Pemodelan kebutuhan akan angkutan umum di Jakarta

8.18.4 Pemodelan kebutuhan akan angkutan umum di Jakarta

Jakarta sebagai ibukota Republik Indonesia pada tahun 1996 telah menghadapi permasalahan transportasi, khususnya kemacetan karena sistem angkutan umum yang tidak efisien. Terdapat dua jenis angkutan umum, yaitu bus PPD yang dikelola lembaga pemerintah dan beberapa jenis angkutan umum lain yang dikelola pihak swasta. Penelitian ini lebih menekankan analisis kebutuhan akan bus umum karena bus mempunyai rute lebih banyak dan melayani daerah yang lebih luas dibandingkan dengan angkutan umum lain (mikrobus, mikrolet).

Di samping itu, bus umum memberikan kontribusi lebih banyak terhadap pemecahan masalah kemacetan di kota Jakarta dibandingkan dengan angkutan umum lain, terutama dari segi kapasitas. Karena itu, dua buah moda dipertimbangkan dalam Tamin (1995b), yaitu moda angkutan pribadi dan moda angkutan bus umum.

Pemerintah DKI-Jakarta dan beberapa departemen dan instansi terkait lainnya telah mulai melakukan langkah penanggulangan permasalahan transportasi ini. JUDP (Jakarta Urban Development Project) disertai beberapa instansi terkait lainnya, dalam hal ini DLLAJ, Bappeda dan Puslitbang Binamarga telah banyak melakukan survei dan kajian transportasi yang bertujuan mendapatkan data ataupun informasi penting untuk digunakan sebagai dasar perencanaan penelitian ini.

Beberapa data kota Jakarta yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar didapat dari hasil survei dan kajian tentang angkutan umum di kota Jakarta yang dilakukan oleh JUDP, Binamarga, DLLAJ, dan lain-lain pada tahun 1990. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut.

• Deskripsi jaringan jalan yang meliputi jarak, kecepatan rencana, kapasitas jalan, kelas jalan, jalan satu atau dua arah.

• Data arus penumpang yang diperoleh dari beberapa ruas jalan dan rute angkutan umum di kota Jakarta.

460 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi

• MAT baik untuk angkutan pribadi dan angkutan bus umum yang dikompilasi dari hasil survei wawancara di tepi jalan.

Dapat dilihat pada gambar 8.22, daerah kajian kota Jakarta dibagi menjadi 94 zona;

90 zona internal dan 4 zona eksternal. Jaringan jalannya terdiri dari 700 simpul dan 2.063 ruas jalan satu arah. Selain data jaringan jalan, juga diperoleh 332 data

perhitungan arus penumpang ( $ l V

m ) yang dilakukan pada beberapa ruas jalan dan

rute angkutan bus umum di kota Jakarta, dan informasi MAT [ m T

id ] beserta

( m O dan

d D ), baik untuk angkutan pribadi maupun angkutan umum.

Gambar 8.22 Deskripsi sistem jaringan jalan di DKI-Jakarta Sumber: Tamin et al (1989), Tamin dan Antono (1992), Tamin (1990c), (1993b)

Model transportasi berdasarkan data arus lalulintas

Tujuan penelitian adalah menaksir MAT pergerakan kendaraan di kota Jakarta tanpa mempertimbangkan adanya perbedaan jenis kendaraan (m = 1). Satuan yang dipakai adalah sebagai berikut:

Vˆ = data arus penumpang yang dihitung pada ruas jalan tertentu untuk moda l

m (angkutan umum) dalam satuan orang per hari.

O, m

d D = data bangkitan dan tarikan pergerakan untuk setiap moda m (pribadi dan angkutan umum) dalam orang per hari.

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut.

• Jumlah data arus penumpang yang diperlukan sekurang-kurangnya sama dengan jumlah parameter yang tidak diketahui. Pemakaian data yang lebih banyak dapat mempercepat proses penaksiran dan hasil MAT yang diperoleh dapat lebih tepat. Dari beberapa penelitian dan penerapan dapat disimpulkan bahwa jumlah data arus lalu lintas yang dibutuhkan adalah sekitar 25% − 30% dari keseluruhan ruas jalan yang ada dalam jaringan jalan tersebut.

• Dalam proses penaksiran, permasalahan utama yang sering ditemukan adalah penggunaan metode Newton. Diperlukan nilai awal yang cukup baik dari parameter yang akan dikalibrasi untuk menjamin konvergensi prosedur penaksiran. Nilai awal yang baik dari suatu parameter adalah nilai yang berdekatan dengan nilai yang diinginkan. Oleh sebab itu, metode pendekatan perlu dikembangkan untuk mendapatkan nilai awal parameter yang baik.

• Model dapat digunakan untuk meramalkan dan mengevaluasi pengaruh perubahan harga karcis terhadap kebutuhan akan angkutan penumpang.

• Dengan mengetahui informasi penumpang yang menggunakan angkutan umum, bisa didapat MAT, baik untuk kendaraan pribadi maupun untuk angkutan umum.

• Penggunaan model transportasi yang lebih baik dapat menghasilkan MAT yang ketepatannya lebih tinggi. Tetapi, kerugiannya adalah waktu komputer yang lebih lama karena persoalan matematika yang lebih rumit.

• Teknik pembebanan rute all-or-nothing kurang realistis untuk digunakan dalam pemodelan pemilihan rute di kota Jakarta. Ini karena di beberapa ruas jalan, khususnya di persimpangan, kemacetan sangat sering dijumpai. Ini menunjukkan adanya hubungan erat antara kecepatan dan arus.

• Oleh sebab itu, teknik all-or-nothing yang mempunyai prinsip bahwa kecepatan pada suatu ruas jalan tidak dipengaruhi oleh besarnya arus lalu lintas yang melaluinya kurang realistis untuk digunakan. Teknik Burrell juga mempunyai prinsip yang sama dengan teknik all-or-nothing, tetapi lebih memudahkan pengendara memilih rute.

• Teknik pembebanan rute dengan batasan-kapasitas atau keseimbangan disarankan untuk dipakai untuk penelitian lebih lanjut. Ini karena di daerah

462 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi 462 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi

• Yang terpenting, penggunaan data arus lalu lintas dalam metode penaksiran model transportasi hanya menghasilkan MAT yang ketepatannya hanya sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan ketepatan MAT yang dihasilkan dengan menggunakan seluruh data survei MAT.

• Tingkat ketepatan MAT yang dihasilkan dengan metode penaksiran model transportasi tergantung pada beberapa faktor, yaitu:

a model transportasi yang digunakan untuk mewakili perilaku pemakai jalan;

b metode penaksiran yang digunakan untuk mengkalibrasi model SPPM dengan menggunakan data arus penumpang;

c metode pembebanan rute yang digunakan untuk pemilihan rute;

d galat perhitungan data arus penumpang;

e tingkat pembagian zona dan definisi jaringan jalan. Informasi ini harus ditetapkan secara hati-hati pada tahap awal setiap perencanaan untuk mendapatkan tingkat ketepatan yang disyaratkan. Diperkirakan jaringan jalan dan sistem zona yang lebih rinci dapat menghasilkan MAT yang lebih tepat.