Pak Sawito Kartowibowo dan Mr. Soedjono

75 menjadi orang yang paling penting saat itu. Kutipan 60 berikut ini merupakan inti dari perbincangan mereka yang berlangsung hingga pagi tersebut. 60 “Bapak bilang, ia melihat kekuasaan Soeharto tidak akan berlangsung lama. Ia melihat Soeharto jatuh oleh demo yang kasar Suyono, 2014: 221.

2.2.2.9 Pak Koentono

Pak Koentono merupakan bagian dari paguyuban yang beberapa kali hadir untuk membicarakan banyak hal mengenai filosofi Ganesha. Ia adalah seorang Sukarnois yang pernah aktif terlibat dalam Partai Nasional Indonesia. Pernah beberapa kali masuk tahanan karena aktivitas politiknya. Dalam beberapa pertemuan dengan anggota paguyuban, ia bahkan tidak sungkan untuk membicarakan mengenai kejelekan Soeharto yang waktu itu terbilang cukup berbahaya. Berikut ini kutipan 61 mengenai siapa itu Pak Koentono. 61 Suatu malam misalnya datang seseorang bernama Pak Koentono. Umurnya 60-an. Ia di masa lalu aktif sebagai anggota PNI: Partai Nasional Indonesia. Ia seorang Sukarnois. Ia pernah masuk tahanan karena aktivitas politiknya. Pembawaannya tenang. Pak Koentono, Selasa Kliwon itu mengisahkan pengalamannya yang bagi Jeanne sangat aneh. Pak Koentono membeberkan kisah nyata hidupnya berpuluh-puluh tahun melakukan perjalanan mengurapi arca-arca Ganesha Suyono, 2014: 148.

2.2.2.10 Pak Burhan dan Pak Begja

Pak Burhan adalah salah satu anggota paguyuban. Dalam novel KdDL tidak banyak dikisahkan mengenai siapa Pak Burhan sebenarnya. Pak Burhan juga ikut dalam berbagai aktivitas paguyuban, baik itu kegiatan pertemuan dikusi maupun 76 perjalanan spiritual. Berikut ini kutipan 62 yang menggambarkan kehadiran Pak Burhan dalam suatu pertemuan paguyuban. 62 ….Pak Djayeng menambahi keterangan Pak Radjiman dengan panjang lebar. Ucapannya disambung Pak Burhan: ”Di pengadilan, Mr. Sudjono masuk dengan gagah. Ia bagai seorang perwira yang menginspeksi barisan. Tampak betul lelaki yang sudah banyak makan asam garam. Saya percaya yang diucapkannya benar. Saya waktu itu terharu sekali mendengarnya. Ia orang jujur.” Suyono, 2014: 215. Sama seperti Pak Burhan, Pak Begja juga tidak digambarkan secara jelas latarbelakangnya. Namun, ia juga merupakan bagian dari setiap aktivitas paguyuban. Kehadirannya juga memberikan sumbangan yang berharga bagi paguyuban saat menentukan rute perjalanan spiritual. Berikut ini kutipan 63 yang menggambarkan peran Pak Begja bagi paguyuban. 63 ”Pak Sinaga, apakah kita perlu menapaktilasi rute Pak Sawito menerima wahyu? Saya kira kita perlu. Meski Pak Sawito tidak mungkin menjadi kepala negara, kita perlu mendapatkan petunjuk- petunjuk di tempat tersebut mengenai siapa pemimpin-pemimpin masa depan. Kita perlu wahyu tandingan. Di sana kita bisa memohon turunnya wahyu tandingan. Wahyu tandingan siapa saja ratu Adil kelak,Pak Bagja meneluarkan pendapatnya Suyono, 2014: 251.

2.2.2.11 Abah Moertopo, Bante Poernomo, dan Gus Mutaqqin

Abah Moertopo, Bante Poernomo, dang Gus Mutaqqin merupakan tiga guru yang didatangkan oleh Paguyuban Anggoro Kasih untuk mengajari kitab-kitab tentang kematian. Masing-masing dari mereka akan mengajarkan satu kitab. Pengetahuan mereka mengenai kitab-kitab tersebut berasal dari pengalaman mereka ketika masih muda. 77 Abah Moertopo merupakan tokoh tambahan dalam novel KdDL. Ia pernah hidup di Kathmandu, Nepal dan bertemu dengan kaum hippie asal San Fransisco. Selama di Nepal, Abah Moertopo pernah mempelajari berbagai yoga dan berbagai rahasia agama Syiwa dan Mahayana Budhisme. Raut wajah Abah Moertopo memang keindia-indiaan padahal ia tidak sedikitpun memiliki darah Gujarat ataupun Tamil. Berikut kutipan 64 yang menggambarkan seperti apa Abah Moertopo. 64 Raut wajah Abah Moertopo memang tidak keindia-indiaan, apalagi bila kacamatanya dibuka. Padahal menurut dia sama sekali taka da setetes darah Gujarat atau Tamil mengalir di tubuhnya. Asalnya Sragen. Ia kelahiran desa yang masih kawasan purbakala Sangiran. Jeanne agak kaget karena di awal perkenalan, Abah Moertopo menyebut-nyebut kaum bohemian San Fransisco tahun 1970-an. Ia mengaku berkawan dengan para pengikut band Grateful Dead dan Jerry Garcia Suyono, 2014: 163. Abah Moertopo memiliki jiwa “liar” sama seperti kaum hippie dari San Fransisco. Karakter tersebut yang mendorong Abah Moertopo dengan spontan mengikuti gerombolan kaum hippie yang sdang mencari jalan ke Kathmandu dan rela keluar dari tempat kerjanya di kapal pariwisata. Ia tertarik karena di Kathmandu juga mereka bisa bertemu dengan guru-guru yang dapat mengajarkan perjalanan astral. Keputusannya saat itu yang menyebabkan Abah Moertopo menguasai Kitab Bardo Thodol. Berikut ini kutipan 65 yang menggambarkan sebagian perjalanan Abah Moertopo bertemu dengan kaum hippie. 65 Jeanne ingat acara pertemuan tersebut dimulai dengan Abah Moertopo menceritakan bagaimana ia bisa sampai ke Kathmandu. Ia ternyata orang kapal. Kerja sebagai bartender di kapal pariwisata. Saat kapalnya menyandar di Pelabuhan New Delhi, ia bertemu dengan rombongan hippie asal San Fransisco. Anak-anak muda berjanggut tebal dan berambut pelintir-pelintir panjang itu sehari-hari