Tingkat Kesejahteraan Nelayan Menurut Indikator Kesejahteraan

73 dapat diperoleh dengan mudah di lokasi. Hal yang sama juga dialami oleh nelayan di kawasan Pengambengan, Kabupaten Jembrana, namun umumnya dapat memanfaatkan lahan kosong yang banyak terdapat di kawasan Pengambengan. Menurut Widodo dan Nurhakim. 2002 fasilitas sosial yang baik dapat mendukung pengembangan masyarakat nelayan yang berdampak positif bagi peningkatan motivasinya dalam pengelolaan sumberdaya perikanan kawasan. 5 12 3 6 10 4 9 9 2 51. 67 33. 33 15. 00 5 10 15 20 25 30 35 a. Mudah b. Cukup c. Sulit K e m u d a h a n B e ro la h R a g a Jumlah RTN Banyuwangi Jembrana Buleleng Prosentase Gambar 22 Kemudahan berolah raga di kawasan Selat Bali Responden = 60 RTN Untuk nelayan Selat Bali di Kabupaten Buleleng, menyalurkan hobi olah raga terutama sepak bola dan bola voli relatif lebih mudah daripada di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jembrana Gambar 22. Hal ini karena lahan kosong yang dapat dimanfaatkan untuk olah raga tersebut cukup banyak di lokasi nelayan banyak di desa, sehingga nelayan tidak harus bepergian ke tempat yang lebih jauh untuk menyalurkannya. Namun demikian, sarana olah raga yang ada di lokasi juga terbatas seperti di dua kabupaten lainnya, sehingga untuk menyalurkan hobi olah raga lainnya yang bersifat indoor dan memerlukan sarana khusus juga tidak mudah cukup jauh. Namun demikian secara umum, nelayan Selat Bali masih dapat menjalankan hobi dalam olah raga di sekitar tempat tinggalnya, meskipun tidak semua terpenuhi karena keterbatasan fasilitas olah raga yang ada di lokasi.

4.6 Tingkat Kesejahteraan Nelayan Menurut Indikator Kesejahteraan

Menurut BPS 1991 kesejahteraan merupakan hal yang sangat penting tatkala kita berbicara tentang masyarakat community termasuk masyarakat 74 nelayan di kawasan Selat Bali yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada kebaikan alam. Seperti masyarakat nelayan pada umumnya, kehidupan nelayan Selat Bali sangat bergantung pada potensi sumberdaya ikan, pola musim, dan kondisi iklim perairan yang ada di Selat Bali. Menurut Putra 2000 bila potensi sumberdaya ikan melimpah dan kondisi perairan bersahabat, maka hasil tangkapan yang didapat nelayan akan semakin banyak, kesejahteraan nelayan dapat terangkat, dan konflik pengelolaan selalu dapat diselesaikan dengan baik. Hal ini karena kebutuhan dasar nelayan dapat terakomodir dengan baik dari pendapatan penangkapan ikan yang layak. Tingkat kesejahteraan akan sangat mempengaruhi produktivitas kerja nelayan, daya beli keluarga nelayan, dan kehidupan sosial yang dijalaninya. Secara luas, tingkat kesejahteraan nelayan ini akan mempengaruhi perilaku dalam berinteraksi dengan komunitas dan dengan lingkungan sekitarnya termasuk dalam pengelolaan potensi perikanan dan kelautan di kawasan Selat Bali. Perilaku dan potensi nelayan dapat diarahkan pada hal-hal yang lebih positif, bila para nelayan tidak terlalu banyak disibukkan oleh urusan perut dan bagaimana bisa bertahan hidup dari hari ke hari. Terkait dengan ini, tingkat kesejahteraan merupakan kebutuhan vital yang perlu dipenuhi segera, sebelum mengharapkan peran dari suatu kelompok masyarakat termasuk nelayan di kawasan Selat Bali. Dahuri et. al 1996 untuk pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang terpadu, maka nelayan sebagai pelaku utama harus dipenuhi kebutuhannya kesejahteraannya terlebih dahulu, dan bila hal ini dapat dilakukan maka potensi nelayan dapat diandalkan secara maksimal. Hasil analisis dan bahasan tingkat kesejahteraan menurut indikator kesejahteraan yang dikeluarkan oleh BPS 1991 pada Bagian 4.1-4.4 telah memberikan petunjuk penting tentang tingkat kesejahteraan nelayan di kawasan Selat Bali baik yang terdapat di pesisir Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jembrana maupun Kabupaten Beleleng. Rangkuman penilaian terhadap semua indikator yang dinilai disajikan pada Tabel 23. 75 Tabel 23 Tingkat kesejahteraan nelayan menurut indikator kesejahteraan No. Indikator Kesejahteraan Skor Indikator 1 Pendapatan Rumah Tangga Nelayan RTN per bulan 1.98 2 Konsumsi rumah tangga diukur dengan konsumsi beras per tahun 3.33 3 Keadaan tempat tinggal I atap, nilik, status kepemilikan, jenis lantai, luas lantai 2.00 4 Keadaan tempat tinggal II luas pekarangan, hiburan, pendingin ruangan, penerangan, bahan bakar, sumber air, dan MCK 2.00 5 Kesehatan anggota keluarga 2.33 6 Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari petugas medis, termasuk didalamnya pelayanan KB dan obat-obatan jarak RS terdekat, jarak ke poliklinik, kesiapan biaya berobat, penanganan berobat, alat kontrasepsi, konsultasi KB 2.00 7 Kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan biaya sekolah, jarak ke sekolah, dan prosedur penerimaan 3.00 8 Kemudahan mendapatkan pekerjaankesempatan kerja lama mendapat pekerjaan, alternatif pekerjaan yang bisa diperoleh, kesesuaian pekerjaan dengan harapan 2.00 9 Kehidupan beragama 2.70 10 Rasa aman dari gangguan kejahatan 2.27 11 Kemudahan berolah raga 2.18 Total Skor Indikator 25.80 Menurut BPS 1991, tingkat kesejahteraan termasuk ‘tinggi’ bila mempunyai total skor indikator 27-34, ‘sedang’ bila mempunyai total skor indikator 19-26, dan ‘rendah’ bila mempunyai total skor indikator 11-18. Mengacu kepada klasifikasi tersebut, maka tingkat kesejahteraan nelayan di kawasan Selat Bali termasuk ‘sedang’ karena mempunyai total skor indikator sekitar 25.80 ada dalam range 19- 26. Bila dibandingkan dengan kehidupan nelayan pada umumnya di tanah air, maka tingkat kesejahteraan kawasan Selat Bali tersebut bisa dikatakan lebih baik. Kondisi ini lebih disebabkan oleh adanya beberapa indikator kesejahteraan yang mempunyai skor yang tinggi, seperti konsumsi rumah tangga diukur dengan konsumsi beras per tahun skor indikator 3.33 pada skala 1-4, kesehatan anggota keluarga skor indikator 2.33 pada skala 1-3, kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan skor indikator 3 pada skala 1-3, kehidupan beragama 76 skor indikator 2.70 pada skala 1-3, dan rasa aman dari gangguan kejahatan skor indikator 2.27 pada skala 1-3. Tingginya kontribusi indikator konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan nelayan lebih didukung oleh pendapatan nelayan yang tidak begitu jelek dari kegiatan penangkapan ikan 48.33 berpendapatan Rp 750.000 – Rp 2.500.000 per bulan dan berkembangnya usaha sampingan yang dilakukan oleh beberapa nelayan, seperti berkebun, menjadi pemandu wisata dan lainnya. Menurut Pinkerton dan Evelyn 1989 pengembangan usaha sampingan sangat penting untuk mempertahankan eksistensi perikanan lokal. Hal ini disamping menumbuhkan inovasi produk perikanan lokal juga dapat memberi pendapatan tambahan bagi masyarakat nelayan lokal. Kegiatan penangkapan ikan yang bergantung kepada musim, akan dapat disubstitusikan sementara waktu bila usaha sampingan berjalan dengan baik, dimana anggota keluarga nelayan terlibat aktif di dalamnya. Kesehatan anggota keluarga juga dianggap mempunyai kontribusi besar skor indikator 2.33 pada skala 1-3 bagi kesejahteraan nelayan dominan karena semakin baik atau minimal cukup baiknya kondisi kesehatan anggota keluarga nelayan Tabel 16, dimana hanya 12.90 RTN yang pernah sakit 50 dari anggota keluarganya. Hal ini lebih didukung oleh intensifnya program Pemerintah Daerah PEMDA dalam memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakatnya terutama di Kabupaten Jembrana. Dalam pelaksanaan program ini, aparat PEMDA juga aktif memberikan bimbingan dan penyuluhan kesehatan kepada anggota masyarakat melalui program lingkungan bersih, penyemprotan obat nyamuk malaria, kegiatan KB dan penimbangan bayi. Di Kabupaten Banyuwangi, pelayanan kesehatan gratis juga diberikan, namun masih terbatas untuk pengobatan penyakit tertentu yang sifatnya ringan dan musiman. Namun demikian, konsumsi rumah tangga nelayan yang tinggi seperti dijelaskan sebelumnya, juga mendukung kondisi kesehatan anggota keluarga nelayan. Menurut Dutton 1998 kondisi yang baik pada anggota masyarakat pesisir dapat mendukung interaksi yang lebih diantara anggota dalam semua kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan yang ada di kawasan. Kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan mempunyai kontribusi sangat besar skor indikator 3 pada skala 1-3 bagi kesejahteraan nelayan lebih karena adanya beberapa hal positif terkait pendidikan di kawasan Selat Bali, seperti adanya program pendidikan gratis yang diberikan oleh Pemerintah Daerah, ketersediaan fasilitas pendidikan di semua lokasidesa tempat 77 tinggal nelayan di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jembrana, dan 90 desa tempat tinggal nelayan di Kabupaten Buleleng. Disamping itu, proses penerimaan murid juga mudah dimana nelayan tinggal membawa anak ke sekolah yang dituju, maka akan langsung diterima. Khusus untuk Kabupaten Jembrana, menurut PEMDA Kabupaten Jembrana 2008 PEMDA menyediakan fasilitas kendaraan antar-jemput pada beberapa lokasi yang dianggap banyak dilalui anak sekolah, sehingga biaya transportasi dapat dihemat. Kondisi ini tentu sangat baik, sehingga nelayan dapat berharap banyak tentang pendidikan dan masa depan anaknya di kemudian hari sehingga lebih produktif dan tidak banyak beban dalam bekerja, serta lebih termotivasi untuk mendukung setiap program pemerintah termasuk dalam mendukung pembangunan perikanan berkelanjutan di kawasan Selat Bali. Kehidupan beragama skor indikator 2.70 pada skala 1-3 dan rasa aman dari gangguan kejahatan skor indikator 2.27 pada skala 1-3 juga mempunyai kontribusi besar bagi kesejahteraan nelayan di kawasan Selat Bali karena secara umum toleransi kehidupan beragama sangat tinggi di kawasan Selat Bali, dimana nelayan yang beragama Islam, Hindu, Kristen tidak pernah konflik karena urusan agama di lokasi. Hal ini bisa terjadi karena kultur saling menghargai sangat dijunjung tinggi di lokasi dan secara historis kerajaan Islam di Banyuwangi dan kerajaan Hindu di Bali selalu hidup berdampingan, dan dalam hal-hal tertentu terjadi alkulturasi budaya, seperti pada bentuk bangunan dan penghormatannya terhadap alam dan lingkungan. Kondisi ini juga berdampak positif bagi penciptaan rasa aman dari kejahatan. Memang di sana sini terjadi perbedaan, seperti perebutan fishing ground, namun sikap tanggap dari PEMDA terkait untuk segera menengahinya menjadi hal positif yang terus dipertahankan. Menurut Charles 1992 pemerintah harus memberi perhatian penuh terhadap konflik perikanan yang ada dan tidak hanya sebatas menyelesaikan tetapi harus menjamin suasana kondusif sehingga konflik sejenis tidak terjadi lagi di kemudian hari, dan stakeholders lainnya seperti nelayan, pedagang, dan masyarakat umumnya juga harus mendukung. Terlepas dari itu semua, tingkat kesejahteraan nelayan di kawasan Selat Bali cukup mudah untuk ditingkatkan sehingga masuk klasifikasi ‘tinggi’ karena skor indikatornya 25.80 lebih dekat ke angka 27 sebagai batas minimal tingkat kesejahteraan tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbaiki indikator dengan skor yang masih rendah, misalnya indikator Pendapatan Rumah Tangga Nelayan skor indikator 1.98 pada skala 1-3. Terkait dengan hal ini, maka upaya-upaya 78 yang realistis yang dapat menambah pendapatan rumah tangga nelayan dan mengangkat kesejahteraan secara umum perlu terus dilakukan di kawasan Selat Bali. Upaya dan tindakan tersebut akan menjadi bagian bahan pertimbangan penting dalam perumusan strategi interaksi kelembagaan dan pemodelan terkait pengelolaan sumberdaya perikanan di kawasan Selat Bali. Menurut Fauzi 2005 upaya yang realistis harus menjadi muatan utama dalam perumusan strategi dan kebijakan sehingga dapat diaplikasi secara nyata di kemudian hari. 79 5 PENDUGAAN PRODUKSI PERIKANAN

5.1 Gambaran Umum Produksi Ikan