Evaluasi kriteria goodness of fit

47 4. Uji comparative fit index CFI Uji CFI digunakan untuk mengukur tingkat tingkat fitnya model yang dibangun. Berbeda dengan indeks lainnya, index ini tidak tergantung pada ukuran sampel. Nilai CFI yang direkomendasikan sama atau lebih besar dari 0.9. 5. Uji terhadap indeks CMINDF Indeks CMINDF merupakan pembagian X 2 6. Uji adjusted goodness of fit index AGFI dengan degree of freedom. Indeks ini menunjukkan tingkat fitnya model. Uji AGFI digunakan untuk mengukur galat regresi. Galat regresi yang dimaksud analog dengan R 2 7. Uji tucker lewis index TLI dalam regresi berganda. Uji TLI digunakan untuk membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. TLI merupakan alternatif incremental fit index dari model yang dikembangkan.

3.4.5.6 Modifikasi dan Interpretasi Model

Kegiatan modifikasi dilakukan untuk mengembangkan interaksi dalam model sehingga dihasilkan hasil analisis SEM dengan kriteria goodness of fit yang sesuai dengan yang dipersyaratkan. Bila model telah memenuhi kriteria goodness of fit tersebut berarti model telah mencerminkan kondisi nyata di lokasi. Dengan demikian, model tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai alternatif pola pengelolaan yang menjamin keberlanjutan pembangunan perikanan di kawasan Selat Bali. Interpretasi merupakan kegiatan penggunaan model dalam menjelaskan interaksi pengelolaan terbaik di antara komponen utama pengelolaan seperti pasar, industri pengolahan, penangkapan ikan, pengelolaan SDI, otonomi daerah serta kesejahteraan dalam rangka mendukung pembangunan perikanan yang berkelanjutan di lokasi. Dalam interpretasi tersebut akan dijelaskan komponen- komponen yang berinteraksi signifikan, tidak signifikan, signifikan positif dan signifikan negatif baik langsung maupun tidak langsung, makna dari interaksi tersebut, dampak dalam dinamika pengelolaan, dan upaya menyiasatinya sehingga mendukung keberlanjutan perikanan di kawasan. 48 4 TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN

4.1 Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga

Pendapatan dan konsumsi rumah tangga merupakan indikator kesejahteraan penting yang dikeluarkan oleh BPS 1991 dalam mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat termasuk nelayan. Indikator ini sangat relevan untuk penelitian sosial kemasyarakatan karena aspek analisisnya sesuai dengan kondisi sosial yang ada dan dijalani oleh masyarakat nelayan. Dalam kaitan dengan pendapatan dan konsumsi, indikator ini mencakup hal-hal yang terkait dengan kemampuan nelayan untuk mendapatkan uang dan membelanjakan kembali menjadi barang konsumsi untuk rumah tangganya.

4.1.1 Pendapatan Rumah Tangga Nelayan

Tingkat pendapatan rumah tangga nelayan diukur dari jumlah pendapatan yang didapat oleh rumah tangga nelayan RTN dari kegiatan perikanan yang dilakukannya baik langsung maupun tidak langsung. Tabel 12 menyajikan kondisi pendapatan rumah tangga nelayan RTN di kawasan Selat Bali. Tabel 12 Hasil analisis indikator pendapatan Rumah Tangga Nelayan RTN Uraian Jumlah RTN Bobot Total Skor Pendapatan RTN a. Rp 2500000 15 3 45 b. Rp 750000 - Rp 2500000 29 2 58 c. Rp 750000 16 1 16 Skor indikator 1.98 Sumber : Hasil analisis data lapangan 2010 Berdasarkan Tabel 12, pendapatan nelayan di kawasan Selat Bali termasuk cukup baik, yaitu dengan skor indikator 1,98 pada skala 1-3. Hal ini karena 15 dari 60 RTN yang menjadi responden mempunyai pendapatan tinggi Rp 2,500,000,- per bulan dan 29 RTN mempunyai pendapatan sedang antara Rp 750,000,- – Rp 2,500,000,- per bulan. Menurut Liana et. al 2001 pendapatan yang baiklayak akan meningkatkan eksistensi masyarakat nelayan community di kawasan perikanan. Hal ini karena nelayan akan betah tinggal di kawasan dan lebih giat beraktivitas dalam pengembangan ekonomi kawasan. Namun bila tiga kabupaten di