101
hutan, baik asli maupun jadi-jadian. Suara nafas geram harimau yang mendekati tubuh dan seringainya yang seolah-olah
digoreskan ke leher bukan hal yang asing bagi peziarah. Mereka tahu itu harimau jadi-jadian. Mereka yang nyalinya tinggi bisa
bertahan berhari-hari. Namun biasanya tak lebih dari seminggu. Mereka berharap di antara waktu itu menemukan jimat di celah-
celah cungkup Suyono, 2014: 363.
2.3.1.9 Laut Cina Selatan
Laut Cina Selatan merupakan wilayah yang biasa dituju oleh Phu Tram untuk melakukan penyelaman ilegal. Penyelaman ini dilakukan sebagai bentuk
perlawanannya pada pemerintah Vietnam cukup memberi diskriminasi dan pembatasan kepadanya. Dengan menyelam di tempat ini, ia mengumpulkan berbagai
benda-benda antik suku Champa secara bebas meskipun tanpa alat yang memadai. Di salah satu titik penyelaman di wilayah Laut Cina Selatan inilah Phu Tram
menemukan Kuil di Dasar Laut. Phu Tram akhirnya melakukan beberapa kali penyelaman di tempat tersebut untuk mengetahui lebih jauh mengenai kuil itu.
Berikut ini kutipan 103 yang menunjukkan Laut Cina Selatan sebagai salah satu wilayah penyelaman ilegal yang dilakukan oleh Phu Tram.
103 Ia ingat hari nahas itu hari Kamis. Ia kembali ke Samudra Laut Cina Selatan. Tak ada tanda-tanda cuaca buruk. Ia
mempersiapkan selang sepanjang hampir 80 meter. Ia mengucapkan bismillah sebelum melompat ke air Suyono,
2014: 111.
2.3.1.10 Kuil di Dasar Laut
Kuil di Dasar Laut merupakan sebuah tempat bangunan yang ditemukan oleh Phu Tram dalam beberapa kali penyelaman di Laut Cina Selatan, Mualim Satu dalam
102
pengaruh bubuk pembayang, dan Jeanne dalam mimpi-mimpinyanya. Dalam gambaran mereka, Kuil di Dasar Laut itu begitu indah dan belum pernah melihat kuil
yang sebagus itu. Berikut ini penuturan Phu Tram mengenai gambaran Kuil di Dasar Laut sebagaimana ia saksikan saat menyelam.
104 “Aku melihat sosok sebuah kuil di kejauhan. Kuil itu berjenjang-
jenjang ke atas. Apakah itu fatamorgana? Kuil itu lebih indah dari kuil mana pun yang pernah aku datangi. Jenjang di
belakangnya membentuk lapis-lapis perpaduan blenduk-blenduk kubah. Aku sudah ke mana-mana. Ke Kamboja, ke Thailand, Sri
Lanka, Laos, Burma, menyusuri candi-candi. Namun, kurasa lebih elok kuil ini, Jeanne
.” Suyono, 2014: 113 Kuil tersebut terdiri dari tiga bagian. Kuil pertama, kedua, dan ketiga. Dalam
beberapa kali upaya yang dilakukan mereka bertiga, tidak satu orang pun yang berhasil mencapai kuil ketiga. Itulah mengapa, Mualim Satu meyakini bahwa yang
dapat memasuki kuil ketiga hanyalah para pandita yang telah memiliki ilmu tinggi. Dalam upaya memasuki setiap sudut kuil, Mualim Satu biasanya menggunakan
bubuk pembayang. Dengan kadar dosis tertentu, Mualim Satu dapat masuk hingga kuil kedua. Meskipun menggunakan dosis yang tinggi, kuil ketiga tetap sukar dicapai.
Itulah mengapa, Mualim Satu sangat meyakini hanya Jeanne-lah yang dapat memasuki kuil ketiga. Keyakinannya muncul karena pengalaman Jeanne sebelumnya
bisa membayangkan penampakkan kuil satu dan dua tanpa mengkonsumsi bubuk pembayang, apalagi jika Jeanne sampai menggunakannya. Berikut ini kutipan 105
yang menggambarkan pemahaman Mualim Satu mengenai kuil ketiga – kuil yang
sukar mereka capai.