Pengembangan Kelembagaan Perikanan Model pengelolaan perikanan tangkap di Kawasan Selat Bali

20 sebagaimana diungkapkan oleh Nikijuluw 2002 yang menyatakan bahwa konsep pembangunan yang berkelanjutan sustainable development merupakan salah satu buah dari pergeseran paradigma otonomi.

2.4 Pengembangan Kelembagaan Perikanan

Penataan kelembagaan merupakan langkah awal dari pembangunan kelautan dan perikanan sekaligus mewujudkan cita-cita reformasi. Dalam Kabinet Persatuan Nasional yang dibentuk pada tahun 1999, perikanan dan kelautan tidak lagi merupakan sub-sektor dari sektor pertanian tetapi telah menjadi sektor tersendiri yang pengelolaannya secara nasional dikendalikan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan DKP. Hal ini menjadi pijakan awal perlunya pengembangan kelembangan sektor perikanan dan kelautan skala nasional DKP, 2008. Kelembagaan perikanan sangat dibutuhkan untuk memecahkan berbagai isu pengelolaan perikanan selama ini. Kurangnya pembinaan terhadap masyarakat nelayan dan lemahnya ekonomi mereka, serta perlunya peningkatan kontribusi sumberdaya terbarukan produk perikanan dari perairan Indonesia yang sangat luas 23 dari luas wilayah Indonesia menjadi fokus penting dikembangkannya kelembagaan perikanan di Indonesia. Pendidikan dan pelatihan bagi sumber daya manusia terus diupayakan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya manusia baik dari segi pola pikir maupun dalam keterampilan, sehingga nantinya dapat memiliki wawasan ke depan serta dapat menguasi teknologi dan mempunyai inovasi menghadapi tantangan-tantangan yang terjadi di masa datang Tamba, 2004 dan Wahab, 1997. Menurut Dahuri 2001, dalam pengembangan kelembagaan perikanan ini, Departemen Kelautan dan Perikanan beserta seluruh jajarannya sampai ke tingkat pemerintahan terendah bertanggung jawab atas berhasil tidaknya rencana pembangunan tersebut. Kegiatan pembangunan perikanan dan kelautan ini tidak bisa dilaksanakan sendiri oleh Departemen Kelautan dan Perikanan, karena adanya pihak dan instansi lainnya yang berkepentingan. Komitmen pemerintah secara kelembagaan dalam mendukung pembangunan perikanan laut merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan di sektor perikanan laut. Oleh karena rumitnya struktur kelembagaan yang ikut ambil bagian dalam menangani persoalan-persoalan perikanan laut membuat semakin banyaknya masalah- masalah yang timbul. Terkait dengan ini, maka diperlukan penataan kembali 21 lembaga-lembaga yang terkait dalam bidang perikanan laut sehingga wewenang dan fungsinya jelas dan optimal. Perlunya sikap rendah hati dari setiap pimpinan lembaga untuk melepaskan campur tangannya dan menyerahkan kepada lembaga yang terkait Nontji, 1997. Beberapa lembaga formal instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan aktivitas di sektor perikanan dan kelautan adalah Departemen Perhubungan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Pertahanan dan Keamanan, Departemen Keuangan, Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil serta Departemen- Departemen lain yang terkait. Selain instansi atau lembaga formal tersebut, pembangunan perikanan dan kelautan ini juga banyak berhubungan dengan lembaga keuangan dan lembaga informal di masyarakat atau tempat usaha Mantjoro, 1997. Lembaga informal tersebut diantaranya perkumpulan nelayan, seperti Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia HNSI, Masyarakat Perikanan Nusantara MPN, paguyuban nelayan, dan kelompok masyarakat. Keberadaan lembaga informal ini di lokasi aktivitas perikanan dan kelautan sangat penting untuk menjaga keberlanjutan aktivitas pemanfaatan di lokasi tersebut. Bila pengembangan kelembagaan ini berjalan baik, maka kekhawatiran banyak orang terhadap pengelolaan sektor perikanan dan kelautan segera berakhir dan eksistensi Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai lembaga Pemerintah yang menaungi sektor perikanan dan kelautan bangsa dapat tetap terjaga Linting dan Anung 1994.

2.5 Konsep Konstruktif Pembangunan Perikanan