,500.00 675,000.00 Oli 0.25 25,000.00 6,250.00 Es 4.00 14,000.00 56,000.00 Air tawar 10.00 1,000.00 10,000.00 Ransum 1.00 225,000.00 225,000.00 Total 993,250.00 Sumber : Hasil analisis data lapangan 2010 Hal ini karena karena lama operasi penangkapan ikan menggunakan payang sedikit lebih rendah, yaitu hanya sekitar 6-8 jam. Untuk bensin dan minyak tanah, penggunaannya dalam operasi payang juga lebih sedikit daripada purse seine dan gill net yaitu masing-masing 1 liter dan 2 liter setiap trip operasi. Bensin dan minyak tanah tersebut hanya digunakan bila nelayan payang pulang agak larut malam, misalnya karena berangkatnya di siang hari dan lainnya. Menurut Cochrane 2002, pengaturan operasi merupakan cara yang paling tepat untuk mendapatkan keuntungan ekonomi maksimal dari suatu usaha perikanan. Kebutuhan es dalam operasi payang sekitar 4 balok Rp 56,000,- per trip. Penggunaan ini lebih sedikit dibandingkan pada purse seine dan gill net karena jumlah hasil tangkapan payang di Selat umumnya lebih sedikit daripada purse seine dan gill net. Air tawar juga dibutuhkan lebih sedikit dalam operasi payang, yaitu sekitar 8 jerigen setiap tripnya. Hal ini karena lama operasinya yang lebih pendek daripada gill net dan purse seine, meskipun jumlah ABK yang ikut serta lebih banyak sekitar 15 orang daripada gill net sekitar 12 orang.

6.3 Penerimaan Usaha Perikanan

Penerimaan yang diperoleh nelayan dari operasi penangkapan ikan menggunakan purse seine one boat system, purse seine two boat system, gill net, dan payang dapat dihitung dari hasil tangkapan yang diperoleh setiap trip operasi yang dilakukan. Jenis ikan yang ditangkap umumnya terdiri dari ikan lemuru, layang, tongkol, dan lainnya. Untuk operasi purse seine TBS, pada musim puncak 112 dapat menghasilkan ikan sekitar 3,127 kg per trip, sedangkan pada musim sedang sekitar 330 kg per trip, dan musim paceklik hanya sekitar 150 kg per trip. Kondisi ini terjadi umumnya disebabkan oleh pola migrasi ikan sasaran, dimana pada bulan Oktober-Pebruari, ikan ikan pelagis banyak di perairan Selat Bali, sedangkan pada bulan Agustus-September tidak banyak. Bulan Agustus-September merupakan musim paceklik hasil tangkapan gill net. Gambar 35 menyajikan perbandingan jumlah hasil tangkapan, purse seine one boat system OBS, purse seine two boat system TBS, gill net, dan payang setiap tripnya pada musim puncak, sedang, dan paceklik di Selat Bali. 718 1,170 1,520 1,417 2,310 3,127 482 832 1,296 425 815 1,217 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 Pacekelik Sedang Puncak M u s im Hasil Tangkapan kgtrip Purse Seine OBS Purse Seine TBS Gill Net Payang Gambar 35. Hasil tangkapan per trip purse seine OBS, purse seine TBS, gill net, dan payang berdasarkan musim Berdasarkan Gambar 35, hasil tangkapan purse seine TBS paling tinggi di setiap musim dibandingkan usaha perikanan lainnya, yaitu pada musim puncak, sedang, dan paceklik berturut-turut adalah 3,127 kg per trip, 2,310 kg per trip, dan 1,417 kg per trip. Hal ini karena alat tangkap purse seine TBS ini sangat aktif, menggunakan dua kapal yang keduanya dioperasikan sekaligus dalam operasi penangkapan ikan. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi 2007, kecepatan purse seine TBS dalam memerangkapkan ikan sasaran sangat cepat dan efektif, sehingga tidak banyak ikan sasaran yang lolos. Dibandingkan tiga usaha perikanan lainnya, payang termasuk mempunyai hasil tangkapan yang paling rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh lama operasi payang yang sedikit lebih rendah dibandingkan tiga usaha perikanan lainnya dan efektivitas 113 penangkapan yang lebih rendah dan agak sulit mensiasati pola migrasi ikan di Selat Bali. Namun demikian, keempat usaha perikanan tersebut mempunyai hasil tangkapan yang cukup fluktuatif di setiap musimnya. Menurut Cochrane 2002, produksi yang fluktuatif menjadi penyebab utama harga jual ikan berbeda-beda di setiap musim. Pada musim paceklik, harga jual rata-rata hasil tangkapan purse seine OBS, purse seine TBS, gill net, dan payang sekitar Rp 4,800,- per kg, sedangkan pada musim sedang karena jumlah ikan lebih banyak turun menjadi Rp 4,000,- per kg, dan pada musim puncak turun lagi menjadi sekitar Rp 3,000,- per kg. Hal ini dapat dipahami, karena semakin banyak ikan, maka alternatif bagi pembeli dan distributor banyak, sedangkan nelayan harus segera menjual hasil tangkapannya agar tidak rusak. Namun demikian, secara umum harga jual tersebut termasuk rendah yang disebabkan oleh hasil tangkapan nelayan umumnya berupa ikan lemuru 79,97 , dimana harga jual lemuru tersebut hanya berkisar Rp 2,000,- – Rp 3,500,- per kg. Untuk menghindari fluktuasi harga yang terlalu tinggi dan cenderung merugikan nelayan, maka Pemerintah Daerah di tiga kabupaten terkait Banyuwangi, Jembrana, dan Buleleng perlu membuat dan mengatur mekanisme perdagangan produk hasil perikanan, sehingga harga jual tidak di monopoli oleh pembelidistributor besar. Pengaturan dalam SKB No. 238 Tahun 1992674 tahun 1992 terkait pengendalian pemasaran oleh TPI ditambah dengan KUD Mina masing-masing daerah supaya dapat bekerjasama di bidang pemasaran merupakan upaya yang tepat untuk mengendalian harga juga ikan di kawasan Selat Bali sehingga tetap stabil, kompetitif dan menguntungkan nelayan. Dalam kaitan ini, maka kegiatan pelelangan di tempat pelelangan ikan TPI perlu diaktifkan kembali untuk kawasan yang masih banyak dikendalikan oleh tengkulakpengusaha besar. Untuk Kabupaten Banyuwangi misalnya, PPI Muncar perlu mengambil alih secara penuh pelelangan ikan dan hanya fokus pada kegiatan penangkapan saja. Menurut Hermawan 2006, b ila harga dapat dikendalikan dengan baik, maka nelayan lebih nyaman, operasi penangkapan berjalan tertib, retribusi kepada PEMDA lebih lancar, dan kegiatan perikanan dapat berkelanjutan. Dari harga jual yang berlaku saat ini dan jumlah hasil tangkapan ikan nelayan setiap musim, maka dapat diketahui kondisi penerimaan dari operasi purse seine OBS, purse seine TBS, gill net dan payang setiap musimnya seperti disajikan pada Tabel 38. 114 Tabel 38. Kondisi penerimaan dari operasi purse seine TBS, purse seine OBS, gill net dan payang Musim Penerimaan Rp Purse Seine OBS Purse Seine TBS Gill Net Payang Puncak 456,000,000 938,100,000 349,920,000 328,590,000 Sedang 468,000,000 924,000,000 277,100,000 277,100,000 Paceklik 68,928,000 136,032,000 46,272,000 30,600,000 Total Rp 992,928,000 1,998,132,000 673,292,000 636,290,000 Sumber : Hasil analisis data lapangan 2010 Berdasarkan Tabel 38, jumlah penerimaan yang diperoleh setiap tahunnya dari operasi purse seine OBS sekitar Rp 992,928,000,-, purse seine OBS sekitar Rp 1,998,132,-, gill net sekitar Rp 673,292,000,- dan payang sekitar Rp 636,290,000,-. Menurut data tersebut, purse seine TBS merupakan usaha perikanan dengan penerimaan paling tinggi, dibandingkan tiga usaha perikanan lainnya di Selat Bali. Hal ini lebih didukung oleh mekanisme operasi yang memanfaatkan dua kapal secara aktif sehingga produktivitas penangkapan lebih tinggi. Secara umum, usaha purse seine baik TBS maupun OBS mempunyai penerimaan yang lebih tinggi. Hal ini bisa menjadi penyebab purse seine lebih banyak dikembangkan di kawasan dibandingkan usaha perikanan lainnya. Namun, apakah purse seine juga lebih layak secara finansial untuk dikembangkan dibandingkan usaha perikanan lainnya, hasil analisis parameter finansial terkait kelayakan usaha pada bagian berikutnya akan membahas hal ini.

6.4 Kelayakan Usaha Berdasarkan Parameter Finansial