Manfaat Teoretis Manfaat Praktis
Secara mendalam, KdDL mengeksplorasi berbagai perjalanan perlawanan orang-orang yang telah jenuh dengan model kepemimpinan Soeharto. Mereka
muncul sebagai gerakan yang berani menantang dengan berbagai cara. Sekian karya di atas membahas mengenai polemik selama kekuasaan Orde Baru
berlangsung. Pendekatan Hegemoni Gramsci yang dikerucutkan pada topik seputar hegemoni, negara, dan peranan intelektual, berbagai gejala yang memicu
perlawanan hingga bentuk-bentuk perlawanan counter-hegemoni yang dilakukan oleh kaum intelektual, baik melalui perlawanan keras, pasif, maupun
humanis. Namun, novel KdDL membahas sisi lain kehidupan Soeharto dan bentuk perlawanan yang berbeda atasnya. Perlawanan tersebut ialah perlawanan
kebatinan. Itulah sebabnya dalam penelitian ini kemudian muncul istilah metafisik. Perlawanan tersebut bukanlah melalui perlawanan fisik yang kasatmata,
tetapi perlawanan tidak kasatmata yang hanya dimengerti dan dilihat oleh orang- orang aliran kebatinan.
Selain itu, dalam novel KdDL juga ada bentuk counter-hegemoni lainnya. Model counter-hegemoni tersebut bukanlah perlawanan politis yang secara jelas
menampilkan kontradiksi yang khas bahwa ada yang menyerang dan ada yang diserang. Perlawanan tersebut berbentuk sebuah
“pelarian diri” dari berbagai kondisi yang menekan dengan mencari ketenangan di luar negeri, sebagaimana
dilakukan oleh Suryo dan Jeanne. Mereka berlari dari dampak aksi perlawanan mereka yang sebenarnya secara periodik tidak lagi berdampak pada mereka.
Perlawanan terdahulu dilakukan selama masa kekuasaan Soeharto. Dampak dari perlawanan tersebut - berupa teluh - masih mengejar mereka meskipun telah 14
tahun Reformasi berlangsung. Dengan berada di luar negeri, Jeanne dan Suryo yakin bisa terhindar dari teluh tersebut, meskipun sebenarnya tidak. Mereka masih
tetap melawan.