14
Tabel 6. Perkembangan Produksi Ikan layang Berdasarkan Daerah di Selat Bali, 1994-2003 ton
Tahun Buleleng
Jembrana Muncar
Jumlah
1994 29.25
2,812.33 732.19
3,574
1995 182.47
1,758.18 598.84
2,539
1996 93.27
721.59 616.46
1,431
1997 102.39
202.34 4,959.80
5,265
1998 25.38
177.23 951.35
1,154
1999 67.49
120.16 1,006.94
1,195
2000 78.37
220.35 1,454.71
1,753
2001 56.69
1,485.41 2,216.75
3,759
2002 45.68
371.49 3,059.20
3,476
2003 94.47
257.61 3,171.05
3,523 Rata-rata
77.55 812.67
1,876.73 2,767
Sumber: DKP, 2005 Tabel 7. Perkembangan Produksi Ikan Layang Berdasarkan Alat Tangkap di Selat
Bali, 1994-2003 ton
Tahun Payang
Pukat Pantai
Purse saine
Gillnet Pancing
Jumlah
1994 139.96
12.80 3,451.92
36.40 178.99
3,820.08
1995 111.82
14.42 2,220.26
26.63 222.86
2,595.98
1996 118.56
45.04 1,033.89
99.66 163.68
1,460.83
1997 810.16
12.72 3,851.12
109.51 429.51
5,213.01
1998 192.66
45.71 676.43
90.06 164.94
1,170.80
1999 238.40
14.97 694.40
79.36 142.58
1,169.71
2000 323.24
31.57 900.14
99.73 353.46
1,708.14
2001 651.73
15.21 2,634.91
51.02 421.94
3,774.81
2002 832.31
23.50 1,973.81
339.86 321.36
3,490.85
2003 832.56
17.12 1,988.95
137.32 479.95
3,455.90 Rata-
rata 425.14
23.40 1.942.54
106.96 287.93
2,786.01
Sumber: DKP, 2005
15
Produksi ikan layang di Selat Bali adalah rata-rata sebesar 2,786.01 ton per tahun, terbagi ke dalam tiga daerah yaitu kabupaten Buleleng sebesar 96.61 ton per
tahun atau 3.47 dari total produksi, kabupaten Jembrana sebesar 812.67 ton per tahun atau 29.17 dari total produksi dan Muncar 1,876.73 ton per tahun atau
sebesar 67.36 dari total produksi, Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6. Ikan layang di Selat ini dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap purse seine,
payang, pancing, gillnet dan pukat pantai. Alat purse seine merupakan alat tangkap paling dominan produksi tangkapannya yaitu sebesar 1,942.58 ton per tahun atau
80 dari rata-rata total produksi ikan layang per tahun. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7.
2.2 Kemiskinan dan Kesejahteraan Nelayan 2.2.1 Kemiskinan Nelayan
Menurut Dahuri 2001, kemiskinan merupakan kondisi dimana kebutuhan dan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah tidak dapat dipenuhi dengan
baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, baik langsung maupun tidak langsung. Kemiskinan merupakan persoalan yang mendasar dalam kehidupan
nelayan. Ada tiga jenis kemiskinan yang biasanya terjadi di kalangan nelayan, yaitu
kemiskinan struktural, kemiskinan kultural maupun kemiskinan alamiah. Kemiskinan struktural dapat terjadi bila kondisi struktur sosial nelayan yang tidak
dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Hal ini umumnya terjadi pada nelayan kecil yang tidak mempunyai
akses kepada pasar sehingga mereka tidak ikut menikmati harga riil dari hasil produksinya, dan disisi lain marjin harga lebih banyak dinikmati oleh pedagang atau
pengusaha. Kemiskinan kultural terjadi karena faktor kultur dari nelayan, yaitu budaya
nelayan yang belum mampu mengelola ekonomi rumah tanga secara baik karena budaya hidup konsumtif. Disamping itu belum kuatnya budaya organisasi
dikalangan mereka menyebabkan secara kolektif nelayan belum mampu memberdayakan dirinya. Sedangkan kemiskinan alamiah di kalangan nelayan lebih
banyak disebabkan karena rusaknya sumberdaya pesisir dan laut. Kerusakan sumberdaya pesisir dan laut tersebut dapat disebabkan oleh karena faktor alam
maupun oleh faktor manusia seperti pemboman ikan, pencemaran dan sebagainya.