Pemanfaatan data arus lalulintas (ATCS) untuk mendapatkan informasi MAT di daerah perkotaan

8.19 Pemanfaatan data arus lalulintas (ATCS) untuk mendapatkan informasi MAT di daerah perkotaan

8.19.1 Latar belakang

Hampir semua teknik dan metode pemecahan masalah transportasi (baik perkotaan maupun regional) membutuhkan informasi Matriks Asal − Tujuan (MAT) sebagai informasi dasar dan paling utama dalam merepresentasikan kebutuhan akan pergerakan. Metode konvensional membutuhkan survei yang sangat besar (misalnya wawancara di rumah dan di tepi jalan), biaya yang sangat mahal, waktu proses yang sangat lama, membutuhkan banyak tenaga kerja, serta sangat mengganggu pergerakan arus lalulintas.

Sebagai ilustrasi, untuk mendapatkan informasi MAT berskala nasional, selama PJP

I Indonesia hanya dapat melakukannya sebanyak tiga kali saja (tahun 1982, 1992, dan 1995). Akibatnya, di Indonesia sangat sering digunakan informasi yang sudah kadaluwarsa. Dalam pemecahan masalah transportasi pada tahun 1997, misalnya, banyak konsultan yang masih menggunakan informasi MAT tahun 1992. Hal ini disebabkan karena informasi MAT terkini tidak tersedia; sebagai contoh: meskipun sudah dilakukan survei pada tahun 1995, informasi MAT tahun 1995 tersebut belum juga tersedia sampai sekarang (1998). Tambahan lagi, krisis moneter yang berkepanjangan yang melanda negara kita mengakibatkan metode ini tidak akan

mungkin dilaksanakan dalam waktu 5 − 10 tahun mendatang. Tantangan ini menuntut suatu jawaban, apalagi dengan tingginya tingkat

pertumbuhan tata guna tanah, populasi, lapangan kerja, dan lain-lainnya, yang menyebabkan sangat dibutuhkannya informasi MAT yang bisa didapat dengan biaya yang murah dan waktu proses yang cepat. Teknik dan metode yang telah

476 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi 476 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi

Sistem Pengaturan Lampu Lalulintas Terkoordinasi (Area Traffic Control System/ATCS) yang telah dioperasikan pada beberapa kota di Indonesia (Jakarta, Bandung, dan Surabaya) telah memungkinkan kita mendapatkan informasi arus lalulintas secara otomatis dan waktu-nyata. DGLT (1996) menyebutkan bahwa ATCS sudah beroperasi di Kotamadya Bandung sejak tahun 1997. Fasilitas teknologi transfer informasi internet memungkinkan kita mendapatkan informasi tersebut langsung dari lapangan secara waktu-nyata dengan biaya yang sangat murah.

Pada dasarnya sasaran penerapan ATCS adalah untuk mencapai kinerja lalulintas yang optimal dengan meminimumkan tundaan di persimpangan dengan menciptakan pergerakan lalulintas yang relatif kontinu dengan menggunakan konsep gelombang hijau pada setiap persimpangan yang dikoordinasikan. Agar tercapai kondisi di atas maka pada setiap lengan persimpangan yang berada di bawah kordinasi ATCS dilengkapi dengan alat detektor lingkaran yang akan merekam data arus kendaraan yang melewati detektor tersebut. Data arus lalulintas tersebut digunakan sebagai data masukan bagi pengaturan sinyal lampu lalulintas secara interaktif.

Data arus lalulintas yang terekam oleh detektor disimpan pada pangkalan data di pusat kontrol ATCS melalui sistem jaringan telekomunikasi. Data arus lalulintas di pusat kontrol diperbaharui secara periodik dan waktu-nyata serta dapat diakses dengan biaya sangat murah melalui fasilitas internet. Data inilah yang merupakan data masukan utama bagi pemodelan MAT secara dinamis. Sebagai ilustrasi, di kotamadya Bandung, terdapat sebanyak 117 persimpangan yang berada di bawah kordinasi ATCS yang dibagi menjadi 2 wilayah yaitu wilayah Utara meliputi 59 persimpangan dan wilayah Selatan meliputi 58 persimpangan.

Data arus lalulintas yang didapat dari ATCS adalah data arus lalulintas di lengan persimpangan sedangkan data yang dibutuhkan untuk proses penaksiran MAT adalah data pada ruas jalan. Untuk itu, dibutuhkan suatu Faktor Konversi yang dapat digunakan untuk mengkonversikan nilai arus persimpangan menjadi nilai arus ruas jalan.

8.19.2 Pengembangan sistem

Penelitian sebelumnya (Tamin, 1988ab) telah memungkinkan MAT didapat dengan hanya menggunakan informasi arus lalulintas yang notabene sangat mudah dan murah mendapatkannya. Pada saat itu, penelitian masih menggunakan data arus lalulintas statis yang didapat dari hasil survei primer di lapangan. Beberapa model beserta prosedur kalibrasinya telah dikembangkan, dan dari penelitian tersebut

dihasilkan ketepatan MAT sangat tinggi (hanya berbeda sekitar 3 − 4% dari MAT konvensional); dan dengan waktu proses yang sangat singkat (butuh waktu hanya

sekitar 2 − 3 menit setelah informasi arus lalulintas didapatkan), sehingga biaya bisa ditekan sampai dengan 4% biaya metode konvensional.

Model transportasi berdasarkan data arus lalulintas

Secara umum, proses penaksiran Matriks Asal − Tujuan (MAT) secara dinamis dan waktu-nyata dapat dijelaskan dengan gambar 8.30.

Pusat data dan pusat

kontrol ATCS Kotamadya

Bandung

Transfer informasi

melalui internet

Proses pengolahan

data

Pengumpulan data arus lalulintas

secara otomatis dan waktu-nyata

Informasi

MAT

Proses pengolahan

dinamis

keluaran (numerik/grafis)

dan waktu-

nyata

Proses penaksiran MAT

secara dinamis dari

Transfer data arus lalulintas

Pengguna (Instansi terkait, DLLAJ, DTK, DPU, Polantas, Konsultan, Bappeda, dll.)

Gambar 8.30 Proses penaksiran MAT dinamis dan waktu-nyata Sumber: Tamin et al (1998ab)

Informasi arus lalulintas secara waktu-nyata dapat diakses langsung dari pusat kontrol proyek ATCS melalui fasilitas internet. Sebelum informasi tersebut digunakan dalam proses penaksiran MAT, beberapa proses harus dilakukan agar informasi arus lalulintas tersebut dapat digunakan, misalnya penetapan format, pembuatan pangkalan data sistem zona dan sistem jaringan dari daerah kajian, dan lain-lain.

478 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi

Setelah proses tersebut dilalui, barulah informasi arus lalulintas dapat digunakan untuk menghasilkan MAT. Keluaran MAT waktu-nyata harus diolah sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat bermanfaat bagi pengguna. Hasil pengolahan MAT tersebut beserta beberapa aplikasinya akan disajikan dalam situs-web yang akan dirancang khusus dalam penelitian ini sesuai dengan kebutuhan (baik dalam bentuk numerik maupun grafis).

Usulan pengembangan ini mempertimbangkan fenomena dinamis untuk mendapatkan MAT dengan data arus lalulintas (waktu-nyata) sehingga dimungkinkan didapatkannya informasi MAT secara waktu-nyata juga. Penelitian ini merupakan kelanjutan dari kajian doktoral yang telah dilakukan pengusul (yang pada saat itu masih menggunakan data arus lalulintas statis).

Penggunaan data arus lalulintas (waktu-nyata) untuk mendapatkan informasi MAT secara waktu-nyata dapat dikatakan merupakan terobosan baru dan nilai tambah utama berupa penghematan yang sangat berarti dari sisi waktu dan biaya, khususnya dalam penanganan permasalahan transportasi di Indonesia yang semakin parah dan berpola dinamis dan waktu-nyata juga. Dengan kata lain, kita bisa mendapatkan informasi MAT untuk kondisi 5 menit yang lalu dengan biaya yang sangat murah serta dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi. Ketergantungan pada data MAT tahun 1992 ataupun 1995, yang sering dilakukan oleh para praktisi belakangan ini, akan segera dapat ditinggalkan.

Untuk mencapai tujuan utama pengembangan model dinamis, pengembangan diharapkan dapat dibagi menjadi beberapa tahap yang dijelaskan berikut ini.

a Pengembangan proses pengumpulan data arus lalulintas waktu-nyata, termasuk proses pengolahannya, sehingga siap untuk dipakai dalam proses penaksiran MAT dinamis. Proses tersebut meliputi penetapan format data, penyusunan pangkalan data, dan pengkodean sistem zona dan jaringan Kotamadya Bandung, dan hal-hal lainnya.

b Data arus lalulintas yang didapat dari ATCS adalah data arus di lengan

persimpangan, sedangkan data yang dibutuhkan untuk proses penaksiran MAT adalah data pada ruas jalan. Jadi, harus dilakukan beberapa analisis statistik untuk seluruh arus lalulintas, baik di ruas jalan maupun di persimpangan yang ada di Kotamadya Bandung. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan Faktor Konversi yang nantinya akan digunakan untuk mengkonversikan nilai arus persimpangan menjadi nilai arus ruas jalan.

c Pengembangan perangkat lunak dikaji dari sisi peningkatan akurasi MAT yang akan dihasilkan. Beberapa hal yang akan diteliti dalam usaha meningkatkan akurasi MAT yang dihasilkan tersebut adalah:

• pengembangan estimator kemiripan-maksimum, entropi-maksimum, dan inferensi-Bayes;

pemilihan model transportasi yang cocok untuk Kotamadya Bandung;

Model transportasi berdasarkan data arus lalulintas

• penentuan teknik pembebanan rute yang dapat mewakili kondisi lalulintas di Kotamadya Bandung;

• mempelajari evolusi MAT waktu-nyata dengan membandingkannya dengan MAT yang dihasilkan dari arus lalulintas statis;

• penentuan tingkat resolusi sistem zona dan sistem jaringan yang cocok untuk Kotamadya Bandung.

d Pengembangan proses pengolahan keluaran (tampilan) MAT beserta beberapa aplikasinya agar bersifat informatif (baik dalam bentuk numerik maupun grafis) sehingga dapat langsung dipakai oleh para pengguna sesuai dengan kebutuhannya. Keluaran MAT waktu-nyata tersebut akan disajikan dalam situs-web yang akan dirancang khusus dalam penelitian ini sehingga dapat langsung diakses dan digunakan oleh para pengguna.

e Persiapan seluruh kelengkapan sistem pemodelan, yang terdiri dari perangkat keras dan lunak dalam bentuk Manual Teknis dan Manual Pelaksanaan. Hasil pengembangan ini akan disebarluaskan dan dimasyarakatkan dalam bentuk seminar dan pelatihan.

Keluaran MAT waktu-nyata tersebut, termasuk beberapa aplikasinya, akan disajikan dalam situs-web yang dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan (baik numerik maupun grafis) sehingga dapat langsung di akses dan digunakan oleh para pengguna (Bappeda, DLLAJ, Konsultan, Bina Marga, Departemen Perhubungan, Polantas, dan instansi terkait lainnya) melalui fasilitas internet. Beberapa aplikasi yang dapat dihasilkan dengan menggunakan informasi MAT waktu-nyata ini adalah:

dihasilkannya informasi kinerja sistem jaringan jalan secara waktu-nyata, baik secara numerik maupun grafis, untuk seluruh Kotamadya Bandung, misalnya berupa besarnya arus setiap ruas jalan, besarnya nilai NVK (Nisbah Volume per Kapasitas), lokasi titik kemacetan, route guidance, dan banyak hal lainnya.

analisis evolusi MAT waktu-nyata akibat fluktuasi arus lalulintas sehingga bisa didapatkan informasi evolusi arus setiap ruas jalan sehingga dapat diidentifikasi jenis penanganan jaringan yang paling tepat.

analisis kinerja jaringan jalan akibat perubahan kebijakan sistem jaringan sebelum kebijakan tersebut diterapkan,

• analisis efek penerapan sistem ATCS terhadap sistem pergerakan arus lalulintas yang ada.