152
152 ”Di pengadilan, Mr. Sudjono masuk dengan gagah. Ia bagai
seorang perwira yang menginspeksi barisan. Tampak betul lelaki yang sudah banyak makan asam garam. Saya percaya yang
diucapkannya
benar. Saya
waktu itu
terharu sekali
mendengarnya. Ia orang jujur.” Suyono, 2014: 215.
3.2.2.2.14 Pak Begja
Pak Begja memang tidak banyak digambarkan di dalam novel KdDL. Namun, tentunya ia adalah anggota tetap paguyuban. Meskipun demikian, ia memberikan
sumbangsi yang sangat bermanfaat bagi paguyuban. Dialah yang mengusulkan agar paguyuban mengikuti rute yang sudah dilalui Pak Sawito untuk mencari wahyu
tandingan lih. kutipan 63 ”Pak Sinaga, apakah kita perlu menapaktilasi rute Pak Sawito
menerima wahyu? Saya kira kita perlu. Meski Pak Sawito tidak mungkin menjadi kepala negara, kita perlu mendapatkan
petunjuk-petunjuk di tempat tersebut mengenai siapa pemimpin- pemimpin masa depan. Kita perlu wahyu tandingan. Di sana kita
bisa memohon turunnya wahyu tandingan. Wahyu tandingan siapa saja ratu Adil kelak,Pak Bagja meneluarkan pendapatnya
Suyono, 2014: 251-Kutipan 63.
3.2.2.2.15 Gus Mutaqqin
Gus Mutaqqin merupakan seorang kiai yang katanya memiliki sebuah pesantren kecil di lereng Gunung Merapi-Merbabu. Kehadirannya di paguyuban
untuk memberikan wawasan bagi para anggota paguyuban mengenai kitab Pangrucutan-karangan Sultan Agung. Sama seperti kedua guru paguyuban
sebelumnya, Gus Mutaqqin juga memberikan wawasan mengenai kondisi tubuh
153
setelah menjadi mayat bagi anggota paguyuban. Dalam perjalanan paguyuban ke Jogja, beliau juga ikut.
153 ”Bapak-bapak, kitab ini karangan Sultan Agung. Kitab ini
menguraikan bagaimana jenazah bisa racut,lepas, menghilang- lenyap mengecil…Kitab ini mendeskripsikan berbagai kondisi
jenazah yang tak normal sampai kondisi yang paling baik sehingga tubuh bisa lenyap, hilang,” Gus Mutaqqin memulai
uraian Suyono, 2014: 179.
3.2.2.2.16 Pak Sawito Kartowibowo
Pak Sawito Kartowibowo memang bukanlah anggota paguyuban. Namun, dialah salah satu penyemangat paguyuban untuk terus melakukan perlawanan kepada
Soeharto dengan keyakinan dan keberanian. Ia pernah membuat banyak petisi yang mendeskritkan Soeharto. Ketakutan lain Soeharto kepada Pak Sawito karena Pak
Sawito merupakan murid dari R.M. Panji Trisirah, guru dari ayah tiri Soeharto lih. kutipan 55. Pak Sawito menapaktilasi banyak pepunden-pepunden leluhur untuk
mencari sisa-sisa wahyu penerus Majapahit. Tempat-tempat napak tilas Pak Sawito lebih banyak daripada Pak Harto seperti yang digambar kan kutipan 54.
“Soeharto menjadi tambah ketakutan, apalagi saat mengetahui bahwa Sawito adalah murid dari R.M. Panji Trisirah, putra dari Pakubuwono
X di Solo Suyono, 2014: 210.”-Kutipan 55. Ia mencari semacam sisa-sisa wahyu penerus Majapahit yang
dipercayainya belum turun.Wahyu itu satu-satunya kekuatan yang menurut dia bisa menjatuhkan Soeharto. Hutan dan gunung yang
didatangi Sawito bahkan jauh lebih banyak daripada yang pernah dikunjungi Soeharto semasa muda. Soeharto ketakutan. Pada tahun
1976, atas perintah Jaksa Agung Ali Said dan Menteri Sekretaris Negera Sudharmono, Sawito diambil dari rumahnya, disel dengan
tuduhan merencanakan penggulingan Soeharto Suyono, 2014: 208- Kutipan 54.
154
3.2.2.2.17 Mr. Soedjono
Mr. Soedjono merupakan teman seperjuangan Pak Sawito. Dari sepak terjangnya, Mr. Soedjono memiliki banyak sekali pengalaman dan prestasi yang luar
biasa. Ia pernah menepuh sekolah hukum di Universitas Leiden, Belanda. Bahasa Belandanya fasih. Dia menyandang gelar meester in de rechten Suyono, 2014: 213.
Selain itu dia pernah bekerja untuk Jepang dan terlibat dalam perang Asia – Pasifik.
Dalam persidangan temannya, Pak Sawito, ia juga hadir dan menjadi saksi. Sekian perjalanan spiritual Pak Sawito, banyak diikuti oleh Mr. Soedjono. Mr. Soedjono
menjadi bagian dari perlawanan Pak Sawito menantang Soeharto. 154
”Di pengadilan, Mr. Sudjono masuk dengan gagah. Ia bagai seorang perwira yang mengispeksi barisan. Tampak betul ia lelaki yang sudah
banyak makan asam garam. Saya percaya yang diucapkannya benar. Saya waktu itu terharu sekali mendengarkannya. Ia orang jujur.”
Suyono, 2014:215.
3.2.2.2.18 Phu Tram
Phu Tram bukan menjadi bagian dari paguyuban. Ia merupakan salah satu suku Champa yang pernah tergabung dalam kelompok penyelam negara yang
bertugas mengangkut harta karun yang karam di dasar laut. Pada masa bertugas tersebut, Phu Tram menjadi bagian dari pemerintahan Vietnam. Kemudian hari, ia
memutuskan untuk berhenti dan melakukan penyelaman ilegal karena tidak puas dengan sikap pemerintah Vietnam yang mendikriminasinya. Berbekal kemampuan
menyelamnya, ia pun tetap mengadakan penyelaman ilegal. Penyelaman ini dipandang sebagai bentuk perlawanan Phu Tram terhadap pemerintah Vietnam. Phu