Pemanfaatan data arus lalulintas (IRMS) untuk mendapatkan informasi MAT regional

8.20 Pemanfaatan data arus lalulintas (IRMS) untuk mendapatkan informasi MAT regional

8.20.1 Latar belakang

Salah satu amanat GBHN 1993 di sektor transportasi adalah mewujudkan sistem pergerakan arus lalulintas (manusia dan barang) secara cepat, aman, nyaman,

480 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi 480 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi

lama ( 1 − 2 tahun), juga menyebabkan informasi MAT yang dihasilkannya tidak lagi mencerminkan keadaan atau kondisi yang sebenarnya.

Pada prakteknya, di Indonesia masih sangat sering digunakan informasi yang sudah kadaluwarsa, misalnya pemecahan masalah transportasi pada tahun 1999 masih menggunakan informasi MAT tahun 1995 karena tidak dimilikinya informasi MAT terkini. Selain itu, untuk peramalan MAT masa sekarang atau masa mendatang, banyak para perencana transportasi yang masih mengandalkan MAT tahun 1995 yang mana sudah barang tentu pola pergerakannya sudah sangat jauh berbeda.

Tantangan ini menuntut suatu jawaban, apalagi dengan tingginya tingkat pertumbuhan wilayah, populasi, dan lain-lainnya menyebabkan sangat dibutuhkannya informasi MAT yang bisa didapat dengan biaya murah dan waktu proses cepat. Hal inilah yang menyebabkan sangat dibutuhkannya metode baru yang dapat menampung seluruh permasalahan ini.

Tambahan lain, jika otonomi daerah sudah mulai diterapkan maka ketersediaan informasi MAT terkini dengan waktu pembaruan (updating) yang cukup sering serta didapatkan dengan biaya murah sangatlah dibutuhkan bukan hanya pada tingkat pusat (nasional) saja tetapi juga pada tingkat propinsi dan kabupaten. Krisis moneter yang berkepanjangan yang melanda negara kita menyebabkan metode konvensional tersebut tidak akan mungkin dilakukan dalam waktu 5 − 10 tahun mendatang.

Dengan melihat berbagai alasan diatas, maka kebutuhan metode baru untuk mendapatkan informasi MAT terkini dengan waktu proses pembaruan yang cepat serta bisa didapatkan dengan biaya sangat murah mutlak dibutuhkan untuk negara kita sebagai alternatif pengganti metode konvensional.

Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, sejak tahun 1989 telah memiliki sistem informasi manajemen jaringan jalan terintegrasi (IRMS=Integrated Road Management System) untuk seluruh jalan nasional dan jalan propinsi di seluruh Indonesia yang meliputi jalan arteri primer, kolektor primer yang akan diteruskan sampai dengan jalan kabupaten. Salah satu informasi utama adalah data arus lalulintas terklasifikasi (berdasarkan jenis kendaraan) dimana sebagian besar sudah dilengkapi dengan automatic traffic counter sehingga memungkinkan kita mendapatkan informasi arus lalulintas berwaktu-nyata dengan biaya yang sangat murah. Informasi ini sangat mungkin dapat juga tersedia dalam sistem jaringan informasi PU (PU − Net) sehingga dapat diakses langsung melalui internet. Hal ini memungkinkan kita mendapatkan informasi arus lalulintas tersebut secara rutin dengan biaya yang sangat murah.

Dengan informasi tersebut diharapkan dapat dihasilkan sistem pemodelan yang dapat menghasilkan MAT secara rutin (misalnya setiap jam, hari, minggu, atau bulan, tergantung pada frekuensi pengambilan data arus lalulintas). Keluaran MAT tersebut termasuk beberapa aplikasinya akan disajikan dalam bentuk situs-web dalam sistem

Model transportasi berdasarkan data arus lalulintas

PU − Net yang akan dirancang secara khusus sesuai dengan kebutuhan agar keluaran atau tampilannya informatif (baik numerik maupun grafis) dan dapat langsung diakses dan digunakan oleh para pengguna (misalnya Bappeda, DTK, Konsultan, Bina Marga, Departemen Perhubungan, Polantas, dan instansi terkait lainnya) melalui fasilitas internet. Seluruh proses tersebut dari tahap pengumpulan data sampai dengan tahap penayangan keluaran dikemas dalam Sistem Informasi Transportasi (SIT).

Sekali lagi, pengembangan ini merupakan suatu terobosan baru; nilai tambah utamanya bagi Indonesia adalah penghematan yang sangat berarti dari sisi waktu dan biaya jika dibandingkan dengan metode konvensional (hanya 3 kali dalam kurun waktu 25 tahunan). Hasil penelitian ini memungkinkan didapatkannya informasi MAT secara rutin (misalnya tiap bulan) sehingga merupakan nilai tambah utama bagi ilmu pengetahuan di bidang transportasi secara umum dan bagi penanganan permasalahan transportasi regional di Indonesia secara khusus dalam usaha mewujudkan sistem transportasi nasional dan regional yang efisien.

8.20.2 Pengembangan sistem informasi transportasi (SIT)

8.20.2.1 Konfigurasi dasar Secara umum, konfigurasi dasar sistem dapat dijelaskan dengan gambar 8.31 sedangkan proses transfer data arus lalulintas dari

ruas jalan sampai ke Pusat Pengolahan Data (PPD) dapat dijelaskan dengan gambar

8.32. Sistem ini dibangun dengan menggunakan suatu sistem jaringan informasi yang menghubungkan langsung informasi data arus lalulintas yang didapatkan di lapangan ke Pusat Pengolahan Data (PPD) secara otomatis dan berwaktu-nyata. Beberapa proses penting yang dilakukan dalam sistem adalah: proses transfer data; proses pengolahan data; dan proses pengolahan keluaran.

• Proses transfer data (PTD): Data arus lalulintas di beberapa ruas jalan terpilih dikumpulkan secara otomatis menggunakan automatic traffic counters. Proses pengumpulan data ini sudah merupakan proses rutin dan terprogram dengan baik yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga melalui program IRMS. Teknologinya juga sudah tersedia dengan biaya yang cukup murah. Data arus lalulintas (IRMS) yang berwaktu-nyata tersebut akan ditransfer secara bertahap (lihat gambar 8.32) sebagai berikut:

1) dari lokasi pencatat di lapangan ke sub-pusat pangkalan data di tingkat kabupaten melalui media komunikasi radio amatir,

2) selanjutnya dari sub-pusat pangkalan data kabupaten ke sub-pusat

pangkalan data propinsi juga dengan media komunikasi radio amatir,

3) dan akhirnya dari sub-pusat pangkalan data propinsi informasi tersebut dikirimkan ke Pusat Pengolahan Data (PPD) dengan menggunakan fasilitas internet.

Salah satu alasan penggunaan media komunikasi radio amatir dari lapangan sampai ke sub-pusat pangkalan data propinsi disebabkan karena fasilitas komputer dan internet yang diperkirakan belum tersedia di setiap kabupaten.

482 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi

Tahap 1 : Proses Transfer Data

Sub-Pusat Data Base

Sub-Pusat Data Base

Data arus lalulintas (IRMS)

Radio

Tahap 2 : Proses Pengolahan Data

Pusat Pengolahan Data

(PPD)

Informasi

MAT Informasi transportasi terkini terkini yang dihasilkan

dari MAT terkini

Proses penaksiran MAT dari data arus lalulintas

Radio

Tahap 3 : Proses Pengolahan Keluaran

Pusat Pengolahan Keluaran (PPK) (Numerik/Grafis)

informasi Transfer melalui

Transfer informasi

Internet

melalui Internet

Pusat Data Informasi PU

PENGGUNA (Instansi terkait, DLLAJ, DTK, DPU, Polantas,

Konsultan, Bappeda, Binamarga, Dephub, Pengemudi, dll)

Gambar 8.31 Konfigurasi dasar ‘Sistem Informasi Transportasi (SIT)’ Sumber: Tamin (2000)

Model transportasi berdasarkan data arus lalulintas

Pengolahan Data

Sub-pusat Data Base

Propinsi

Sub-pusat Data Base Kabupaten

Sub-pusat Data Base

Data Arus Lalu Lintas di Beberapa Lokasi

Data Arus Lalu Lintas di Beberapa Lokasi

Gambar 8.32 Proses transfer data arus lalulintas ke pusat kontrol Sumber: Tamin (2000)

• Proses pengolahan data (PPD): Sebelum informasi arus lalulintas berwaktu- nyata tersebut dapat digunakan dalam proses penaksiran MAT, beberapa kajian statistik dan proses pengolahan data harus dilakukan. Data arus lalulintas yang diperoleh dari IRMS dapat berupa hasil survei yang dilakukan secara periodik pada pos-pos sampling dari ruas jalan yang diamati atau berupa data arus lalulintas yang didapatkan dari automatic traffic counter.

Oleh sebab itu, data tersebut perlu dikaji tingkat keakurasiannya secara statistik sebelum menjadi data masukan bagi penaksiran MAT. Faktor kesalahan yang mungkin timbul dari data arus lalulintas tersebut antara lain: akibat adanya fluktuasi dan kecenderungan pola arus lalulintas dalam suatu selang waktu tertentu misalnya: menitan, jaman, harian, mingguan, bulanan, atau satu musim

484 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi 484 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi

Selanjutnya, faktor kesalahan tersebut perlu dikoreksi dengan analisa statistik yang mencakup tingkat kecukupan data, deviasi akibat kesalahan pada suatu tingkat kepercayaan tertentu. Sehingga, akan didapatkan suatu faktor koreksi bagi data arus lalulintas (IRMS) sehingga data yang terkoreksi tersebut dapat dijadikan data masukan bagi tahapan penaksiran MAT selanjutnya. Setelah melalui proses ini, data arus lalulintas yang telah dikoreksi tersebut baru dapat digunakan untuk mendapatkan informasi MAT secara rutin, misalnya: setiap menit, jam, hari atau bulan tergantung dari frekuensi pengambilan data arus lalulintas sesuai kebutuhan.

Dalam tahapan ini metode non-konvensional yang telah dikembangkan oleh beberapa peneliti (Tamin, 1988 dan Willumsen, 1981) akan digunakan. Beberapa modifikasi dan pengembangan model akan dilakukan sehingga model tersebut dapat digunakan. Keluaran informasi MAT berwaktu-nyata tersebut harus diolah sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat bermanfaat bagi para pengguna.

• Proses pengolahan keluaran (PPK): Hasil keluaran MAT tersebut beserta beberapa pengembangan aplikasi operasionalnya akan disajikan dalam Situs- Web yang dirancang secara khusus sesuai dengan kebutuhan agar keluaran/tampilannya bersifat informatif (numerik dan grafis) serta langsung dapat diakses dan digunakan oleh para pengguna melalui fasilitas internet, misalnya: Bappeda, DLLAJ, DTK, Konsultan, Bina Marga, Departemen Perhubungan, Polantas, pengemudi dan instansi terkait lainnya.

Seluruh tahapan proses diatas dikemas dalam Sistem Informasi Transportasi (SIT) berupa perangkat keras dan perangkat lunaknya.

Jaringan komputer pada saat ini telah berkembang sangat pesat dan telah ditunjang oleh teknologi informasi yang juga berkembang sangat pesat. Pada intinya komunikasi dalam jaringan komputer adalah komunikasi antar dua komputer atau lebih yang terpisah oleh jarak yang relatif jauh. Dalam komunikasi ini tentunya memerlukan protokol dan media khusus untuk pengiriman data. Protokol dan media ini harus disesuaikan dengan kebutuhan para pengguna dimana suatu media transfer data tertentu mempunyai suatu protokol tertentu pula yang paling cocok.

8.20.2.2 Sistem transfer data (STD)

Dalam sistem jaringan komputer terdapat beberapa media komunikasi yang cukup sering digunakan di Indonesia, beberapa di antaranya adalah: media kabel, sambungan telepon, dan frekuensi radio amatir. Salah satu media yang paling memungkinkan pada saat ini adalah media frekuensi radio amatir yang merupakan komunikasi radio dengan modulasi FM. Frekuensi yang bebas digunakan di

Indonesia berkisar antara 140,00 − 149,99 MHz dimana frekuensi ini masih termasuk dalam ukuran VHF. Untuk penggunaan jalur frekuensi 140,00 − 149,99 MHz, diperlukan ijin Orari (Organisasi Radio Amatir Indonesia); sedangkan diluar jalur frekuensi tersebut diperlukan ijin khusus dari Departemen Perhubungan Indonesia.

Model transportasi berdasarkan data arus lalulintas

Jarak komunikasi radio amatir ini sangat tergantung pada kekuatan pemancar dan posisi antena yang dipasang. Semakin kuat kekuatan pemancar maka semakin jauh jarak komunikasinya. Demikian pula bila semakin tinggi posisi antena (dalam artian tidak ada halangan di sekitar antena) maka semakin jauh pula jarak komunikasi radionya. Terdapat 5 (lima) permasalahan utama yang perlu segera dipecahkan adalah:

• menentukan lokasi dan jumlah ruas jalan yang akan dikumpulkan data arus lalulintasnya pada sistem jaringan jalan di dalam daerah studi;

• pengembangan struktur utama proses transfer data secara bertahap dari lapangan sampai ke Pusat Pengolahan Data (PPD). Proses ini merupakan hal terpenting karena merupakan permasalahan utama dalam proses transfer data.;

• pemilihan media transfer data yang tepat guna sesuai dengan kebutuhan; •

penetapan format dan penyusunan pangkalan data; •

serta sistim kodifikasi sistem zona dan sistem jaringan untuk daerah studi tertentu ;

8.20.2.3 Pusat pengolahan data (PPD) Seluruh informasi arus lalulintas dari lapangan akan dikirim secara bertahap dan akhirnya di terima seluruhnya oleh Pusat Pengolahan Data (PPD). Seluruh informasi arus lalulintas tersebut akan diolah dengan metode non-konvensional untuk mendapatkan Matriks-Asal-Tujuan (MAT). Beberapa modifikasi dan pengembangan model akan dilakukan sehingga model tersebut dapat digunakan. Keluaran informasi MAT berwaktu-nyata tersebut harus diolah sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat bermanfaat bagi para pengguna.

Persaingan perkembangan teknologi di bidang komputer menyebabkan harga-harga komputer semakin murah. Teknologi komputer probadi juga semakin cepat, pentium 200 MHz mempunyai kinerja yang sepadan dengan minikomputer serta harganya juga semakin murah. Perioda perhitungan akan dirancang sesuai dengan kebutuhan operasional serta juga mempertimbangkan beban proses komputer. Waktu pembaruan dapat dilakukan secara waktu-nyata.

Hal ini sangat menggembirakan jika dilihat dari sisi pemecahan masalah transportasi dimana dengan metode konvensional informasi Matriks-Asal-Tujuan (MAT) didapatkan setiap 5 tahun sekali dengan biaya yang sangat mahal; sekarang dengan sistem informasi ini informasi MAT tersebut bisa didapat secara waktu- nyata dengan biaya sangat murah. Terdapat 4 (empat) masalah utama yang perlu dikaji lebih mendalam, yaitu:

• melakukan kajian statistik data arus lalulintas yang didapatkan dari IRMS dan pengembangan proses pengolahan data. Seperti diketahui, Bina Marga mempunyai program manajemen IRMS dimana salah satu modulnya adalah modul data arus lalulintas. Data arus lalulintas ini didapatkan dari hasil survei yang dilakukan secara periodik pada pos-pos yang dianggap mewakili kondisi arus lalulintas di ruas jalan tersebut. Selanjutnya, proses pengolahan data arus lalulintas dari IRMS akan meliputi: uji statistik terhadap tingkat akurasi data

486 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi 486 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi

• perlunya pengkajian untuk mendapatkan model pemilihan rute yang paling sesuai untuk kondisi daerah studi tertentu. Dalam kasus ini, interaksi pemilihan rute dengan karakteristik sistem jaringan dinyatakan dalam bentuk hubungan ‘Kecepatan-Arus’ yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara arus dengan kecepatan. Semakin tinggi arus lalulintas pada suatu ruas jalan maka akan semakin lambat kecepatannya dan semakin lama waktu tempuhnya. Beberapa model yang dapat digunakan adalah: all-or-nothing, burrell, stokastik, pembebanan-berulang, pembebanan-bertahap, dan keseimbangan- Wardrop.

• perlunya kajian pengaruh adanya kesalahan pada data arus lalulintas terhadap tingkat akurasi MAT. Bagaimanapun baiknya teknologi pencatat data arus lalulintas pasti masih selalu mengandung kesalahan. Dalam kasus ini dibandingkan pengaruh adanya kesalahan pada pencatatan arus lalulintas terhadap hasil MAT dibandingkan dengan data arus lalulintas tanpa kesalahan. Hasil ini sangat penting bagi usaha pengembangan tingkat akurasi MAT yang dihasilkan.

8.20.2.4 Pusat pengolahan keluaran (PPK) Seluruh informasi transportasi baik yang bersifat informasi dasar maupun informasi operasional yang dapat dihasilkan dari informasi MAT terkini disebarluaskan kepada para pengguna melalui fasilitas situs-web. Situs-web merupakan salah satu aplikasi dari sarana komunikasi melalui fasilitas internet yang memanfaatkan sarana HTTP. Dalam sistem ini, situs-web dirancang secara khusus sesuai dengan kebutuhan pengguna dan ditampilkan secara informatif baik secara grafis maupun numeris serta langsung dapat diakses dan digunakan oleh para pengguna melalui fasilitas internet, misalnya: Bappeda, DLLAJ, DTK, Konsultan, Bina Marga, Departemen Perhubungan, Polantas, pengemudi dan instansi terkait lainnya. Beberapa masalah yang perlu mendapat pengkajian lanjut, yaitu:

• dampak pengaruh tingkat kedalaman resolusi pendefinisian sistem zona dan sistem jaringan terhadap akurasi MAT yang dihasilkan. Seperti diketahui bahwa sistem zona dan sistem jaringan dapat didefinisikan dalam berbagai tingkat kedalaman resolusi. Secara umum, semakin tinggi tingkat resolusi pendefinisian sistem tersebut akan semakin tinggi tingkat akurasi MAT yang dihasilkan. Akan tetapi, akurasi tersebut harus dibayar dengan semakin tingginya biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan data yang semakin banyak dan waktu yang lebih lama. Oleh sebab itu, sangatlah diperlukan arahan atau petunjuk mengenai tingkat kedalaman resolusi sistem zona dan jaringan yang optimal untuk suatu kondisi dan situasi tertentu dengan mempertimbangkan tingkat akurasi MAT dan besarnya biaya.

• perlunya pengembangan proses pengolahan keluaran (tampilan) dari MAT yang dihasilkan beserta beberapa aplikasinya sehingga informasi tersebut

Model transportasi berdasarkan data arus lalulintas

Untuk mengetahui baik-buruknya suatu Sistem Informasi Transportasi (SIT) yang mengandalkan data arus lalulintas untuk menaksir MAT berwaktu-nyata dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu:

8.20.2.5 Uji keabsahan

• tingkat keandalan dari sistem transfer informasi arus lalulintas berwaktu-nyata secara bertahap dari lapangan sampai dengan ke Pusat Pengolahan Data (PPD);

• akurasi MAT hasil penaksiran dibandingkan dengan MAT yang tersedia dari hasil metode konvensional (dalam hal ini akan diwakili oleh MAT tahun 1999).

• jika MAT hasil penaksiran tersebut dibebankan kembali ke sistem jaringan jalan yang ada maka seharusnyalah dihasilkan besar volume arus lalulintas yang sama (atau mendekati) arus lalulintas yang terjadi untuk setiap ruas jalan yang ada.

• tingkat keandalan dari Pusat Pengolahan Keluaran (PPK) agar informasi MAT berwaktu-nyata beserta seluruh program aplikasi operasionalnya mudah diakses oleh setiap pengguna melalui fasilitas internet.

Tamin (1988) dan Tamin (1992) menyimpulkan beberapa faktor yang sangat mempengaruhi akurasi dari MAT yang akan dihasilkan dari arus lalulintas, yaitu:

• model transportasi yang digunakan untuk mewakili perilaku pergerakan; •

jumlah data arus lalulintas, tingkat akurasi, lokasi, serta informasi tambahan lainnya;

• teknik kalibrasi dan penaksiran parameter model yang digunakan; •

metode pemilihan rute yang digunakan; dan •

tingkat kedalaman resolusi sistem zona dan jaringan transportasi yang digunakan.

Penaksiran MAT dengan menggunakan data arus lalulintas sampai saat ini telah dapat dilakukan oleh beberapa perangkat lunak yang terdapat di pasaran; salah satunya adalah MOTORS (Tamin, 1988).

8.20.3 Potensi penggunaan dalam pengembangan sistem jaringan jalan

Sistem Informasi Transportasi (SIT) ini mengandalkan data arus lalulintas untuk mendapatkan Matriks-Asal-Tujuan (MAT) berwaktu-nyata beserta beberapa program aplikasi operasionalnya. Sistem ini terdiri dari beberapa komponen yaitu: Sistem Transfer Data (STD), Pusat Pengolahan Data (PPD), dan Pusat Pengolahan Keluaran (PPK) yang terdiri dari perangkat lunak dan perangkat keras.

Informasi MAT ini sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak, misalnya: instansi, departemen, konsultan, perencana, pengguna jalan, penentu kebijakan, lembaga baik kelompok maupun perorangan yang terkait dengan sektor transportasi.