Permasalahan transportasi regional

9.2 Permasalahan transportasi regional

9.2.1 Pentingnya sistem transportasi regional propinsi

Keberhasilan pembangunan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berdampak nyata pada perubahan yang konstruktif dalam masyarakat di semua aspek kehidupan, serta menjadikan situasi dan kondisi lingkungannya mengalami perubahan yang fundamental ke arah peningkatan yang lebih baik dan lebih maju. Pelaksanaan pembangunan yang kini sedang berlangsung, baik secara regional maupun secara nasional, akan terus berlanjut sesuai dengan pola kebijaksanaan pemerintah atas dasar arahan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

Keberhasilan pembangunan juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat luas sehingga memperkuat stabilitas nasional. Peningkatan pertumbuhan perekonomian akan meningkatkan peranan sektor transportasi dalam menunjang pencapaian sasaran pembangunan dan hasil-hasilnya; sebaliknya, fungsi sektor transportasi akan merangsang peningkatan pembangunan ekonomi, karena antara fungsi sektor transportasi dan pembangunan ekonomi mempunyai hubungan kausal (timbal balik).

Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh negara-negara yang telah maju dan juga oleh negara-negara yang sedang

Masalah transportasi di negara sedang berkembang

Di negara Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan daerah yang sangat luas, sangat dirasakan kebutuhan akan sistem transportasi (perhubungan) yang efektif dalam arti murah, lancar, cepat, mudah, teratur, dan nyaman untuk pergerakan manusia dan/atau barang. Setiap tahap pembangunan sangat memerlukan sistem transportasi yang efisien sebagai salah satu prasyarat guna kelangsungan dan terjaminnya pelaksanaan pembangunan tersebut. Jadi, pembangunan sektor perhubungan harus direncanakan, dijabarkan, dan dilaksanakan secara terkoordinasi, terpadu, dan sesuai dengan perkembangan dan perubahan tuntutan di masa mendatang.

Salah satu komponen penting untuk menunjang pertumbuhan ekonomi adalah jaringan prasarana dasar, dalam hal ini prasarana sistem jaringan transportasi. Sejak Pembangunan Jangka Panjang (PJP) tahap I sampai sekarang, pembangunan prasarana jalan raya mendapat prioritas utama agar kegiatan ekonomi dapat bertumbuh kembang sesuai dengan yang diharapkan.

Prasarana sistem jaringan transportasi di sini diartikan sebagai alat untuk menghubungkan suatu daerah dengan daerah lain, baik melalui darat, laut, maupun udara. Hubungan darat dapat dicapai dengan membangun jalan raya atau jalan kereta api, sedangkan hubungan laut atau udara dengan membangun dermaga pelabuhan atau lapangan terbang.

Sistem perhubungan atau transportasi mana yang sesuai untuk diterapkan pada suatu daerah tergantung pada kondisi fisik/alami wilayah yang bersangkutan maupun kondisi sosial ekonomi, sektor pembangunan yang ada, serta berbagai potensi lainnya yang dimiliki oleh daerah itu. Dalam merencanakan sistem jaringan transportasi hendaknya dipertimbangkan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi sistem, antara lain karakteristik permintaan, tata guna lahan, serta kondisi daerah.

Faktor yang tidak kurang pentingnya adalah bahwa sistem jaringan transportasi pada umumnya dan sistem jaringan jalan raya dan jalan kereta api pada khususnya yang akan diterapkan harus mampu dikembangkan untuk memenuhi permintaan akan jasa transportasi pada masa mendatang. Penerapan jaringan jalan raya yang tidak sesuai dengan tata guna lahan, karakteristik permintaan, kondisi daerah setempat, serta tidak melalui perencanaan yang baik, sering menimbulkan masalah yang sulit ditanggulangi, terutama jika permintaan akan jasa transportasi sudah melampaui kapasitas sistem yang ada.

9.2.2 Rencana tata ruang wilayah nasional (RTRWN)

Rencana tata ruang wilayah nasional (RTRWN) sebagai pedoman perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah nasional menjabarkan bahwa struktur dan pola ruang nasional harus mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah serta keserasian antarsektor seperti

496 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi

Masalah transportasi di negara sedang berkembang

kawasan pariwisata, pertanian, pangan, perkebunan, industri, pertambangan, serta pertahanan keamanan atau perbatasan. Tidak dapat disangkal bahwa peran dan fungsi prasarana sistem jaringan jalan sebagai salah satu bagian dari sistem jaringan transportasi sangat dibutuhkan. Selain itu, dibutuhkan pula perumusan sistem jaringan transportasi yang memperlihatkan keterkaitan antarmoda secara terpadu untuk pengembangan kota dan kawasan serta untuk meningkatkan keterkaitan wilayah pada skala nasional.

Dalam hal ini, RTRWN juga menjabarkan syarat pemanfaatan ruang nasional untuk pembangunan kegiatan transportasi dalam menunjang kegiatan sosial, ekonomi, dan pertahanan keamanan pada kawasan budi daya, kota atau permukiman dan kawasan tertentu yang diindikasikan pada struktur dan pola ruang nasional dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran PJP tahap II. Perumusan kebijakan dan perencanaan sektor perhubungan atau transportasi yang ditempuh memerlukan keterpaduan dari semua sub-sektor, baik sub-sektor perhubungan darat, sungai, laut, maupun udara yang kesemuanya akan menciptakan sistem perhubungan atau transportasi yang bertumpu pada angkutan antarmoda yang saling mengisi dan melengkapi dalam melayani angkutan di Indonesia.

Diharapkan terwujud suatu sistem jaringan transportasi yang mengintegrasikan semua pusat kegiatan dalam konteks regional, yang tidak dapat dipisahkan dari sistem kota yang berada di sekitarnya, yang merupakan suatu kesatuan sistem kota yang berinteraksi satu sama lain. Dalam hal ini, peran dan fungsi sistem jaringan jalan raya lebih diutamakan karena mempunyai kelebihan dibandingkan dengan moda transportasi lainnya, terutama dalam hal mobilitas dan kepadatan jaringan sehingga aksesibilitas setiap tempat akan lebih mudah jika menggunakan moda transportasi jalan raya. Tetapi, sistem transportasi antarmoda terpadu sudah barang tentu merupakan jawaban yang paling tepat untuk Indonesia.

9.2.3 Rencana tata ruang wilayah propinsi (RTRWP)

Pembangunan daerah pada dasamya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional; pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah, menyangkut masalah, potensi, aspirasi, dan prioritas masyarakat daerah. Sebaliknya, keseluruhan pembangunan di daerah merupakan satu kesatuan pembangunan nasional. Dengan demikian, keduanya harus dilaksanakan secara serasi serta diarahkan agar dapat berlangsung secara berdaya guna dan berhasil guna di semua tingkat administrasi daerah.

Jika kita mengambil kasus Propinsi Jawa Barat, maka pembangunan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat terutama ditekankan pada upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna pembangunan sektoral sesuai dengan potensi dan prioritas daerah yang bersangkutan, meningkatkan daya guna sarana dan prasarana sosial ekonomi yang telah ada, serta meningkatkan kemampuan partisipasi daerah dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam hal ini terlihat bahwa Pemda Tingkat I Jawa Barat mempunyai peranan sangat penting, terutama dalam rangka koordinasi kegiatan pembangunan yang dilakukan instansi vertikal, unsur pemerintah daerah,

dunia usaha, dan masyarakat daerah. Dengan luas wilayah 44.355 km 2 , mencakup

25 Daerah Tingkat II (20 Kabupaten dan 5 Kotamadya) dan 6 Wilayah

Administratif, Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat merupakan propinsi yang berbatasan langsung dengan DKI-Jakarta. Karena itu, mempunyai posisi yang penting dalam konteks nasional sebagai pendukung utama ibukota negara.

Dalam kaitannya dengan sistem transportasi regional, perencanaan sistem transportasi diarahkan dalam rangka mendukung RTRWP. Karena itu, dalam mengkaji sistem transportasi regional, diperlukan analisa potensi wilayah, yang meliputi analisa potensi kawasan industri, pertanian dan perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambangan, sumber daya mineral, pariwisata, dan perdagangan.

9.2.4 Sistem transportasi nasional (Sistranas)

Dinamika pembangunan bidang perhubungan pada PJP tahap II mengisyaratkan terwujudnya Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) yang handal dan berkemampuan tinggi dan mendukung mobilitas barang, jasa, dan manusia secara berwawasan nasional. Globalisasi ekonomi perkembangan kawasan strategis semakin menuntut penyediaan jasa transportasi pada masa-masa mendatang. Tuntutan tersebut akan nampak keberhasilannya melalui kinerja efektivitas dan efisiensi berdasarkan parameter optimasi dan minimasi beban yang harus ditanggung masyarakat serta dapat mengantisipasi mekanika penataan sistem. Kinerja permintaan akan jasa transportasi domestik mengungkapkan bahwa jasa angkutan penumpang hingga akhir Pelita V mencapai sekitar 5 − 7% per tahun dan jasa angkutan barang sekitar 6 − 9% per tahun. Sementara itu, kinerja pertumbuhan ekonomi nasional melalui indikator (Produksi Nasional Kotor) pada kurun waktu yang sama, menunjukkan angka yang cukup tinggi, yaitu sekitar 5 − 9% per tahun.

Di samping itu, secara statistik, khususnya prasarana transportasi darat yang mempunyai unsur transportasi jalan raya, kereta api dan angkutan sungai serta danau penyeberangan menunjukkan bahwa panjang jalan di Indonesia menurut status jalan nasional, propinsi, kabupaten, kotamadya pada akhir Pelita V tahun 1993 mencapai panjang 244.164 km. Panjang jalan tersebut telah berfungsi secara meluas hampir di seluruh pelosok tanah air, termasuk wilayah pertumbuhan di pusat-pusat produksi dan di daerah yang menghubungkan pusat produksi dengan daerah pemasarannya.

Selama dasawarsa terakhir, pola pengembangan ruang nasional menunjukkan adanya pusat pertumbuhan baru yang membentuk konstalasi dan interkoneksi dengan pusat pertumbuhan yang telah ada dalam memacu pertumbuhan dan latar belakangnya. Hal ini terlihat hampir di semua wilayah Indonesia, terutama pada kawasan timur Sumatera, kawasan lintas utara dan selatan pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor Timur, Kalimatan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.

Pusat pertumbuhan pada semua wilayah di atas membentuk mata rantai pengembangan kawasan andalan yang strategis, berorientasi keluar, serta terintegrasi pada pertumbuhan regional maupun nasional. Korelasi dan interaksi antarkawasan andalan akan semakin tinggi aksesnya apabila terdapat mediator. Mediator tersebut antara lain kemudahan hubungan melalui ketersediaan prasarana perhubungan atau transportasi yang bersistem. Program Pelita VI merupakan tahap

498 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi 498 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi

9.2.5 Sistem transportasi regional propinsi

Pergerakan barang dan manusia dapat mencerminkan keterhubungan satu wilayah dengan wilayah lainnya. Keterhubungan ini sangat penting bagi perkembangan suatu daerah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan wilayah, baik secara eksternal maupun internal, akan banyak mempengaruhi kehidupan wilayah itu sendiri dan wilayah lain di sekitamya.

Adanya satu pusat pertumbuhan dan spesialisasi kegiatan pada satu lokasi akan memacu tumbuhnya bangkitan pergerakan, sehingga pengembangan jaringan jalan sebagai sarana perhubungan ini sangat dibutuhkan bagi perkembangan suatu daerah. Tingkat aksesibilitas dapat diukur dari besar kecilnya aliran pergerakan penduduk antarwilayah, dan aksesibilitas merupakan ukuran kemudahan daya hubung antardaerah yang dinilai dari beberapa indikator. Kemudahan daya hubung suatu daerah ini juga dipengaruhi oleh keberadaan sistem transportasi yang ditunjang oleh kelengkapan prasarana dan sarana perhubungan lainnya yang menyeluruh baik secara regional maupun lokal.

Untuk mendukung pengembangan pariwisata di Jawa Barat, dukungan dari prasarana dan sarana transportasi juga diperlukan. Baiknya sistem transportasi yang untuk mencapai lokasi pariwisata, atau dengan kata lain baiknya aksesibilitas lokasi pariwisata, akan menjadi salah satu penambah daya tarik potensi wisata.

Bandara Soekarno − Hatta di Propinsi Jawa Barat belum menguntungkan peningkatan wisatawan ke Jawa Barat karena jalur transportasi yang ada langsung menuju DKI-Jakarta. Karenanya, dibutuhkan jalan tembus ke arah potensi objek dan daya tarik wisata di Propinsi Jawa Barat dengan meningkatkan kualitas bandara di Kotamadya Bandung untuk mewujudkan jalur penerbangan berskala internasional.

Tingginya mobilitas penduduk menyebabkan adanya persaingan antara sarana transportasi untuk kegiatan wisata dengan kegiatan ekonomi lainnya. Selanjutnya, hal ini akan menyebabkan:

• kepadatan lalulintas tinggi •

transportasi umum regional kurang terjamin •

fasilitas antarmoda kurang mendukung mobilitas wisatawan. Sementara itu, dana pemerintah untuk mengembangkan jaringan jalan sering sangat

terbatas, sehingga sering penanganan jaringan jalan dilakukan hanya pada ruas-ruas jalan yang padat, padahal jaringan jalan yang menghubungkan daerah wisata umumnya kurang padat. Karena itu, perlu dicarikan sumber dana lain, misalnya investor yang berminat mengembangkan lokasi wisata bersangkutan.

Selain masalah pendanaan, Jawa Barat bagian selatan juga memiliki kendala alam yang menjadi kendala pembangunan jaringan jalan, yaitu adanya pegunungan di

Masalah transportasi di negara sedang berkembang

Jawa Barat bagian tengah, sehingga jalur pantai Pangandaran − Ujung Kulon harus ditembus dengan jalan yang berliku-liku dan dengan kemiringan lereng yang cukup tinggi dari daerah Jawa Barat bagian tengah dan utara.