Sunuwarsono Setyarso Intelektual Hegemonic

143 dan kebudayaannya agar kerahasiaan bangsanya tidak sampai bocor ke telinga para komunis.

3.2.2.2 Intelektual Counter-Hegemonic

Inteletual Counter-Hegemonic diisi oleh tokoh-tokoh yang menjadi anggota dan simpatisan paguyuban seperti Pak Sinaga, Pak Darsono, Pak Djayeng, Pak Sewaka, Pak Radjiman, Pak Priyambodo, Pak Koentono, Suryo, Jeanne, Abah Moertopo, Bante Purnomo, Meneer Widjinarko, Pak Burhan, Pak Begja, dan Gus Mutaqqin. Paguyuban tersebut menjadi seperti sebuah kelas sosial yang mengikat semua anggota dan simpatisan ke dalam sistem yang mereka bangun bersama. Dengan demikian, semua anggota dan simpatisan dikategorikan sebagai Intelektual Organik dari paguyuban tersebut. Mereka semua memiliki latar belakang dan wawasan masing-masing untuk saling melengkapi. Di dalam paguyuban inilah, mereka mengembangkan sebuah ideologi guna menantang ideologi yang telah disebarkan oleh semua Intelektual Organik Soeharto. Berikut ini kutipan 148 yang sekilas gambaran mengenai paguyuban dan aktivitas orang-orang di dalamnya. 148 Suryo melihat paguyuban itu sesungguhnya adalah suatu perhimpunan balas dosa. Mereka berkumpul dan melakukan tirakat-tirakat untuk mengakui kekhilafan bersama. Mereka berkelana dari makam ke makam melakukan ziarah. Bertemu dengan para suciwan yang bertapa di gua-gua gunung. Mereka berusaha keras menggalang jaringan kebatinan yang masih memiliki nurani. Dalam sisa umur, mereka ingin bertobat dan melakukan yang terbaik untuk bangsa. Mereka ingin membalas kekeliruan-kekeliruan yang mereka perbuat di awal Orde Baru. 144 Perjuangan yang mereka jalani banyak terinspirasi dari apa yang telah dilakukan oleh Pak Sawito Kartowibowo dan sahabatnya Mr, Soedjono. Selain semua tokoh di atas, ada pula Phu Tram dan Mualim Satu. Kedua tokoh inilah yang melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Vietnam yang banyak mendiskriminasikan kebudayaan bangsa mereka-bangsa Champa. Selain itu ada juga MdDSSG yang menjadi bagian dari masyarakat Timor-Timor dalam menuntut keadilan kepada Orde Baru. Berikut ini gambaran mengenai latar belakang mereka.

3.2.2.2.1 Pak Sinaga

Pak Sinaga merupakan pemimpin pergerakan paguyuban dalam aksi menantang lapiran metafisik Soeharto. Sebagaimana yang digambarkan dalam kutipan 42, Pak Sinaga telah dipercaya oleh seluruh anggota paguyuban sejak mereka merencanakan sebuah aksi setelah selama ini hanya melakukan dialog dan diskusi dengan berbagai kalangan mengenai keadaan dan strategi menantang legitimasi Soeharto. Sejak hari itu, Pak Sinaga seperti dipercaya resmi bapak-bapak memimpin gerakan. Pak Sinaga terlihat siap menerima tanggung jawab. Masa-masa diskusi yang panjang dan dan melelahkan telah selesai. Masa-masa aksi sudah saatnya dimulai. Pak Sinaga adalah anggota paguyuban yang paling sepuh. Ia bekas seorang manajer. Ia juga banyak bergaul dengan kalangan tentara. Ia mengetahui banyak tempat petilasan Suyono, 2014: 247-Kutipan 42.

3.2.2.2.2 Pak Darsono

Pak Darsono merupakan mantan orang kuat di dinas pekerjaan umum. Ia pernah menangani pembangunan waduk di seluruh Jawa. Untuk itu, Pak Darsono