Sumber Data Primer Sumber Data

43 perjalanan mereka di luar negeri. Mereka adalah Phu Tram, Mualim Satu, Souvanna, dan Phhoung. Tokoh tambahan dalam novel KdDL terbilang cukup banyak. Dalam analisis ini, tidak akan diteliti semua tokoh tambahan. Tokoh tambahan yang dianalisis adalah tokoh-tokoh yang terlibat dan mempunyai peranan dalam berbagai tindakan counter- hegemoni. Sebagian besar dilakukan oleh anggota dan simpatisan paguyuban, Pak Sewaka, dan Mr. Soedjono. Selain itu, Phu Tram, Mualim Satu, dan Phhoung ikut dianalisis karena mereka berpengaruh secara penuh terhadap berbagai peristiwa yang dialami oleh Jeanne dan Suryo selama di luar negeri. Phu Tram yang mengajak Jeanne melihat situs-situs kebudayaan di Vietnam dan menceritakan perjalanan hidupnya memperjuangkan hak kebebasan suku Champa. Mualim Satu menjadi orang yang menawarkan bubuk pembayang untuk masuk dalam kuil ketiga. Selanjutnya, Phhoung merupakan pemandu wisata Suryo yang membawa Suryo mengelilingi situs-situs kebudayaan dan bekas kebengisan Khemer Merah di Kamboja. Mahasiswa dan demonstrasi simpatisan Sebastiao Gomes MdDSSG di Timor-Timur juga akan dianalisis karena turut melakukan perlawanan terhadap Soeharto. Di samping tokoh-tokoh yang melakukan counter-hegemoni, pada bab ini juga akan ikut dianalisis tokoh-tokoh yang menjadi bagian organik dari Soeharto. Mereka adalah Romo Dijat, Romo Marto, Romo Budi, Sunuwarsono, Setyarso, dan Soedjono Hoemardani. Selain analisis tokoh dan penokohan, pada bab ini juga akan dianalisis latar. Latar yang dianalisis oleh peneliti hanyalah latar tempat dan latar waktu. Hasil 44 analisis yang dibatasi tersebut memang sesuai kebutuhan peneliti untuk melengkapi data pada penelitian dua rumusan masalah selanjutnya. Berkaitan dengan latar tempat, peneliti membatasi pada latar tempat yang dilalui oleh anggota paguyuban, tempat terjadinya kerusuhan masa Orde Baru, dan tepat pelarian Jeanne dan Suryo selepas tidak lagi aktif dalam paguyuban. Latar tempat tersebut, Jakarta Glodok, Klender, Matraman, Taman Mini Indonesia Indah, Jalan Marga Satwa Ragunan, dan Kawasan Cipete, Cilacap Jambe Lima dan Jambe Pitu, Gunung Sapto Renggo, Situ Panjalu, Yogyakarta Telaga Titis, Padang Lawas Bairo Bahal, Ngawi Alas Ketonggo, Kamboja Angkor Wat, Pnom Bakheng, Preah Khan, Banteay Srey, Bayon, Siem Reap, Cafe Red Piano, Vietnam Hoi An, Café Champa, Da Nang, My Son, dan Nha Trang, Laos Luang Prabang dan Kafé Pastri, Samudra Laut Cina Selatan, dan Kuil di Dasar Laut. Selain latar tempat, dalam studi ini juga dianalisis latar waktu. Hasil analisis dari latar waktu menjadi penting dalam penelitian ini untuk mengaitkan berbagai kejadian perlawanan terhadap penguasa dengan konteks waktu. Latar waktu yang dimaksudkan, yaitu tahun 1961 waktu bertemunya Soeharto dengan guru spiritualnya yang kemudian hari menyokong sisi metafisik Soeharto, tahun 1991 berkaitan dengan perlawan para simpatisan Sebastiao Gomez terhadap para tentara di Santa Cruz, Timor Timur, tahun 1996 waktu Romo Dijat mendengarkan nasihat dari roh-roh yang diundang kepada Soeharto, 28 April Ibu Tien meninggal, 27 Juli terjadi penyerangan Markas Partai Demokrasi Indonesia di Jalan Diponegoro, dan