Kesimpulan dan saran
9.12 Kesimpulan dan saran
Telah dijelaskan beberapa permasalahan transportasi yang sering terjadi di daerah perkotaan di Indonesia dan ini merupakan ciri negara sedang berkembang.
Masalah transportasi di negara sedang berkembang 555
Permasalahan yang utama adalah kemacetan, keterlambatan, serta polusi suara dan udara. Untuk mengatasinya perlu dipikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah.
Sejumlah makalah (Tamin, 1994ab, 1996cg) menjelaskan pentingnya pembagian sistem transportasi makro menjadi sistem transportasi mikro yang terdiri dari sistem Kebutuhan Transportasi (KT), Prasarana Transportasi (PT), Rekayasa dan Manajemen Lalulintas (RL dan ML), dan Kelembagaan (KLG). Telah dibahas pula bahwa kemacetan pada dasarnya timbul karena tingkat pertumbuhan akan kebutuhan transportasi melebihi tingkat pertumbuhan fasilitas prasarana yang ada. Selain itu, masalah tersebut juga timbul karena fasilitas prasarana yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Beberapa alternatif pemecahan telah diberikan, ditinjau dari sisi kebutuhan akan transportasi, prasarana transportasi, rekayasa dan manajemen lalulintas, serta kelembagaan. Peran serta pemerintah, swasta, dan masyarakat sangat diperlukan dalam memecahkan permasalahan transportasi tersebut. Setelah melakukan analisis secara menyeluruh terhadap sistem pengelolaan transportasi perkotaan pada beberapa kota di Indonesia, berikut disampaikan ini beberapa kesimpulan dan rekomendasi.
9.12.1 Kesimpulan
a Untuk mengimbangi dan menekan laju peningkatan penggunaan angkutan pribadi, harus dilakukan perbaikan sistem angkutan umum berdasarkan kemampuan angkut yang besar, kecepatan yang tinggi, keamanan dan kenyamanan perjalanan yang memadai dan, karena digunakan secara massa, haruslah dengan biaya perjalanan yang terjangkau. Jadi, harus ada sistem transportasi baru yang tidak terikat oleh jalan raya yang memenuhi semua persyaratan itu.
Hal ini hanya dapat diberikan oleh sistem angkutan terpandu atau jalan rel yang kecepatannya diatur sesuai dengan kebutuhan, dan, karena frekuensinya bisa diatur, daya angkut per satuan waktu dapat dijamin besarnya. Karena fungsinya yang demikian itulah sistem angkutan umum ini dikenal sebagai Sistem Angkutan Umum Massa (SAUM).
Yang tidak kalah pentingnya adalah sistem transportasi pengumpan. Pada beberapa daerah di pusat kota terlihat bahwa pengoperasian bus kecil dan bus sedang pada ruas jalan terpadat mencapai frekuensi yang sangat tinggi (waktu antara kendaraan sekitar 6 detik). Kondisi pengoperasian yang demikian menghambat arus lalulintas dan selanjutnya mempengaruhi pelayanan sistem angkutan umum. Terlihat juga bahwa pengoperasian bus sedang dan bus kecil mendominasi sistem angkutan umum di daerah perkotaan bila dibandingkan dengan jumlah armada bus besar. Akan tetapi, bila ditinjau dari sisi kapasitas yang tersedia dengan pengoperasian armada angkutan umum seperti itu, maka bus sedang dan bus kecil menyediakan kapasitas yang kira-kira sama dengan kapasitas bus besar.
556 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi 556 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi
• Organisasi belum terbentuk secara sempurna. Contohnya, hanya DKI- Jakarta yang dinilai mempunyai organisasi yang paling siap dan lengkap dalam melaksanakan aspek transportasi yang dilimpahkan berdasarkan PP Nomor 22 Tahun 1990. Jadi, diperlukan usaha yang nyata untuk mempercepat proses pembentukan DLLAJ Tingkat II, misalnya melalui Instruksi Gubernur.
• Pelimpahan tugas yang tidak begitu jelas. Hal ini dapat ditunjukkan dengan tumpang-tindihnya aspek transportasi yang dilimpahkan sehingga menyebabkan tidak jelasnya sistem pengelolaan transportasi yang akan dilakukan.
• Peraturan pelaksanaan yang belum jelas dan lengkap. Setiap kota yang dianalisis mempunyai jumlah peraturan pelaksanaan yang berbeda-beda. Dapat dilihat bahwa DKI-Jakarta mempunyai jumlah peraturan pelaksanaan yang cukup banyak dalam usaha melaksanakan pengelolaan aspek transportasi yang dilimpahkan berdasarkan PP Nomor 22 Tahun 1990. Untuk kota lainnya sangat dirasakan kurangnya peraturan pelaksanaan tersebut sehingga mengakibatkan tidak jelasnya tanggung jawab dan tumpang-tindih permasalahan.
c Pembentukan DLLAJ Daerah Tingkat II yang tidak tuntas mengakibatkan kemungkinan terjadinya penanganan permasalahan transportasi yang tumpang- tindih dengan satuan tugas yang dibentuk sebelumnya untuk menangani masalah lalulintas dan angkutan jalan raya yang sama.
d DLLAJ DKI-Jakarta mempunyai organisasi yang lengkap dan paling siap dan dapat dijadikan acuan dalam pembentukan DLLAJ Daerah Tingkat II di kota lain di Indonesia.
e Terbatasnya sumber daya manusia baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap permasalahan lalulintas dan angkutan jalan raya mengakibatkan tidak terbentuknya organisasi yang secara otonom harus menangani permasalahan tersebut. Untuk itu sangat diperlukan usaha untuk mempercepat tersedianya sumber daya manusia dengan kursus jabatan serta pelatihan untuk meningkatkan kemampuan teknis tenaga kerja yang ada.
f Perlunya usaha untuk meningkatkan kemampuan pendanaan daerah tingkat II melalui usaha yang berkaitan dengan transportasi, misalnya izin trayek dan KIR yang pelaksanaannya diserahkan kepada DLLAJ Daerah Tingkat II.
g Perlu penanganan terpadu antara sesama daerah tingkat II dan antara tingkat I dan II sering timbul permasalahan akibat operasi pergerakan lalulintas yang melalui 2 atau lebih daerah, misalnya trayek angkutan umum.
Masalah transportasi di negara sedang berkembang 557
9.12.2 Saran
Usul untuk mengatasi permasalahan transportasi perkotaan adalah sebagai berikut.
a Mempercepat pembentukan DLLAJ di Daerah Tingkat II dengan membentuk susunan organisasi dengan penjabaran tugas yang jelas, mengkaji produk hukum yang sudah dikeluarkan dan yang masih berlaku, mengintegrasikan berbagai produk hukum tersebut dan merencanakan produk hukum baru yang perlu dibuat.
b Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam menangani permasalahan transportasi perkotaan dengan mengadakan penyuluhan, kursus, dan pelatihan aparat pemerintah daerah.
558 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi
Notasi dan singkatan
Notasi
Untuk menyederhanakan penulisan yang berkaitan dengan definisi dan arti matematika, beberapa hal perlu didefinisikan sebagai berikut.
a = nilai indeks tingkat pelayanan (ITP)
A B = tarikan pergerakan ke zona B
A, k
i B d = faktor penyeimbang untuk setiap tujuan perjalanan atau komoditas jenis k bagi setiap zona asal i dan zona tujuan d
b k , α k , β k = parameter model yang tidak diketahui yang harus dikalibrasi untuk setiap tujuan perjalanan atau komoditas k
C id
= biaya perjalanan dari zona asal i ke zona tujuan d
= biaya perjalanan dari zona asal i ke zona tujuan d yang menggunakan rute r
id
= biaya perjalanan minimum dari zona asal i ke zona tujuan d
id
C l () V = hubungan biaya − arus antara besarnya arus dengan biaya perjalanan
untuk ruas l yang diasumsikan sebagai fungsi meningkat
C = total biaya yang dikeluarkan oleh seluruh pergerakan yang terjadi di dalam daerah kajian, = kapasitas (smp/jam)