Kebijakan pengembangan sistem transportasi perkotaan

9.5 Kebijakan pengembangan sistem transportasi perkotaan

Sesuai dengan yang telah digariskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993, beberapa pokok kebijakan pengembangan sistem transportasi perkotaan adalah sebagai berikut.

a Pembangunan transportasi perkotaan harus diarahkan pada terwujudnya sistem transportasi nasional secara terpadu, tertib, lancar, aman dan nyaman, serta efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang, dan jasa, serta mendukung pembangunan wilayah.

b Sistem transportasi perkotaan harus ditata dan terus disempurnakan dengan didukung oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia.

c Sistem transportasi perkotaan harus ditata dan terus disesuaikan dengan

perkembangan ekonomi, tingkat kemajuan teknologi, kebijakan tata ruang, pelestarian fungsi lingkungan hidup, dan kebijakan energi nasional agar selalu dapat memenuhi kebutuhan akan pembangunan serta tuntutan masyarakat.

d Transportasi di wilayah perkotaan akan mengembangkan sistem angkutan

massa yang tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien agar menarik bagi pemakai jasa angkutan sehingga kemacetan dan gangguan lalulintas dapat dihindari dan kualitas hidup dapat dipertahankan.

e Transportasi penumpang dan barang di perkotaan harus dibina dan

dikembangkan agar mampu berperan dalam meningkatkan kelancaran arus penumpang dan barang, selaras dengan dinamika pembangunan.

Melihat arahan GBHN 1993 di atas, kebijakan pengembangan sistem transportasi perkotaan sebaiknya diarahkan pada hal berikut ini.

a Menyediakan sistem transportasi perkotaan yang memadukan angkutan jalan,

kereta api, angkutan udara, dan angkutan laut.

b Mengembangkan sistem angkutan umum perkotaan massa yang tertib, lancar, aman, nyaman, dan efisien, serta terjangkau oleh semua lapisan pemakai angkutan.

c Mengatasi kemacetan dan gangguan lalulintas serta mempertahankan kualitas lingkungan serta meningkatkan mobilitas dan kemudahan aksesibilitas di wilayah perkotaan.

d Meningkatkan sistem jaringan jalan antarkota agar angkutan dalam kota dapat berfungsi dengan baik dalam melayani aktivitas lokal dan daerah sekitarnya.

508 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi 508 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi

f Memperluas kebebasan memilih angkutan yang digunakan, sesuai dengan jasa yang diberikan dan kemampuan masyarakat.

g Mendorong pemakaian angkutan umum dan mengurangi pemakaian angkutan pribadi.

h Memperkecil penambahan jaringan jalan baru yang memberikan dampak pertumbuhan kota ke arah yang tidak sesuai dengan kebijakan pengembangan wilayah.

i Memperkecil arah perjalanan ke tempat kerja dengan menyebarkan pembangunan industri, perdagangan, dan perumahan secara seimbang.

j Mengembangkan fasilitas angkutan laut dan udara untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat.

k Mengembangkan manajemen angkutan perkotaan untuk mencapai tingkat efisiensi dan kualitas pelayanan yang tinggi;

l Meningkatkan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan angkutan perkotaan secara terpadu;

m Meningkatkan peran serta swasta dalam investasi dan pengelolaan sistem angkutan perkotaan;

n Melakukan upaya penghematan dan penganekaragaman energi dalam angkutan perkotaan;

o Mengendalikan dampak lingkungan sebagai akibat angkutan perkotaan, terutama di kawasan pusat kota yang selalu dipadati kendaraan, serta mengupayakan agar pencemaran udara, kebisingan, dan getaran di kawasan permukiman sekecil mungkin.

p Menyediakan sistem angkutan perkotaan yang aman, mengurangi konflik antara pejalan kaki dan pengendara mobil.

Hal yang sama terjadi di Kotamadya Bandung; sistem jaringan prasarana transportasi digunakan untuk mengarahkan pembangunan perkotaan sejalan dengan semakin tergesernya wilayah permukiman ke daerah pinggiran kota, sedangkan tempat lapangan pekerjaan semakin banyak di pusat perkotaan. Kalau hal ini dibiarkan terus, akan terbentuk kota yang semakin membesar, yang pada suatu saat daya dukungnya pasti tidak berperan lagi (lihat gambar 9.4).

Jarak antara lapangan kerja dan permukiman tidak perlu selalu berdekatan; yang penting, jarak yang cukup jauh dapat dihubungkan dengan sistem transportasi yang berkapasitas besar dan berkecepatan tinggi. Untuk penduduk di daerah perkotaan, aksesibilitas tidak lagi dinyatakan dengan jarak; masalah waktu tempuh dan biaya transportasilah yang lebih berperanan penting.

Masalah transportasi di negara sedang berkembang

Cisarua

Lembang

Keterangan : Kereta api ringan tahap pertama

Parompong

Kereta api ringan tahap kedua Kereta api ringan tahap ketiga

Padalarang Cimahi Utara

Cimenyan

Cimahi Tengah

Batujajar

KOTAMADYA BANDUNG

Margaasih Cililin

Majalaya Ciparay

Soreang

Banjaran

Gambar 9.4 Rencana pengembangan sistem transportasi angkutan umum di Kotamadya Bandung Sumber: BMARTS (1996)

Selain itu, usaha peningkatan pembangunan di sekitar wilayah permukiman (misalnya kota Banjar, Soreang dan Ciwidey) dilakukan dengan menyediakan kegiatan yang banyak menghasilkan lapangan kerja. Ini akan menyebabkan berpindahnya lapangan kerja dari pusat kota utama ke daerah pinggiran kota sehingga orang tidak perlu lagi masuk ke pusat kota untuk mencari pekerjaan, cukup di daerah sekitar tempat tinggalnya saja.

Untuk menjamin pertumbuhan ekonomi dan mengatasi kebutuhan akan angkutan perkotaan dibutuhkan fasilitas jaringan angkutan yang saling menghubungkan antara wilayah kota, permukiman, daerah komersial, dan rekreasi. Sasaran umum kebijakan pemerintah dalam lalulintas dan angkutan kota untuk menciptakan sistem angkutan di daerah perkotaan sehingga mobilitas orang dan barang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi dan sistem angkutan umum itu dapat memenuhi kebutuhan, masyarakat akan pergaulan, perniagaan, dan rekreasi.