Pendugaan Produksi Ikan Menggunakan Exponensial Cubic Spline

93 upaya penangkapan, sehingga mengindikasi bahwa potensi lemuru bisa habis di perairan Selat Bali.

5.2.5 Pendugaan Produksi Ikan Menggunakan Exponensial Cubic Spline

Pada bagian ini akan dilakukan analisis pendugaan produksi ikan dengan menggunakan metode spline. Hasil pendugaan produksi ikan-ikan lemuru, tongkol, layang dan ikan lainnya menggunakan metode spline secara berturut-turut disajikan pada Gambar 31 – 34. Forecasts from Cubic Smooth 10 20 30 40 20000 40000 60000 80000 Gambar 31 Exponential cubic spline pendugaan produksi ikan lemuru di perairan Selat Bali 94 Forecasts from Cubic Smooth 10 20 30 40 -20000 -10000 10000 20000 30000 Gambar 32 Exponential cubic spline pendugaan produksi ikan tongkol di perairan Selat Bali Forecasts from Cubic Smooth 10 20 30 40 -2000 2000 4000 6000 Gambar 33 Exponential cubic spline pendugaan produksi ikan layang di perairan Selat Bali 95 Forecasts from Cubic Smooth 10 20 30 40 5000 10000 15000 Gambar 34 Exponential cubic spline pendugaan produksi ikan lainnya di perairan Selat Bali Pada Gambar 31 – 34, garis merah merupakan nilai pendugaan sedangkan gambar hitam merupakan nilai produksi ikan aktual. Hasil pendugaan ditampilkan untuk sepuluh tahun ke depan namun untuk membandingkan dengan hasil pendugaan dengan metode moving average maka hasil pendugaan dengan metode spline hanya digunakan satu periode ke depan. Terlihat bahwa metode spline bisa memberikan hasil pendugaan yang sangat smoothhalus, sehingga diharapkan error yang didapatkan juga kecil. Menurut Gaspersz 1992, hasil pendugaan yang smooth menunjukkan kemampuan metode untuk meminimalisir dampak fluktuasi data terhadap kesalahan pengukuran error hasil dugaan. Namun tidak begitu dengan pendugaan ikan lemuru, metode spline sepertinya kurang bagus digunakan untuk kasus ini. Kinerja metode spline berupa nilai pendugaan forecasts produksi pada satu tahun ke depan tahun 2010 serta nilai MSE-nya disajikan pada Tabel 29. Selain itu, nilai MSE dari metode moving average terbaik ditampilkan juga sebagai perbandingan. 96 Tabel 29 Kinerja metode spline dalam pendugaan produksi ikan di perairan Selat Bali Jenis Ikan Forecasts Spline 2010 ton MSE Spline MSE Moving Average Terbaik Lemuru 44,899.13 19495.38 19279.45 Tongkol 2,035.30 1713.97 2543.23 Layang 1,967.01 1411.80 1649.54 Lainnya 2,921.11 577.53 846.20 Berdasarkan Tabel 29, terlihat bahwa metode spline menghasilkan nilai MSE yang lebih kecil untuk produksi ikan tongkol, layang dan lainnya. Sedangkan MSE hasil pendugaan untuk ikan lemuru dengan metode spline dan metode moving average nilainya hampir sama. Hasil pendugaan pada bab ini menunjukkan bahwa tidak ada metode terbaik untuk pendugaan produksi ikan. Artinya, performance dari metode-metode yang ada sangat tergantung dari datanya. Menurut Chaffee 1985, akurasi dan keterwakilan data dari semua komponen yang dianalisis sangat menentukan kinerja model analisis yang dilakukan. Sedangkan menurut Ferdinand 2002, model dengan kinerja yang baik akan mencerminkan fitting kesesuaian hasil pendugaan model terhadap nilai aktual. Terkait dengan ini, maka secara umum, metode spline bisa memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan metode moving average. 97 6 KELAYAKAN USAHA PERIKANAN

6.1 Kebutuhan Investasi Usaha Perikanan