Konsumsi Rumah Tangga Nelayan

50

4.1.2 Konsumsi Rumah Tangga Nelayan

Konsumsi rumah tangga nelayan merupakan jumlah bahan makanan pokok yang dapat dibeli dan dikonsumsi oleh rumah tangga nelayan dalam menjalankan kehidupannya. Oleh karena makanan pokok nelayan di Selat Bali berupa beras, maka konsumsi rumah tangga ini diukur dari tingkat konsumsi beras yang dilakukan setiap tahunnya oleh nelayan tersebut. Pemilihan ukuran beras ini mengacu kepada Sayogyo 1977 tentang pengukuran kesejahteraan masyarakat dari pemenuhan bahan pokok bagi rumah tangganya, dimana beras juga merupakan bahan pokok bagi rumah tangga nelayan di kawasan Selat Bali. Hasil analisis skoring menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga nelayan di kawasan Selat Bali mempunyai skor indikator 3,33 pada skala 1-4. Skor yang cukup tinggi didukung oleh keadaan dominan nelayan di lokasi yang dapat mengkonsumsi beras 480 kg per tahun 28 dari 60 RTN responden. Rumah tangga nelayan yang mengkonsumsi beras 270 – 379 kg per tahun hanya 8 RTN, sedangkan yang mengkonsumsi beras 270 kg per tahun tidak ada Tabel 13. Tabel 13 Hasil analisis indikator konsumsi rumah tangga diukur dengan konsumsi beras per tahun Uraian Jumlah RTN Bobot Total Skor Konsumsi rumah tangga a. 480 kg 28 4 112 b. 380-480 kg 24 3 72 c. 270 – 379 kg 8 2 16 d. 270 kg 1 Skor indikator 3.33 Sumber : Hasil analisis data lapangan 2010 Kabupaten Banyuwangi dan Jembrana merupakan kabupaten yang banyak rumah tangga nelayannya mengkonsumsi beras 480kg per tahun, yaitu masing- masing 12 RTN dan 11 RTN dari 60 RTN responden Gambar 5. Konsumsi beras RTN yang tinggi mengindikasikan bahwa nelayan di kedua kabupaten umumnya bertarap hidup layak tidak miskin. Hal ini bisa jadi karena pendapatan yang diperoleh setiap kali melaut cukup baik terutama di Kabupaten Banyuwangi, sehingga rumah tangga nelayan mempunyai daya beli yang cukup tinggi terhadap bahan pokok konsumsi. Jusuf 2005 menyatakan bahwa peningkatan pendapatan merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pemberdayaan ekonomi nelayan. Hal ini penting supaya daya beli nelayan meningkat dan nelayan lebih terpacu untuk 51 berkontribusi dalam pembangunan nasional. Sedangkan di Kabupaten Buleleng, dominan nelayan mempunyai tingkat komsumsi beras 380 – 480 kg per tahun. Hal ini terjadi karena nelayan di lokasi ini umumnya nelayan skala kecil yang kegiatan penangkapannya sangat bergantung kepada musim Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Buleleng, 2009. Hasil tangkapan yang kadang tidak menentu menyebabkan pendapatan dan daya beli terhadap bahan konsumsi bisa terganggu. Terhadap konsumsi ini, beberapa nelayan di lokasi juga ada yang menjalankan usaha sampingan sebagai petani kebun, sehingga kebutuhan pokok dapat dipenuhi dari hasil kebun singkong, pisang dan kelapa. 12 5 3 11 6 3 5 13 2 2 4 6 8 10 12 14 a. 480 kg b. 380-480 kg c. 270 – 379 kg d. 270 kg Konsumsi Beras J u m la h R T N Banyuwangi Jembrana Buleleng Gambar 5 Konsumsi rumah tangga nelayan di kawasan Selat Bali Responden = 60 RTN Secara umum, konsumsi nelayan di ketiga kabupaten tersebut termasuk cukup baik. Meskipun ada beberapa yang tidak bisa memenuhi konsumsi beras secara ideal, tetapi tidak ada nelayan di ketiga kabupaten Wilayah selat Bali yang tergolong paling miskin. Kondisi ini tentu relatif baik, dan program pemerintah terutama terkait dengan pemberdayaan ekonomi tinggal diarahkan pada kelompok kecil dari nelayan yang ada di kawasan, yaitu 13 nelayan dengan konsumsi RTN 270 – 379 kg per tahun. Jusuf 2005 menambahkan bahwa nelayan kecil harus menjadi prioritas dalam pemberdayaan ekonomi pesisir, selain untuk menghindari kesenjangan diantara nelayan juga untuk mempercepat pembangunan pesisir yang masyarakatnya kebanyakan dari nelayan kecil. 52 4.2 Keadaan Tempat Tinggal 4.2.1 Keadaan Rumah