Model sistem kegiatan dan sistem jaringan

3.2 Model sistem kegiatan dan sistem jaringan

Model ini dapat digunakan untuk mencerminkan hubungan antara sistem tata guna lahan (kegiatan) dengan sistem prasarana transportasi (jaringan) dengan menggunakan beberapa seri fungsi atau persamaan (model matematik). Model tersebut dapat menerangkan cara kerja sistem dan hubungan keterkaitan antarsistem

Konsep pemodelan Konsep pemodelan

‘… is more precise language among others. The precision required to translate words into symbols can often reveal inadequacies in the verbal description …’

(‘... adalah bahasa yang jauh lebih tepat dibandingkan dengan bahasa verbal. Ketepatan yang didapat dari penggantian kata dengan simbol sering menghasilkan penjelasan yang jauh lebih baik daripada penjelasan dengan bahasa verbal ...’)

Dalam model ini, hubungan antara sistem tata guna lahan (kegiatan), sistem prasarana transportasi (jaringan), dan sistem arus lalulintas (pergerakan) dinyatakan secara matematis. Seperti yang telah diterangkan pada bab 2, enam konsep yang dapat digunakan adalah aksesibilitas, bangkitan dan tarikan pergerakan, sebaran pergerakan, pemilihan moda, pemilihan rute, serta ciri dinamis arus lalulintas dalam sistem jaringan jalan. Wilson (1974) menyusun beberapa pertanyaan yang wajib dijawab oleh para perencana transportasi sebelum merancang model matematik:

a Apa tujuan akhir yang ingin dicapai sehingga model tersebut perlu dirancang?

b Peubah apa saja yang terpengaruhi yang harus dipertimbangkan?

c Peubah apa saja yang bisa diatur oleh para perencana transportasi?

d Teori apa saja yang dapat diterapkan dalam merancang pemodelan tersebut?

e Sejauh manakah tingkat pengelompokan model tersebut?

f Bagaimana peran waktu dalam model tersebut?

g Teknik apa saja yang dapat dipakai?

h Data apa saja yang tersedia? i

Bagaimana cara model tersebut dikalibrasi dan diabsahkan? Untuk kasus pemodelan sistem tata guna lahan (kegiatan) − sistem prasarana

transportasi (jaringan) − sistem arus lalulintas (pergerakan), jawaban pertanyaan di atas dapat ditulis sebagai berikut ini.

a Tujuan pemodelan adalah untuk membantu mengerti cara kerja sistem, dan meramalkan perubahan pada sistem pergerakan arus lalulintas sebagai akibat perubahan pada sistem tata guna lahan dan sistem prasarana transportasi.

b Peubah utama yang digunakan adalah tata guna lahan, sistem prasarana transportasi, dan arus lalulintas.

c Para perencana dapat mengawasi langsung lokasi tata guna lahan dan fasilitas prasarana transportasi dengan melaksanakan kebijakan yang tertera dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), baik dalam skala nasional, propinsi, kabupaten, ataupun kotamadya serta kebijakan yang tertera dalam Sistranas (Sistem Transportasi Nasional) atau sistem jaringan transportasi lainnya dalam skala yang lebih kecil (propinsi, kabupaten, atau kotamadya).

84 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi 84 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi

e Tingkat pengelompokan model memerlukan dua faktor yang harus diperhatikan:

• Berapa luaskah zona tersebut? •

Haruskah arus lalulintas diambil secara gabungan ataukah perlu dipisahkan berdasarkan tujuan, waktu, atau arah perjalanan?

f Waktu mempunyai dua arti dalam pemodelan. Model dinamis menganggap ‘waktu’ harus dipertimbangkan sebagai suatu peubah dalam fungsi matematisnya; sedangkan model statis tidak memasukkan ‘waktu’ sebagai peubah, tetapi dapat digunakan untuk meramalkan sesuatu sebagai fungsi waktu tertentu.

Model statis jauh lebih sederhana dibandingkan dengan model dinamis; biasanya model sistem transportasi dapat digolongkan dalam kelompok model statis untuk rentang waktu yang pendek (misalnya 1 minggu atau 1 bulan). Model sistem transportasi biasanya digunakan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada waktu tertentu di masa mendatang (tahun rencana). Penentuan tahun rencana juga tergantung pada jenis kajian.

g Teknik yang dapat digunakan dalam pemodelan sistem transportasi ini telah berkembang dengan sangat baik seperti ilmu matematika, statistika dan penelitian operasional, termasuk juga pemrograman.

h Data sangat diperlukan dalam pemodelan sistem transportasi, dan harus mempunyai kuantitas dan kualitas yang baik. Survei (baik primer maupun sekunder) sangat diperlukan. Semakin kompleks suatu model dan semakin kecil luas suatu zona, semakin banyak jumlah data yang diperlukan dan semakin kompleks cara penanganannya.

i Proses kalibrasi adalah proses menaksir nilai parameter suatu model dengan berbagai teknik yang sudah ada: analisis numerik, aljabar linear, optimasi, dan lain-lain. Setelah dikalibrasi, diharapkan model tersebut dapat menghasilkan keluaran yang sama dengan data lapangan (realita). Proses kalibrasi dilakukan dengan menggunakan bantuan algoritma komputer dan beberapa kinerja statistik untuk menentukan tingkat ketepatannya. Setelah itu, model dapat digunakan untuk kepentingan peramalan pada masa mendatang.

Sudah kita ketahui, suatu model yang cocok untuk daerah tertentu belum tentu cocok untuk daerah lain. Beberapa peubah bebas model tersebut mungkin tidak sesuai untuk daerah lain dan untuk itu perlu dikurangi (dibuang) dan perlu ditambahkan beberapa peubah bebas baru yang lebih sesuai dengan daerah tersebut. Proses ini dikenal dengan proses modifikasi.

Selain itu, model yang sama akan mempunyai nilai parameter yang berbeda jika digunakan pada daerah yang berbeda. Hal ini dapat diterima secara logika karena situasi, kondisi, dan jenis peruntukan lahan serta perilaku pelaku

Konsep pemodelan Konsep pemodelan

Tahapan berikutnya adalah cara membuat model sistem. Kita akan membuat model yang mengaitkan sistem tata guna lahan (kegiatan), sistem prasarana transportasi (jaringan), dan sistem arus lalulintas (pergerakan). Dalam model ini, tiga peubah utama yang digunakan adalah sistem tata guna lahan, sistem prasarana transportasi, dan arus lalulintas.

Secara umum, arus lalulintas merupakan peubah tetap, yang didapatkan sebagai hasil interaksi sistem tata guna lahan dan sistem prasarana transportasi. Permasalahan utama sekarang adalah bagaimana menerangkan sistem tata guna lahan (misalnya geografis daerah perkotaan) dan sistem jaringan transportasi secara terukur. Untuk itu, beberapa definisi perlu dijelaskan dalam proses pemodelan sistem yang akan dijelaskan dalam subbab berikut ini.