138
Sedangkan menurut Martin dan Tony, 1996, interaksi alat tangkap dalam mendapatkan hasil tangkapan yang diinginkan akan minimal pada perairan yang
potensial, dan hal ini dapat menjadi kondisi yang baik bagi ekologi dan kelangsungan sumberdaya hayati. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk
menciptakan kondisi tersebut. Kewenangan otonomi K-OTONOM merupakan faktor pembatas yang
paling berkepentingan dalam pengelolaan perikanan di kawasan Selat Bali terkait orientasi PAD, yaitu dengan rasio kepentingan RK 0.391 pada inconsistency
terpercaya 0.04 Gambar 43. Hal ini karena dengan pelaksanaan kewenangan otonomi, daerah dapat mengatur dan menentukan sendiri, tidak hanya terkait jenis
pelayanan yang diberikan, tetapi jenis pajakretribusi daerah, sumber-sumber PAD yang dianggap potensial, dan besaran nilai retribusi tersebut. Menurut Yusron, et.al
2001, di era otonomi, pemerintah daerah memegang peranan penting bagi pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakatnya, karena daerah dapat
menentukan sendiri orientasi pembangunan yang dilakukan dan sumber pendanaan yang mungkin dari masyarakatnya. Kondisi perairan KOND-AIR merupakan faktor
pembatas pengelolaan yang tidak begitu penting dibandingkan tiga faktor pembatas lainnya RK = 0.126 pada inconsistency terpercaya 0.04 dalam pengelolaan
perikanan di kawasan Selat Bali terkait orientasi PAD.
7.3 Kepentingan Alternatif Strategi Kelembagaan Pengelolaan
Hasil analisis ini merupakan tujuan akhir dari analisis AHP terkait prioritas strategi kelembagaan pengelolaan sumberdaya ikan SDI berbasis otonomi daerah
di kawasan Selat Bali. Hasil analisis ini telah mengakomidir kepentingan dari kriteria pengembangan kelembagaan pengelolaan dan faktor pembatas
pengelolaan yang telah dibahas pada bagian sebelumnya. Dalam analisis menggunakan sofware TeamEC, alternatif strategi kelembagaaan pengelolaan ini
disingkat dengan ketentuan : a. Pengembangan koordinasi intensif PEMDA dalam setiap aktivitas pengelolaan,
disingkat PKISAP b. Pengembangan koordinasi intensif PEMDA dalam kontrol alokasi alat tangkap
dan lokasi tangkap, disingkat PKIATLT c. Pengembangan koordinasi intensif PEMDA dalam kontrol alokasi alat tangkap
dan konflik, disingkat PKIATK
139
d. Pengembangan pengelolaan dilakukan oleh lembaga khusus yang dibentuk bersama oleh PEMDA terkait, disingkat PPLKB
e. Pengembangan semua bentuk kegiatan pengelolaan oleh PEMDA masing- masing, disingkat PSBPM
Gambar 44. Hasil analisis kepentingan alternatif strategi kelembagan pengelolaan untuk keseluruhan pertimbangan
Hasil analisis rasio kepentingan setiap alternatif strategi kelembagaan pengelolaan sumberdaya ikan berbasis otonomi daerah di Selat Bali tersebut
setelah diolah menggunakan sofware TeamEC ditunjukkan pada Gambar 44. Berdasarkan Gambar 44, alternatif pengembangan pengelolaan dilakukan oleh
lembaga khusus yang dibentuk bersama oleh PEMDA terkait PPLKB mempunyai rasio kepentingan paling tinggi dibandingkan lima alternatif strategi kelembagaan
pengelolaan lainnya, yaitu mencapai 0.284 pada inconsistency terpercaya 0.05. Batas inconsistency yang diperbolehkan secara statistik adalah tidak lebih dari 0.1.
Dengan demikian, maka alternatif PPLKB ini menjadi strategi prioritas pertama untuk pengembangan kelembagaan pengelolaan sumberdaya ikan lestari berbasis
otonomi daerah di kawasan Selat Bali. Strategi PPLKB memberi fokus pada pengelolaan sumberdaya ikan yang lebih fokus dan terintegrasi sehingga
140
sumberdaya ikan tetap lestari, dan kelestarian ini haruslah menjadi ujung tombak semua kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan Musick, et. al, 2008
Rasio kepentingan yang tinggi untuk alternatif pengembangan pengelolaan dilakukan oleh lembaga khusus yang dibentuk bersama oleh PEMDA PPLKB ini
sebenarnya sudah terlihat dari interaksi beberapa faktor pembatas pengelolaan, misalnya interaksi kepentingan faktor pembatas kondisi perairan dalam orientasi
kriteria POT-SDI Gambar 45 dan interaksi kepentingan faktor pembatas kualitas SDM perikanan dalam orientasi KS-KERJA Gambar 46.
Gambar 45. Tampilan hasil analisis pada hierarki goal-kriteria POT-SDI-faktor pembatas KOND-AIR-alternatif strategi kelembagan pengelolaan
Berdasarkan Gambar 45, alternatif strategi pengembangan pengelolaan dilakukan oleh lembaga khusus yang dibentuk bersama oleh PEMDA PPLKB
mempunyai rasio kepentingan paling tinggi dibandingkan lima alternatif kelembagaan pengeloalan lainnya terkait faktor pembatas kondisi perairan KOND-
AIR dalam pengelolaan perikanan orientasi kriteria POT-SDI di Selat Bali, yaitu dengan nilai 0.370 pada inconsistency terpercaya 0.07. Sedangkan berdasarkan
Gambar 46, alternatif strategi PPLKB tersebut juga mempunyai rasio kepentingan paling tinggi dibandingkan lima alternatif strategi kelembagaan pengelolaan lainnya
faktor pembatas kualitas SDM perikanan SDM-PER dalam pengelolaan perikanan orientasi kriteria PEND-RTN mempunyai rasio kepentingan 0.365 pada
inconsistency terpercaya 0.05. Hal ini memberi indikasi sumberdaya manusia SDM yang berkualitas baik sangat erat kaitannya dengan sumberdaya ikan lestari, SDM
mempunyai keleluasaan untuk kegiatan mengendalikan pengelolaan sumberdaya dan lingkungannya ICOFE, 2010.
141
Gambar 46. Tampilan hasil analisis pada hierarki goal-kriteria KS-KERJA-faktor pembatas SDM-PER-alternatif strategi kelembagan pengelolaan
Pengembangan koordinasi intensif PEMDA dalam kontrol alokasi alat tangkap dan konflik PKIATK merupakan alternatif strategi kelembagan
pengelolaan prioritas kedua karena mempunyai rasio kepentingan tertinggi kedua, 0.243 pada inconsistency terpercaya 0.05. Sedangkan pengembangan koordinasi
intensif PEMDA dalam kontrol alokasi alat tangkap dan lokasi tangkap PKIATLT merupakan alternatif strategi kelembagan pengelolaan prioritas terakhir, karena
mempunyai rasio kepentingan paling rendah, yaitu 0.109 pada inconsistency terpercaya 0.05. Permasalahan sebenarnya hanya terkait lokasi tangkap, dimana
pengaturannya cenderung membatasi ruang gerak nelayan dalam operasi penangkapan ikan, sehingga produktivitas penangkapan terganggu. Menurut
Wiranto 2004, pelaksanaan otonomi daerah di wilayah perairan haruslah lebih fleksibel, sehingga tidak menganggu kegiatan pengelolaan yang ada terutama di
bidang perikanan.
7.4 Konsep Implementasi Strategi Kelembagaan Pengelolaan Terpilih