55
41.67
13.33 45.00
a. milik sendiri b. sewakontrak
c. numpang
Gambar 8 Status kepemilikan rumah tinggal nelayan di kawasan Selat Bali Responden = 60 RTN
Luas lantai rumah tempat tinggal mempunyai skor subindikator cukup rendah 1.37 pada skala 1-3. Hal ini karena rumah tempat tinggal nelayan
terutama ABK umumnya berukuran kecil 66.67 dan nelayan lebih menyukai kebersamaan baik dalam melakukan penangkapan maupun urusan tempat tinggal
setelah pulang melaut. Beberapa diantaranya memang ada yang mempunyai rumah dengan luas lantai berkisar 50 – 100 m
2
Terlepas dari hal tersebut di atas, keadaan rumah tempat tinggal nelayan di kawasan Selat Bali termasuk cukup baik dan dapat dikatakan lebih baik dari rumah
kebanyakan nelayan di negeri ini. Meskipun cukup banyak yang kecil, namun rumah tersebut umumnya tidak kumuh dan layak sebagai tempat tinggal nelayan
dan keluarganya. Menurut Pomeroy 1998 tempat tinggal yang layak akan memberi kenyamanan bagi keluarga dan masyarakat nelayan dalam menjalani
kehidupannya di suatu kawasan pesisir. atau lebih, namun nelayan
umumnya dari penduduk asli yang lahir dan besar di lokasi.
4.2.2 Keadaan Fasilitas Pendukung Tempat Tinggal
Fasilitas pendukung yang ada di rumah tempat tinggal sangat menentukan kenyamanan hidup bagi penghuninya. Bila fasilitas yang dibutuhkan tidak
memadai, maka penghuni rumah cenderung tidak kerasan berada di rumah tempat tinggalnya. Menurut Pomeroy 1998 tempat tinggal yang tidak nyaman cenderung
membuat kehidupan rumah tangga nelayan tidak harmonis, dan bila ini terjadi
56
umumnya nelayan tidak dapat menyelesaikannya. Dalam kaitan ini, maka keberadaan fasilitas tersebut menjadi ukuran penting dalam menilai kesejahteraan
hidup bagi keluarga yang menghuninya termasuk dari keluarga nelayan. Menurut BPS 1991 fasilitas pendukung tempat tinggal yang menjadi
subindikator dalam menilai kesejahteraan suatu masyarakat dapat mencakup luas pekarangan rumah, hiburan utama yang ada di rumah, pendingin, penerangan,
bahan bakar, sumber air, dan MCK. Hasil analisis indikator fasilitas pendukung tempat tinggal tersebut di kawasan Selat Bali disajikan di Tabel 15.
Tabel 15 Hasil analisis indikator fasilitas pendukung tempat tinggal
No. Uraian
Skor Subindikator
1 Luas pekarangan
1.22 2
Hiburan utama 1.60
3 Pendingin
1.58 4
Penerangan 2.72
5 Bahan bakar
2.63 6
Sumber air 4.87
7 MCK
1.58 Total Ada dalam range II : 14-20
16.20 Skor Indikator
2 Sumber : Hasil analisis data lapangan 2010
Fasilitas pendukung tempat tinggal nelayan di Kawasan Selat Bali mempunyai skor indikator 2.00, yang berarti termasuk kategori cukup tabel 15.
Bila melihat satu per satu fasilitas yang ada, maka sumber air, penerangan, dan bahan bakar termasuk fasilitas pendukung yang banyak menunjang kehidupan
nelayan di kawasan Selat Bali, dengan skor subindikator masing-masing 4.87, 2.72, dan 2.63. Luas pekarangan, hiburan utama, pendingin, dan MCK yang dimiliki
nelayan belum optimal dan tidak banyak dirasakan manfaatnya. Sebagian besar nelayan di kawasan Selat Bali tidak kesulitan dalam
penyediaan air bersih. Hal ini karena PDAM telah masuk pada sentra-sentra kegiatan perikanan di sepanjang kawasan pesisir Selat Bali. Untuk Kabupaten
Banyuwangi misalnya, 60 12 dari 20 RTN telah memanfaatkan air bersih dari PDAM untuk keperluan sehari-hari keluarganya. Menurut Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Banyuwangi 2007 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah memberi prioritas utama terhadap penyediaan air bersih ini, supaya kegiatan
perikanan yang ada di kawasan Selat Bali dapat terus berkembang. Hal yang sama
57
juga terjadi di dua wilayah lainnya, dimana 50 RTN nelayan di Kabupaten Jembrana dan 45 RTN nelayan di Kabupaten Buleleng juga memanfaatkan
PDAM sebagai penyedia air bersih.
12 4
4
10 2
5 3
9 5
2 4
2 4
6 8
10 12
14 a. PAM
b.Sumur bor c. Sumur
d. Mata air e. Hujan
f. Sungai
S u
m b
e r A
ir
Jumlah RTN
Banyuwangi Jembrana
Buleleng
Gambar 9 Sumber air bersih nelayan di kawasan Selat Bali Responden = 60 RTN Sumur bor pompa dan sumur timbah tidak banyak dimanfaatkan oleh
nelayan untuk penyediaan air bersih bagi rumah tangganya. Sumur bor biasanya digunakan oleh nelayan yang tinggal terpisah dari komunitas masyarakat dan tidak
ada fasilitas PDAM ke lokasi tempat tinggalnya. Sungai masih dimanfaatkan oleh nelayan di Kabupaten Jembrana dan Buleleng, karena kondisi airnya yang relatif
bagus dan mengalir sepanjang tahun. Namun penggunaan air sungai ini hanya oleh sebagian kecil nelayan yang kebetulan tinggal di dekat sungai atau saluran
terasering yang terdapat di kedua kabupaten tersebut. Menurut Dinas PU Propinsi Bali 2010 sungai dan saluran irigasi terasering selalu dijaga di Propinsi Bali karena
mempunyai peran sangat besar bagi kehidupan masyarakat dan kesuburan alam sekitar, dan hal ini merupakan warisan yang tak ternilai harganya.
58
Gambar 10 Bahan bakar dan penerangan nelayan di kawasan Selat Bali Responden = 60 RTN
Bahan bakar dan penerangan rumah tangga nelayan mempunyai skor subindikator cukup tinggi masing-masing 2.63 dan 2.72. Bahan bakar rumah
tangga nelayan di kawasan Selat Bali umumnya dari gas Gambar 10. Penggunaan gas ini lebih disebabkan oleh program pemerintah untuk mengurangi
beban subsidi bahan bakar termasuk minyak tanah, yaitu dengan konversinya kepada penggunaan gas. Penggunaan gas ini termasuk modern pada sebagain
besar masyarakat, apalagi bisa dimiliki oleh rumah tangga nelayan. Penggunaan minyak tanah 12.33 dan kayu 11.67 masih digunakan pada beberapa
keluarga nelayan kecil yang belum sanggup membeli kompor dan tabung. Minyak tanah tersebut digunakan dalam jumlah sedikit, yaitu hanya sebagai pemicu
timbulnya nyala api pada saat memasak menggunakan kayu bakar. Penggunanan kayu sebagai bahan bakar banyak digunakan oleh nelayan Selat Bali di Kabupaten
Banyuwangi dibandingkan di Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Buleleng. Kayu bakar tersebut umumnya diperoleh oleh nelayan Kabupaten Banyuwangi banyak
dari kayu bekas palet, kotak kayu, dan potongan kayu limbah industri yang banyak terdapat di lokasi.
Luas pekarangan, pendingin, dan MCK mempunyai skor subindikator yang rendah, yaitu masing-masing 1.22, 1.58, dan 1.58. Rendahnya skor subindikator
ketiga fasilitas ini menjadi penyebab dominan fasilitas pendukung tempat tinggal nelayan di kawasan Selat Bali hanya berkategori cukup, meskipun untuk sumber air,
bahan bakar, dan penerangan mempunyai skor subindikator yang cukup tinggi. Menurut Berkes 1994 kehidupan masyarakat termasuk nelayan akan lebih baik
bila semua kebutuhan dasarnya terpenuhi terutama dari jenis sandang dan papan.
Bahan Bakar
75.00 13.33
11.67
a. gas b.minyak tanah
c. kayu
Penerangan
76.67 18.33
5.00
a. listrik b.lampu petromak
c. lampu tempel
59
.
Gambar 11 Luas pekarangan rumah nelayan di kawasan Selat Bali Responden = 60 RTN
Gambar 11 menunjukkan bahwa nelayan Selat Bali umumnya 81.67 mempunyai rumah dengan pekarangan yang kecil 50 m
2
. Hal ini karena nelayan di lokasi sudah terbiasa dengan rumah berpekarangan kecil atau bahkan tanpa
pekarangan. Untuk nelayan yang tinggal di wilayah kota misalnya di Kota Banyuwangi umumnya tidak mempunyai pekarangan sama sekali. Perbaikan alat
tangkap dan persiapan melaut biasanya para nelayan melakukan di dalam rumah atau di pinggir pantai tempat perahu bersandar.
Gambar 12 MCK keluarga nelayan di kawasan Selat Bali Responden = 60 RTN
1 4
3 12
2 5
13
1 10
9
2 4
6 8
10 12
14 a. Sendiri
b.Umum c. Perairan
d. Kebun
MCK
Jumlah RTN
Banyuwangi Jembrana Buleleng
c. 50 m2 , 81.67
a. 100m2, 3.33 b. 50-100 m2,
15.00
60
Sebagian besar nelayan di kawasan Selat Bali tidak mempunyai MCK sendiri. Keperluan mandi dan buang air besar nelayan biasanya memanfaatkan
MCK umum yang dibuat oleh pemerintah di areal yang kosong, misalnya kebun. Khusus untuk nelayan Selat Bali di Kabupaten Buleleng biasanya mandi, mencuci,
dan lainnya di sungai atau parit dari pengairan sawah yang melintasi tempat tinggal nelayan 10 dari 20 RTN responden lokasi. Hal ini sudah menjadi kebiasaan
secara turun temurun Dinas PU Propinsi Bali, 2010.
4.3 Pemenuhan Kesehatan