Romo Dijat, Romo Marto, dan Romo Budi

84 penyelaman hingga lima kali. Pada penyelaman tersebut, Phu Tram menemukan kuil itu lagi. Keahlian Phu Tram sepertinya menjadi alasan mengapa ia kemudian menjadi nyaman dengan lingkungan bawah laut. Itulah sebabnya sehingga melakukan eksplorasi bawah laut menjadi hal yang menyenangkan bagi Phu Tram, apalagi dalam misi mencari sesuatu yang tidak pernah ia temukan sebelumnya – Kuil di Dasar Laut. Berikut ini kutipan 76 dan 77 yang menggambarkan karakter Phu Tram yang ambisius dan pantang menyerah. 76 Ia mengatakan dalam dirinya sendiri bahwa ia harus mampu berjalan sampai kuil induk. Ia harus bisa memasuki bagian paling inti dari kuil. Ia telah sampai ke jaba awal. Besok harus mampu menuju jaba tengah, lalu jaba dalam. Yang ia capai baru tanah bhurloka. Ibarat tubuh, masih kaki. Belum sampai dada dan otak. Ia ingin menembus sampai dada dan otak kuil. Bhuwarloka dan swarloka Suyono, 2014: 116-117. 77 Ia mencoba tak menyerah. Baru ketika sampai kelima kali ia meloncat ke dasar laut, pandangannya menatap kembali stupa itu. Alhamdulillah Hatinya bersorak gembira. Seperti tak mau kehilangan waktu, ia langsung menyusuri trek stupa tersebut. Kori agung itu tetap berdiri tegak. Baru tiga langkah memasukinya, ia sudah merasa dari bilik-bilik serambi berbagai mata menyorot dia. Ia tak peduli Suyono, 2014: 117-118. Setelah sekian eksplorasi mencari harta karun dari kapal karam di dasar laut, pemerintah Vietnam melarang agar penyelam tidak boleh menyelamatkan harta-harta yang berasal dari kebudayaan Champa. Hal tersebut terjadi karena suku Champa menjadi musuh Vietnam dan pemerintah Vietnam tidak ingin kebudayaan Champa menyaingi kebudayaan mereka. Phu Tram sebagai salah satu penyelam yang berasal dari suku Champa diawasi secara berlebihan agar tidak melanggar peraturan tersebut. Merasa tidak nyaman dengan perlakuan itu, Phu Tram pun memutuskan untuk 85 melakukan penyelaman ilegal. Ia pula memiliki ambisi untuk menyelamatkan harta karun suku Champa yang terbenam di dasar laut. Memutuskan untuk melakukan penyelaman ilegal, Phu Tram pun nekat untuk menyelam dengan peralatan seadanya. Ia tidak peduli terhadap resiko buruk yang mungkin akan diterimanya. Ia hanya tahu bahwa tidak ada orang yang dapat menghambat tekadnya untuk menyelam bebas dan menyelamatkan harta suku Champa. Berikut ini gambaran pada kutipan 78 tentang sikap nekat Phu Tram untuk tetap menyelam. 78 Yang gila, ia juga tidak menggunakan peralatan menyelam standar. Ia sama sekali tak membawa tabung oksigen. Ia hanya membawa kompresor dengan selang panjang. Sahabat- sahabatnya dari atas yacht akan menjaga kompresor tersebut dan mengulurkan selang panjang yang akan menjadi alat bernapasnya di dasar laut. Sungguh nekat. Ia percaya Allah turut ambil bagian dalam usaha penyelamatan harta karun Champa Suyono, 2014: 99. Phu Tram juga memiliki wawasan yang luas tentang situs-situs kebudayaan di Vietnam. Itulah mengapa, Phu Tram memiliki pengaruh yang positif bagi Jeanne untuk mengenal berbagai tempat kebudayaan yang eksotis di Vietnam. Bukan hanya menceritakan, Phu Tram bahkan mengajak Jeanne untuk berkeliling ke beberapa candi. Wawasan Phu Tram tersebut didokumentasikan dalam sebuah daftar candi. Berikut ini tergambar dalam kutipan 79. 79 Silahkan baca. Ini daftar candi di Vietnam yang saya buat.” Jeanne termenung. Ia membolak-balik buku sederhana tersebut. Tertera berbagai candi yang ada di Vietnam. Tiap uraian dilengkapi foto hitam-putih. My Son, Dong Doung, Tra Kieu, Bang An, Chien Dan, Khuong My, Thoc Loc, Huang Thanh, Po Dam, Phu Hai, Po Nagar…. Suyono, 2014: 41.