Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

mendapat tanggapan dan penelitian yang khas pula. Penelitian jenis ini memerlukan data yang tidak hanya dari buku yang merupakan sumber utama, tetapi juga informasi mengenai perubahan sosial yang ada pada zaman itu – yang perlu diintegrasikan dalam analisis. Untuk melihat fenomena yang terjadi pada zaman dalam konteks novel KdDL, peneliti menggunakan teori Hegemoni Antonio Gramsci untuk menganalisis bebagai gejala zaman yang terjadi semasa Orde Baru, khususnya mengenai peran kekuasaan pemerintahan Soeharto dan dampak perlawanan atas kekuasaannya.

1.6.2.1 Analisis Hegemoni: Perspektif Antonio Gramsci

Secara etimologi kata hegemoni berasal dari bahasa Yunani “egemonia” atau “egemon”, yang berarti „pemimpin atau penguasa dalam konotasi yang berhubungan dengan konteks kenegaraan Yody, 2003: 111. Berdasarkan Mish 1993:538, kata “hegemoni‟ didefinisikan sebagai „preponderant influence or authority over others ’. Dalam bahasa Indonesia, defenisi tersebut dapat dimaknai bahwa hegemoni merupakan sebuah kebijaksanaan atau pengaruh besar yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok tertentu terhadap seseorang atau kelompok lain. Akar pemikiran Hegemoni menurut Gramsci sebenarnya diambil secara dialektis lewat dikotomi tradisional karakteristik pemikiran politik Italia dari Machiavelli sampai Pareto dan beberapa bagian lainnya diambil dari Lenin Patria, 1999: 119. Konsepsi yang diambil tersebut berkaitan dengan kekuatan force dan persetujuan consent. Selanjutnya, Gramsci mengatakan bahwa kelas sosial akan mendapatkan supremasi melalui dua cara, yaitu melalui dominasi atau melalui peran kepemimpinan intelektual dan moral. Cara yang terakhir ini yang kemudian disebut sebagai hegemoni. Hegemoni yang dikembangkan Gramsci tidak sebatas pada bidang politik. Hegemoni menyangkut persoalan ideologi dan kebudayaan. Hegemoni sebagai konsep yang dikembangkan oleh Gramsci menggambarkan bahwa dominasi suatu kelas dominan atas kelas lainnya subordinat terjadi karena aspek ideologi- politis. Meskipun paksaan politis selalu berperan, tetapi ideologi lebih signifikan mendapatkan persetujuan secara sadar dari kelas subordinat Abercrombie dalam Kurniawan, 2012: 72. Namun demikian, persetujuan sadar ini lebih penting dalam suatu pemerintahan. Hegemoni inilah yang menjadikan kekuasaan suatu kelas terhadap kelas lainnya bisa berlangsung. Di sini, Gramsci lebih condong mengembangkan model dominasi kekerasan, seperti yang dikemukakan oleh Marx dan Lenin tentang kesadaran kelas sebagai basis revolusi kelas proletar terhadap kekuasaan pemerintahan yang dipimpin oleh kaum borjuis Kurniawan, 2012: 72. Kesadaran kelas proletariat di atas sebenarnya menjadi titik awal pemikiran hegemoni Gramsci yang mempertanyakan ramalan Marx-Engels. Dalam Thucer, 1978:483 sebagaimana dikutip oleh Gramsci Patria, 1999: 114 menyebutkan ramalan tersebut. 4 Kemajuan industri yang secara tidak langsung dimotori oleh borjuis menggantikan isolasi kelas pekerja, karena kompetisi, serta kombinasi revolusionernya, karena perkumpulannya. Perkembangan industri modern, oleh sebab itu, menggeser kedudukan dasar-dasar berproduksi borjuis dan dasar-dasar kepemilikan produknya. Oleh sebab itu, apa yang dihasilkan oleh borjuis adalah menjadi penggali liang kuburnya sendiri.