Ruas jalan

3.4.3 Ruas jalan

Jaringan transportasi dapat dicerminkan dalam beberapa tingkat pengelompokan yang berbeda dalam suatu pemodelan. Secara praktis, yang harus dilakukan adalah membuat model jaringan sebagai grafik terarah (sistem simpul dengan ruas jalan yang menghubungkannya) seperti terlihat pada gambar 3.1 dan 3.3. Simpul dapat mencerminkan persimpangan atau kota, sedangkan ruas jalan mencerminkan ruas jalan antara persimpangan atau ruas jalan antarkota. Ruas jalan dinyatakan dengan dua buah nomor simpul di ujung-ujungnya. Beberapa ciri ruas jalan perlu diketahui,

Konsep pemodelan Konsep pemodelan

Gambar 3.3 memperlihatkan definisi sistem kegiatan (zona) dan sistem jaringan transportasi jalan raya untuk propinsi Jawa Timur.

Gambar 3.3 Definisi sistem kegiatan (zona) dan sistem jaringan transportasi jalan di propinsi Jawa Timur Sumber: Tamin et al (1997), Tamin dan Frazila (1997)

Permasalahan yang dihadapi adalah ketersambungan (konektivitas) pada setiap titik simpul dianggap tidak mempunyai biaya apapun (dianggap nol). Dalam prakteknya, beberapa pergerakan membelok pada suatu persimpangan merupakan salah satu komponen terbesar dalam tundaan dibandingkan dengan pergerakan di ruas jalan. Oleh sebab itu, agar kita dapat mencerminkan sistem jaringan secara lebih rasional, beberapa biaya tambahan perlu ditambahkan pada kasus pergerakan di persimpangan. Hal ini dapat dilakukan secara manual dengan membuat ruas dummy (khayal) beserta biayanya yang dapat mencerminkan pergerakan membelok di persimpangan. Beberapa paket program yang ada sekarang sudah mampu melakukan hal ini.

Tingkat resolusi sistem jaringan perlu ditingkatkan jika akan digunakan untuk kajian yang lebih rinci. Dalam kasus ini, perlu ada ruas jalan tambahan yang digunakan pada persimpangan yang kompleks yang dapat mencerminkan kinerja dari, misalnya reserved lane dan give-way lane. Kadang-kadang sistem jaringan yang ada merupakan bagian dari jaringan yang lebih luas sehingga diperlukan titik inlet dan outlet pada batas daerah kajian yang menghubungkan sistem jaringan tersebut dengan sistem yang lebih luas (zona eksternal).

Kunci utama dalam merencanakan sistem jaringan adalah penentuan tingkat hierarki jalan yang akan dianalisis (arteri, kolektor, atau lokal). Hal ini sangat tergantung dari jenis dan tujuan kajian. Jika lebih banyak jalan yang ditetapkan maka cerminan

94 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi 94 Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi

Selain itu, tidak ada gunanya kita menetapkan ruas jalan dengan resolusi tinggi, tetapi dengan asumsi yang sangat sederhana mengenai tundaan di titik persimpangan. Atau, tidak ada gunanya membuat sistem jaringan dengan resolusi tinggi, akan tetapi sistem zonanya (kegiatan) mempunyai resolusi rendah.

Jansen and Bovy (1982) menyelidiki pengaruh resolusi definisi sistem jaringan dengan tingkat ketepatan dalam pembebanan arus lalulintas pada ruas jalan tersebut. Kesimpulannya, galat terbesar didapatkan pada sistem dengan tingkat hierarki jalan yang paling rendah. Oleh karena itu, kita perlu memasukkan pada sistem jaringan sekurang-kurangnya jalan yang mempunyai hierarki satu tingkat lebih rendah dari yang ingin dianalisis; misalnya dalam menganalisis sistem jalan arteri, kita harus membuat sistem jaringan jalan yang terdiri dari jalan arteri dan kolektor.

Dalam kasus jaringan angkutan umum, suatu tingkat hierarki sistem jaringan disyaratkan. Pemodel transportasi harus menspesifikasi struktur jaringan sesuai dengan pelayanan yang tersedia. Hal ini lalu dikodefikasi dalam bentuk urutan simpul yang dilalui oleh pelayanan tersebut (bus, kereta api), biasanya setiap simpul mencerminkan tempat pemberhentian bus atau stasiun kereta api.

Persimpangan tanpa tempat pemberhentian bus bisa saja dihilangkan dalam sistem jaringan yang akan dibuat. Ruas yang perlu ditambahkan lagi adalah ruas pejalan kaki yang mencerminkan bagian perjalanan yang dilakukan dengan berjalan kaki, termasuk ruas yang digunakan untuk memodel biaya tambahan yang terkait dengan biaya transfer dari satu sistem pelayanan ke sistem pelayanan lain (misalnya dari bus ke kereta api).

Setiap ruas jalan yang dikodefikasi harus dilengkapi dengan beberapa atribut ruas yang menyatakan perilaku, ciri, dan kemampuan ruas jalan dalam mengalirkan arus lalulintas. Beberapa atribut tersebut adalah panjang ruas, kecepatan ruas (kecepatan arus bebas atau kecepatan sesaat), dan kapasitas ruas yang dinyatakan dalam bentuk Satuan Mobil Penumpang (SMP) per jam.

Selain itu, informasi hubungan Biaya − Arus untuk setiap ruas jalan harus diketahui, dan faktor yang mempengaruhi hubungan tersebut adalah:

• tipe jalan (tol, jalan utama, atau jalan lokal); •

lebar jalan atau jumlah lajur atau kedua-duanya; •

informasi mengenai lajur khusus bus atau larangan pergerakan suatu jenis kendaraan pada ruas jalan tertentu;

• larangan pergerakan membelok, biasanya terjadi di persimpangan; •

jenis persimpangan, geometrik, termasuk infomasi pengaturan lampu lalulintasnya (kalau ada);

• kapasitas antrian.

Konsep pemodelan

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut ruas jalan yang penting bagi pengendara adalah tarif tol, tersedianya rambu yang baik, dan pemakaian bahan bakar (lihat Outram and Thomson, 1978 dan Wootton et al, 1981). Atribut kategori jalan (tol, jalan arteri, atau pun kolektor), pemandangan yang baik, lampu lalulintas, dan kapasitas merupakan atribut yang mempengaruhi pemilihan rute.